tirto.id - Perubaan nama ibu kota Thailand dari Bangkok ke Krung Thep Maha Nakhon yang terjadi baru-baru ini memperpanjang catatan sejarah Negeri Gajah Putih tersebut.
Sebelum Bangkok, Thailand diketahui telah memiliki dua nama ibu kota, yaitu Sukhothai dan Ayutthaya. Kedua kota tersebut masih ada hingga saat ini dan masuk sebagai situs warisan budaya United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Nama Krung Thep Maha Nakhon telah disetujui oleh Kantor Royal Society Thailand (ORST) pada Selasa (15/2/2022). Mengutip Washington Post, meskipun mengalami pergantian, nama Bangkok sendiri tidak dihilangkan begitu saja.
Melalui revisi yang ditetapkan oleh kabinet beberapa waktu lalu, pemerintah Thailand memutuskan untuk tetap mempertahankan nama Bangkok di dalam nama ibu kota baru. Caranya adalah dengan menyertakan tanda kurung dalam penulisannya, yaitu "Khrung Thep Maha Nakhon (Bangkok)."
Sejarah Nama Ibu Kota Sebelum Bangkok
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Thailand sudah beberapa kali berganti ibu kota, bahkan sebelum Bangkok. Kedua nama ibu kota Thailand sebelum Bangkok adalah Sukhothai dan Ayutthaya.
Kedua ibu kota tersebut memiliki sejarah yang memengaruhi kehidupan masyarakat Thailand saat ini, khususnya dari segi budaya dan corak pemerintahan.
1. Sejarah Ibu Kota Sukhothai
Ibu kota Thailand yang pertama adalah Sukhothai. Nama ibu kota ini diambil dari bekas kerajaan di Thailand tengah-utara. Melansir Britannica Sukhothai memperoleh kemerdekaan dari kerajaan Khmer yang berbasis di Angkor pada abad ke-13.
Setelah kemerdekaan tersebut, Sukhothai resmi berdiri sebagai ibu kota Kerajaan Siam pertama. Kota kuno Sukhothai ditinggali oleh lebih dari 80.000 penduduk.
Ketika masa pemerintahan raja ketiga, yaitu Raja Ramkhamhaeng, Sukhotai memperluas wilayahnya ke utara hingga Laos, Laut Andaman, dan Semenanjung Malaya. Puncak kejayaan pemerintah Ramkhamhaeng terjadi sekitar abad ke-14 ketika sebagian besar biara Sukhothai dibangun.
Setelah 1351, sebuah kota bernama Ayutthaya berdiri dibawah pemerintahan Dinasti Tai. Akibatnya, pemerintahan Sukhothai mulai kehilangan pengaruh. Di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16 ibu kota Sukhothai mulai ditinggalkan.
Kendati demikian, pengaruh kebudayaan Sukhothai masih melekat dengan kehidupan masyarakat Thailand, khususnya dari sisi arsitektur. Menurut UNESCO, Sukhothai memiliki sejumlah monumen yang menjadi pemicu lahirnya arsitektur khas Thailand.
2. Sejarah Ibu Kota Ayutthaya
Nama ibu kota kedua setelah Sukhothai adalah Ayutthaya. Kota ini menjadi ibu kota Thailand tepat sebelum Bangkok. Sejarah mencatat bahwa Ayutthaya berdiri sekitar tahun 1350-an oleh Ramathibodi.
Lokasi Ayutthaya kuno berada di pertemuan sungai Chao Phraya, Lop Buri, dan Pa Sak. Ayutthaya mulai mengembangkan pengaruhnya dari abad ke-14 hingga ke-18 di Asia Tenggara.
Berkat hal tersebut, Ayutthaya sempat menjadi salah satu kota metropolis terbesar di dunia. Kota ini juga menjadi pusat diplomasi dan perdagangan global, mengingat lokasinya yang strategis, yaitu di ujung Teluk Siam.
Melansir UNESCO, kota Ayutthaya menjadi salah satu situs warisan budaya untuk arsitektur, seni dan pengembangan kota di Thailand. Ini menjadi salah satu alasan mengapa kota tersebut kini dinobatkan sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO sejak 1991.
Salah satu situs yang paling populer di Ayutthaya adalah istana kuno Wang Luang yang berfungsi sebagai kapel kerajaan. Menurut Britannica, situs ini menyimpan gambar Buddha yang dilapisi 170 kilogram emas.
Ayutthaya setidaknya telah berkembang selama 400 tahun sebelum ibu kota dialihkan ke Bangkok. Kota Ayutthaya saat ini menjadi salah satu kota wisata terpopuler di Thailand. Kota ini dapat dijangkau sekitar satu jam berkendara dari Bangkok.