Menuju konten utama

Sejarah Formula E: Balap Terpopuler Setelah F1 Kata Anies Baswedan

Sejarah balap mobil listrik Formula E baru dimulai pada 2014 lalu, sedangkan F1 sudah ada sejak 1950.

Sejarah Formula E: Balap Terpopuler Setelah F1 Kata Anies Baswedan
Formula E. antara foto/reuters/hannibal hanschke

tirto.id - Anies Baswedan mengatakan, Jakarta bakal menjadi tuan rumah balap mobil Formula E (ePrix) pada pertengahan 2020 mendatang. Gubernur DKI Jakarta ini juga menyebut Formula E adalah turnamen balapan paling populer setelah Formula Satu (F1). Sejarah mencatat, ePrix baru dimulai pada 2014 lalu, sedangkan F1 sudah ada sejak 1950.

“Jakarta akan menjadi salah satu tuan rumah balap mobil bergengsi Formula E di pertengahan tahun 2020 nanti! [...] Jakarta lebih dari layak menjadi salah satu tuan rumah balap mobil kelas dunia ini,” sebut Anies melalui akun resmi Facebook-nya, Minggu (14/7/2018).

Mantan Mendikbud RI ini menambahkan, “Formula E adalah turnamen balapan terpopuler kedua sesudah Formula 1. Bedanya dengan Formula 1, Formula E menggunakan mesin bertenaga listrik sehingga bebas emisi, dan diadakan di jalan raya yang diubah jadi sirkuit sementara.”

Seperti kata Anies, Formula E merupakan lomba balap mobil yang menggunakan mobil berbahan bakar listrik. Musim perdana balapan yang dinaungi Federation Internationale de l'Automobile (FIA) ini dimulai pada 13 September 2014 di Beijing, Cina, yang dimenangkan oleh pembalap asal Brasil dari tim Audi Sport ABT, Lucas di Grassi.

Berbeda dengan F1 yang membebaskan pembalapnya untuk mengganti ban, dalam Formula E seorang driver hanya diizinkan mengganti ban mobil jika mengalami kerusakan. Selain itu, daya maksimal yang diizinkan dalam Formula E adalah 180 kilowatt dan jika melanggar akan dikenai penalti.

Formula E terbaru musim 2019/2020 diikuti oleh 10 tim dengan masing-masing tim memiliki 2 pembalap. Sementara dalam mengarungi balapan, setiap driver diperbolehkan menggunakan 2 mobil berdaya 200 kilowatt dalam setiap serinya. Para pembalap pun diwajibkan mengambil pit-stop untuk mengganti mobilnya di tengah balapan.

Kendati demikian, pembalap dibebaskan memacu kecepatan mobilnya secara maksimal di sesi latihan dan sesi kualifikasi. Untuk bahan bakar, setiap mobil Formula E dibekali baterai yang memungkinkan mobil berakselerasi 100 km/jam dan kecepatan maksimum 225km/jam.

Perolehan poin di tiap seri Formula E berbeda dengan F1. Formula E memberi tambahan 3 poin untuk pembalap yang berhasil meraih pole position di sesi kualifikasi. Selain itu, pembalap dengan putaran tercepat di sesi balapan memperoleh tambahan 1 poin.

Rio Haryanto pernah mencicipi mobil Formula E di Sirkuit Ricardo Tormo, Spanyol, pada 2017 lalu. Mantan pembalap F1 kelahiran Solo ini dinilai pantas untuk mempromosikan ePrix kepada masyarakat Indonesia yang kemungkinan salah satu serinya akan dihelat di Jakarta, seperti kata Anies Baswedan, pada musim 2020/2021.

“Insya Allah Jakarta akan menjadi tuan rumah untuk seri kejuaraan Formula E musim berikutnya, di tahun 2020. Ini akan menjadi Kejuaraan ePrix pertama di Indonesia,” tulis Anies.

“Jakarta akan menjadi sorotan dunia, liputan media asing menggaungkan nama Jakarta, Indonesia ke masyarakat dunia. Kita sejajar dengan kota-kota maju megapolitan lainnya. Insya Allah, semua persiapan bisa berjalan lancar,” harap sang gubernur.

Baca juga artikel terkait FORMULA E atau tulisan lainnya dari Permadi Suntama

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Permadi Suntama
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Iswara N Raditya