Menuju konten utama

Sebesar Apa Pengaruh Jakmania bagi Para Kandidat Pilkada Jakarta

Dukungan dari Jakmania dianggap bisa memberikan dorongan elektoral yang besar bagi para bakal calon kepala daerah.

Sebesar Apa Pengaruh Jakmania bagi Para Kandidat Pilkada Jakarta
Ribuan The Jakmania menyambut pemain Persija dan piala yang diarak saat pawai merayakan Persija Jakarta juara Liga 1, Jakarta, Sabtu (15/12/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Tiga Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta tengah berebut suara The Jakmania, sebutan bagi kelompok suporter Persija Jakarta. Pramono Anung, Ridwan Kamil, dan Dharma Pongrekun bahkan menjanjikan berbagai program untuk mendukung organisasi suporter yang didirikan pada 19 Desember 1997 itu.

Pramono Anung dan Rano Karno, misalnya, berjanji akan membuat Jakmania Center. Janji disampaikan Pramono dan Rano kala menyapa warga dan para pendukung Persija di kawasan Tambora, Jakarta Barat, Minggu (8/9/2024).

Sementara itu, Dharma Pongrekun berjanji akan menggratiskan Jakarta International Stadium (JIS) untuk para The Jakmania. Hal itu disampaikannya usai mendaftar bersama pasangannya, Kun Wardana, di KPU Jakarta, Kamis (29/8/2024). Meski begitu, Dharma juga mengatakan bahwa hal tersebut akan dilakukan dengan melihat kesanggupan anggaran.

Ketimbang dua rivalnya, Ridwan Kamil hingga kini masih bersusah payah untuk mendekatkan diri kepada Jakmania. Mantan Gubernur Jawa Barat bahkan mengakui sendiri bahwa dirinya kesulitan menjalin komunikasi denganThe Jakmania.

Hal itu memang tak terhindarkan jika mengingat bahwa sosok yang akrab disapa Kang Emil sudah lekat dikenal sebagai Bobotoh, sebutan untuk suporter Persib Bandung yang merupakan musuh bebuyutan Persija di kompetisi domestik.

Meski begitu, Suswono, pendamping Ridwan Kamil, mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan beberapa tokoh terkait rencana pertemuan dengan Jakmania.

Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Annisa Alfath, menilai bahwa upaya para kandidat Pilkada Jakarta itu mendekati Jakmania sebagai hal yang wajar. Pasalnya, sepak bola memang isu yang sangat populis dan dapat memengaruhi persepsi masyarakat secara luas, terutama di kota besar seperti Jakarta.

Persija Jakarta memiliki basis pendukung yang sangat besar dan loyal. Jakmania saat ini diperkirakan memiliki jumlah anggota mencapai ratusan ribu orang.

Data dari 2022 menunjukkan bahwa jumlah anggota resmi Jakmania telah mencapai lebih dari 60.000 orang. Namun, jumlah pendukung Persija secara keseluruhan—termasuk yang tidak terdaftar secara resmi—jauh lebih banyak dan mencakup berbagai kalangan masyarakat di Jakarta dan sekitarnya.

"Karena jumlah yang besar tersebut, Jakmania memiliki pengaruh signifikan terhadap opini publik," kata Annisa kepada Tirto, Rabu (11/9/2024).

Menurut Annisa, Jakmania bukan hanya kelompok suporter klub sepak bola, tapi juga bagian dari elemen sosial yang aktif secara sosial dan politik di berbagai kegiatan kota. Dukungan dari kelompok sebesar itu tentu akan memberikan dorongan elektoral yang sangat berarti bagi para bakal calon kepala daerah.

"Oleh karena itu, ketiga calon tersebut berusaha menarik hati para suporter Persija," kata Annisa.

Singkatnya, kata Annisa, isu sepak bola, terutama Persija dan Jakmania, memiliki daya tarik populis yang besar dalam Pilkada Jakarta. Basis massa yang besar, loyalitas tinggi, dan keterlibatan aktif di berbagai kegiatan sosial menjadikan Jakmania sebagai kelompok yang diperebutkan oleh para calon.

"Dukungan mereka dapat menjadi penentu penting dalam persaingan politik di Ibu Kota," pungkas dia.

Sementara itu, peneliti senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, mengatakan bahwa keinginan tiga pasangan Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta mendekatkan diri kepada Jakmania justru bagian dari strategi mengeruk basis pemilih anak muda. Apalagi, kalau melihat data bahwa dari 8,2 juta pemilih di Jakarta, 4,2 juta di antaranya merupakan Generasi Milenial dan Z.

Ini sebenarnya bagian dari strategi merebut suara anak muda yang basisnya itu 50 persen lebih,” kata Usep saat dihubungi Tirto, Rabu (11/9/2024).

Namun, menurut Usep, jangan juga kemudian tiga paslon itu terjebak pada program atau janji yang menyasar Jakmania saja. Pasalnya, anak-anak muda ini sebenarnya membutuhkan program yang lebih luas, seperti menyangkut lapangan kerja, fasilitas pendidikan, olahraga, kesenian, dan lainnya.

Jadi, jangan kemudian hanya terfokus pada olahraga saja. Anak muda butuh yang lain juga kalau memang tujuannya adalah ingin menarik suara anak muda,” imbuh Usep.

Seberapa Besar Pengaruh Jakmania?

Analis sosio-politik dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Musfi Romdoni, mengatakan bahwa jika dikaitkan dengan seberapa besar pengaruh Jakmania terhadap pemenangan para bakal calon, sebenarnya ia tidak besar. Karena, dari segi jumlah, anggota Jakmania yang terdaftar sebanyak 60 ribu orang.

Jika menghitung secara keseluruh, jumlahnya mungkin bisa mencapai tiga hingga empat kali lipat, sekitar 320 ribu orang. Namun, jumlah itu pun masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan total Daftar Pemilih Tetap (DPT) DKI Jakarta yang mencapai 8,2 juta suara.

Kalau dikatakan memberikan sumbangan besar terhadap pemenangan, saya kira tidak sebesar itu,” ujar Musfi kepada Tirto, Rabu.

Selain itu, tidak semua The Jak merupakan pemilih fanatik—dalam artian mereka akan memilih kandidat yang paling dekat dengan Jakmania. Fenomena ini, kata Musfi, sama dengan simpul suara NU atau jemaah Nahdliyin—tidak semua Nahdliyin memilih kandidat berdasarkan kedekatannya dengan NU.

Anggota The Jak yang fanatik mungkin sebanyak jumlah yang terdaftar, yakni 80 ribu orang. Sebagai komunitas, jumlah itu sangat banyak sehingga wajar didekati oleh setiap kandidat,” kata dia.

Manajer Riset dan Program dari The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII), Arfianto Purbolaksono,menambahkan bahwa perilaku pemilih di Jakarta sejauh ini memang belum terlihat sebelumnya. Itu belum cukup untuk mengaitkan pengaruh komunitas Jakmania terhadap kemenangan satu pasangan calon tertentu.

Dia justru melihat itu hanya bagian dari upaya para kandidat menyentuh komunitas.

Ini kan sebenarnya lebih kepada bagaimana para kandidat-kandidat tersebut ingin melakukan pendekatan ke semua komunitas yang ada gitu. Termasuk di dalamnya adalah Jakmania,” kata Arfianto kepada Tirto, Rabu.

Menurut Afrianto, perilaku pemilih, utamanya di Jakarta, cukup kompleks. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya pada 2017 terhadap pemilih pemula, dia mengidentifikasi beberapa pola yang membentuk kompleksitas perilaku pemilih itu, yaitu pengaruh dari faktor keluarga, lingkungan, dan lainnya.

Akhirnya memilih apa yang ditetapkan oleh keluarga—bukan ditetapkan, tapi lebih kepada dipengaruhi oleh keluarga,” ujar dia.

Dalam konteks komunitas Jakmania, sebenarnya bisa saja berpengaruh terhadap pilihan seseorang kalau mereka memiliki akar sosiologis yang cukup kuat di anak muda khususnya. Pertanyaannya, seberapa besar pengaruh tersebut terhadap suara calon.

Karena, ketika ada salah satu kandidat mendapatkan dukungan dari pentolan Jakmania, belum tentu seluruh massa Jakmania bakal ikut mendukung. Sebab, perlu dibedakan antara struktur organisasi Jakmania dengan anggota maupun simpatisan. Kedua struktur itu tentunya akan berbeda.

Jadi, yang strukturnya ini mendukung, tapi apakah dukungan tersebut juga memiliki relasi yang sama dengan para anggota maupun simpatisan? Karena tadi, komunitas ini kan sangat cair ya,” pungkas Afrianto.

Tirto sudah mencoba menghubungi Ketua Umum The Jakmania, Diky Soemarno, untuk mengonfirmasi sikap organisasinya terhadap upaya pendekatan dari tiga Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta. Namun, hingga artikel ini ditulis, Diky belum merespons pertanyaan yang kami ajukan.

Namun, Diky rupanya sempat menyinggung hal itu secara tersurat dalam cuitannya di akun media sosial X.

"Jakarta adalah kota dengan demokrasi yang tinggi. Bahkan, kalau mau melihat Pancasila dan konsep Bhinneka Tunggal Ika, lihatlah Jakmania. Jakmania heterogen, kecintaan bukan berdasarkan kesukuan. Tapi Persija menjadi simpul persatuan. Jaga Jakarta!," tulis Diky dalam cuitannya, dikutip pada Rabu, 28 Agustus 2024.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - News
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi