Menuju konten utama

Akhir Kiprah Rio Haryanto di Balap F1 yang Kian Mendekat

Rio Haryanto kemungkinan besar tidak mengikuti balap F1 musim 2017. Pertamina sebagai sponsor utama sudah menarik dukungannya. Pemerintah juga sudah sejak awal angkat tangan tidak bisa membantu. Rio harus berjuang sendiri jika ingin terus membalap. Bagaimana akhir nasibnya di F1?

Akhir Kiprah Rio Haryanto di Balap F1 yang Kian Mendekat
Rio Haryanto (depan) melaju di depan rekan setimnya asal Jerman Pascal Wehrlein saat balap Formula 1 seri ke-11 Hungarian Grand Prix, Budapest, Minggu (24/7). Antara foto/manor racing media/aww/16.

tirto.id - Rio Haryanto kemungkinan besar tidak akan ikut dalam kompetisi Formula1 musim 2017. Pada pengujung 2016, Rio memilih menunaikan ibadah umrah, di tengah semua ketidakpastian soal keikutsertaannya di balap F1.

Sejauh ini, memang masih ada 3 tim yang belum memastikan pembalapnya, Mercedes AMG Petronas, Sauber, dan Manor Racing MRT. Namun, nama Rio kemungkinan tidak bisa masuk ke tim manapun. Ini dikarenakan Pertamina sebagai sponsor utama telah menarik diri atas pembiayaan Rio.

“Rio kalau tidak ada sponsor, mungkin tidak balap mas. Saat ini sepertinya hanya tim Manor yang belum mengumumkan drivernya,” ujar Ibunda Rio, Indah Pennywati kepada Tirto.ID.

Ibunda Rio sendiri telah meyakini bahwa Rio akan siap untuk berlaga kembali di tim manapun yang tersedia asal ada sponsor yang mau membiayainya. Namun, Pertamina yang selama ini menjadi sponsor utama akhirnya tidak memperpanjang kontrak untuk mensponsori Rio pada musim balap 2017. BUMN ini mengaku tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengkaji pembiayaan untuk Rio.

"Kami masih berkomitmen, namun ada hal yang membatasi itu, khususnya review mendalam (soal musim lalu) juga soal dana yang dapat kami alokasikan. Semuanya dalam posisi terbatas dan tidak bisa begitu saja mengikuti keinginan tim yang ada," ujar Winda Pusponegoro selaku Vice President Corporate Communication PT Pertamina kepada awak media.

Jalan Berliku Rio

Langkah Rio untuk mencicipi balap F1 memang tidak mudah. Salah satu kendalanya adalah sulitnya mendapatkan sponsor yang mau mendanai dana hingga puluhan miliar. Musim lalu, ketika seri telah berlangsung 12 kali – Rio terpaksa berhenti membalap untuk Manor. Terlepas dari hasil buruknya yang tidak pernah masuk lebih dari 2 kali dalam 15 besar – Rio tidak mendapat kucuran dana tambahan dari Pertamina ataupun sponsor lainnnya.

Untuk menembus F1, perjalanan Rio sungguh tidak mudah. Selain harus berprestasi, Rio juga harus bisa mendapatkan pendanaan yang tidak sedikit. Lika-liku Rio Haryanto menapaki F1 bersama Manor bisa dibaca pada artikel Tirto.ID tentang Jalan Berliku Rio Haryanto di F1

Manor memang bukan tim kelas kakap. Pada musim F1 2014, pembalapnya terseok di peringkat 17 dan 20 klasemen. Maka sedari awal – bergabung dengan Manor adalah ide yang berisiko.

Tapi Rio nampak punya pertimbangan tersendiri. Ia pernah menjadi juara balapan di Istanbul Park pada tahun 2010 bersama Manor Motorsport GP3. Dengan posisi akhir ke-5 pada akhir musim, Rio berhasil membuat kenangan manis dalam pertemuan pertamanya dengan Manor.

Di GP2, Rio berpacu bersama DAMS. Ia menjadi pembalap utama semenjak tahun 2012. Di tahun yang sama ia juga membuat dunia tercengang. Rio berhasil mencatatkan rekor waktu tempuh 1 lap tercepat di seri GP2 Spa-Franchorhamps dalam kondisi sirkuit yang basah.

Lahirlah Rio ‘wet-weather specialis’ tahun itu di Belgia.

Kariernya meningkat dengan cepat dan cemerlang. Secara cepat juga, Rio mendapatkan kursi empuk di balik mesin 612 tenaga kuda mobil F1 dengan membayar 16,35 juta euro kepada Manor – meski tidak lunas. Sayangnya, perjalanan Rio bersama Manor tidak berjalan dengan mulus.

Musim 2016 dimulai dengan GP Australia. Awal yang buruk sudah terlihat sejak sesi latihan Rio. Sengaja ataupun tidak – kenyataannya Rio menabrak Romain Grosjean dan harus dihukum penalti mundur 3 posisi awal balapan. Rio memulai start di posisi 20. Pada lap ke-18, mesinnya bermasalah dan harus menyudahi balapan tanpa berhasil masuk finish. Pengalaman berharga baginya.

Kemalangan Rio bertambah ketika penganugerahan Driver of the Day yang harusnya dimenangi olehnya – jatuh kepada Romain Grosjean. Jumlah pemungutan suara jelas menujukan bahwa Rio menang, tetapi penghargaan tersebut tidak jadi miliknya.

Di seri berikutnya, Rio tambil ganas melampiaskan kekesalannya. Rio berhasil finis di posisi ke 17 meski memulai balapan dari posisi ke-21. Tapi, Rio tidak menyalip siapapun saat itu. Semua pembalap di belakang Rio tidak berhasil mencapai finish karena kerusakan mesin. Jadi, secara legal, Rio tidak mengalahkan siapapun.

INFOGRAFIK Rekam Jejak Rio Haryanto di F1.

Data ini menjadi nyata ketika seri ketiga. Rio hanya mampu finish di posisi ke 21.

Rio tampil stabil di seri-seri berikutnya. Sayang, kestabilannya jauh dari kata bagus. Ia tidak pernah berhasil menerobos posisi 15 sepanjang 12 seri balapannya. Ia bahkan tidak berhasil mencapai finis sebanyak 3 kali. Akhirnya Manor menggantinya dengan Esteban Ocon untuk sisa 9 seri lagi.

Dalam 9 seri, Esteban sukses mengalahkan Rio toe-to-toe. Hasil yang diterima Esteban masih jauh dari kata baik. Tapi ia berhasil mencapai finish dalam seluruh balapan. Ia bahkan berhasil finish di urutan ke-12 dan 13. Sementara Rio – paling banter hanya di posisi ke 15.

Meski belum mencatatkan prestasi pada musim balap tahun lalu, Rio tetap mengukir sejarah. Dalam sejarah negara Asia Tenggara, hanya ada 3 orang yang pernah beraksi di F1. Thailand di tahun 1950 dan Alex Yoong dari Malaysia di tahun 2001, serta Rio Haryanto di tahun 2016. Satu persamaan mereka: remuk – hancur diterpa badai para raksasa balap Eropa. Divonis tak mampu berbuat apa-apa. Kenyataannya hanya Birabongse yang mendapat 8 poin dari ajang F1, Rio dan Alex mendapat nol besar.

“Rio Haryanto, jika Anda masih mengingatnya. Dia terlihat ditakdirkan untuk menggantikan Pastor Maldonado di hati kita. Dia membuat penampilan perdana yang di Australia dengan menabrak Romain Grosjean di sesi latihan. Dia terkena penalti turun tiga posisi dan dua poin ditambahkan ke lisensinya. Dia berhenti setelah 18 lap,” tulis The Guardian ketika evaluasi akhir tahun musim F1 2016.

Sebelum GP Australia 2016 dimulai, dukungan kepada Rio sangat kental. Hashtag #DukungRioHaryanto dan #RioHaryanto pun digembar-gemborkan untuk mendukungnya. Ribuan, bahkan mungkin jutaan kicauan mengalir tanpa henti.

“Dukungan Masyarakat Indonesia amat luar biasa. Tentu saja bisa tampil dan berlaga di ajang F1 sebuah hal yang luar biasa. Saya sangat bangga bisa berada di sini dan yakin bangsa Indonesia juga merasa bangga dengan kiprah saya di F1,” ujar Rio dengan senyumnya yang lebar ketika konferensi pers di GP Australia.

Sayangnya, dukungan semangat saja ternyata tak cukup untuk meneruskan langkah Rio di F1. Tanpa pendanaan dan prestasi yang istimewa, sulit bagi Rio untuk terus bertanding di balapan paling bergengsi itu.

Ketika ditanyakan kepada Ibunda Rio tentang kegiatan Rio di masa depan, Ibunya hanya berkomentar singkat. "(Rio) mau kerja saja, mas. Ia akan bantu usaha ayahnya."

Baca juga artikel terkait F1 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Olahraga
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti