tirto.id - Emoji, ikon ponsel pintar yang disebut-sebut sebagai "bahasa baru yang perkembangannya paling cepat di dunia", perbendaharaan ungkapannya semakin kaya dalam beberapa tahun terakhir. Pada Februari 1999, ketika pertama kali diluncurkan oleh desainer Shigetaka Kurita, jumlahnya hanya 176 ikon, kini tumbuh menjadi 1.800-an.
Namun, bagi Rayouf Alhumedhi, seorang siswi 15 tahun asal Arab Saudi yang tinggal di Jerman, masih ada yang kurang dari belasan ribu emoji itu: tidak satu pun yang mewakili wanita pemakai jilbab.
Rayouf mulai mengenakan jilbab sejak usia 12. Pada awal tahun ini, sebagaimana kecenderungan banyak komunitas zaman sekarang, ia dan teman-temannya membuat grup Whatsapp untuk memudahkan rumpi dan berbagi informasi. Tapi teman-temannya memutuskan untuk tidak memberi nama grup tersebut seperti "SMP XCIX Citayam" atau "SMA M1 Bojonggede", melainkan hanya dengan emoji yang mewakili masing-masing wajah anggota grup. Masing-masing temannya mudah saja memilih warna kulit dan gaya rambut sesuai. Tapi bagi Rayouf, ini persoalan besar.
"Teman-teman saya yang tidak memakai jilbab sih, enak, mereka bisa nemu [emoji yang mirip]," kata Rayouf kepada Washington Post. "Lah, saya? Saya tidak bisa memilih gambar cewek berjilbab. Karena nggak ada."
Betul sekali, Dik Rayouf. Meski sudah ada 1.800 ikon yang merepresentasikan banyak karakter, lintas ras dan profesi dan gaya, ada juga bermacam-macam penutup kepala yang terwakili di sana, topi fedora, topi polisi, topi santa, dan lain-lain, kok bisa-bisanya para pemrogram emoji melupakan jilbab yang kurang-lebih dikenakan oleh 550 juta wanita muslim di seluruh dunia?
Maka yang kemudian dilakukan oleh Dik Rayouf penting sekali untuk peradaban: mengajukan proposal kepada pihak-pihak terkait agar segera merilis #HijabEmoji. Kalau Pak Mario Teguh mendengar kabar ini, beliau pasti akan berujar, "Super sekali."
Awalnya, Dik Rayouf tidak terlalu yakin apa yang harus dilakukannya. Ia sempat menulis surel panjang untuk layanan pelanggan Apple, tapi tidak ada balasan. Beberapa bulan kemudian, tanpa sengaja ia menemukan artikel di Mashable yang menjelaskan tentang Konsorsium Unicode, sebuah organisasi nirlaba yang mengatur standardisasi teks pada komputer. Organisasi ini pula yang secara teknis menangani proposal pengajuan emoji baru dan memproses pembuatannya.
Dik Rayouf pun berkirim surat kepada Unicode.
"Saya sebenarnya tidak terlalu berharap dan hampir tidak percaya ketika ternyata mereka membaca surat itu dan mau membicarakannya—padahal saya hanya menulis satu paragraf pendek," ungkap Rayouf kepada Buzzfeed.
Beruntung, pihak Unicode terkesan pada suratnya. Lalu dengan bantuan seorang pegawai Unicode yang mengurusi emoji, Rayouf segera menyusun proposal formal tujuh halaman, dilengkapi dengan sejarah dan contoh pemakaian hijab di tengah-tengah masyarakat dunia. "Artikel terpanjang yang pernah saya tulis adalah laporan praktik laboratorium di sekolah, jadi ini pengalaman baru buat saya," kata Rayouf. "Tapi saya mendapat banyak bantuan dan tinggal mengikuti struktur proposal keren lainnya."
Dalam proposal tersebut, Rayouf mencoba meyakinkan Unicode dengan beberapa data dan alasan penting kenapa emoji jilbab harus ada. Menurut data Pew Research Center, ada sekitar 1,6 miliar muslim di seantero dunia dan banyak perempuan muslim sangat memuliakan jilbab. "Dengan jumlah yang luar biasa ini, tidak satu pun ruang di keyboard yang disediakan untuk mewakili mereka," demikian bunyi proposal Rayouf.
Beberapa petikan penting di dalamnya antara lain:
- Per 26 Agustus 2016, jika kata "jilbab" diketikkan di kotak pencarian Instagram, Anda akan melihat 15,6 juta foto. Sementara jika mencari "sorban", Anda akan mendapati 732 ribu gambar.
- Penggunaan emoji berjilbab ini akan mendominasi banyak negara muslim. Termasuk Indonesia, negara berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia, di mana populasi muslimnya mencapai 202 juta jiwa. Dan di Mesir, negara berpenduduk terbesar nomor 15 di dunia, yang 90 persen wanitanya mengenakan jilbab.
- Sondos Alqattan, blogger fesyen hijab ternama, punya 2,1 juta pengikut di Instagram (per 26 Agustus 2016). Ini bukti betapa meluas dan populernya kultur jilbab.
Proposal Rayouf juga menyoroti, dan menekankan, jilbab tidak hanya dipakai perempuan muslim saja, melainkan juga berfungsi sebagai "aspek integral dalam kehidupan perempuan." Karena itu, sudah seharusnya ia dicantumkan dalam kamus emoji.
Usulan Rayouf ini telah menjaring perhatian luas, berbagai media arus utama memberitakannya. Bahkan Alexis Ohanian, salah satu pendiri Reddit, forum online paling populer di Amerika Serikat, sangat terkesan dengan perjuangan Rayouf. Alexis kemudian menjadikan Rayouf bintang utama di Reddit. Melalui fitur "Ask me Anything" khas Reddit, Rayouf menjawab berbagai pertanyaan mengenai gagasan emoji jilbab.
"Saya tak pernah menyangka banyak orang dari seluruh dunia begitu bersemangat mendukung proposal ini," tulis Rayouf.
Salah satu pengguna Reddit bertanya, mengapa Rayouf memakai jilbab dan apakah Rayouf menganggap jilbab sebagai penindasan? "Mungkin ini membingungkan, tetapi ketika saya mengenakan jilbab saya benar-benar merasa bebas karena saya punya kendali penuh atas apa yang ingin saya tutupi," tulisnya. "Jilbab memungkinkan orang tidak hanya melihat kecantikan seorang perempuan dan melihat berdasarkan pengetahuannya."
Di Twitter, para pengicau mendukung usulan Rayouf dengan tagar #HijabEmoji. Dan di laman EmojiRequest.com (situs resmi Unicode), hingga tulisan ini dibuat, sampel emoji jilbab telah meraih 945 dukungan. Dukungan ini akan dijadikan pertimbangan khusus dalam pertemuan komite Unicode pada November 2016.
Jika proposal Rayouf diterima, cewek-cewek muslim akan mendapatkan representasi mereka di ponsel pintar masing-masing kurang-lebih pada medio 2017. Ciyeee...
Penulis: Arlian Buana
Editor: Maulida Sri Handayani