Menuju konten utama

Sarkoma Ewing, Kanker Tulang yang Menjangkiti Anak

Banyak penderita kanker sarkoma Ewing mengira mereka hanya terkena cedera ringan.

Lolyta Agustina, seoarang anak penderita kanker Sarkoma Ewing. FOTO/Istimewa

tirto.id - Pejuang kanker tulang langka Sarkoma Ewing, Lolyta Agustina menutup usia pada Senin (16/10/2017) lalu. Ia tak lagi mampu bertahan setelah setahun berjuang melawan penyakitnya. Keganasan kanker sarkoma Ewing seperti yang diderita Loly memang lazim merenggut kebahagiaan anak-anak seusianya.

Sudah sejak pertengahan Oktober 2016 Loly dirawat di RS Dharmais. Ia datang ketika kankernya mencapai stadium tiga dan menyebar ke paru-paru. Kankernya mulai terdeteksi setelah ia terjatuh dari motor dan enkel kaki kanannya bengkak. Saat itu Loly masih mengabaikan pertanda, dan malah pergi mendaki gunung.

Baca juga: Hipotermia yang Kerap Membunuh Pendaki Gunung

Sepulang mendaki, kakinya bertambah sakit, ia pun memutuskan pergi ke tukang urut. Bukannya sembuh, kaki Loly malah bertambah sakit dan kaku. Akhirnya, dokter memutuskan untuk mengamputasi kaki Loly. Videonya sempat viral saat ia meminta info obat kemoterapi bernama dachiony karena persediaan di rumah sakit saat itu sedang kosong.

"Mamahku udah nyoba ke sana-ke sini juga enggak ada. Yang nemuin obatnya kasih tahu aku, yaaaa," tulisnya dalam keterangan video tersebut. Sejak itu, bantuan moril dan material selalu mengalir untuknya dari beragam kalangan, termasuk dari figur publik Indonesia.

Baca juga: Kanker yang Mengancam Nyawa Anak-anak

Kanker sarkoma Ewing mungkin tak terlalu familiar bagi kita. Ia memang jenis penyakit langka yang menyerang tulang dalam pertumbuhan dan banyak menjangkiti anak-anak hingga remaja usia 20 tahunan. Istilah sarkoma Ewing diambil dari nama James R. Ewing, seorang ahli patologi dan onkologi yang menjabarkan kasus pertama sarkoma Ewing pada 1921.

Kanker ini merupakan jenis kanker mematikan kedua dari jenis kanker tulang yang menyerang anak-anak, setelah kanker sarkoma osteogenik. Sebanyak 70 persen pengidapnya adalah anak usia di bawah 20 tahun, didominasi oleh laki-laki dan keturunan kaukasoid (kulit putih).

Saking langkanya, angka kejadian kanker ini di Amerika Serikat hanya 2,1 kasus per satu juta anak per tahun. Sementara itu, menurut penelitian Teny Tjitra Sari, hanya ada 26 penderita kanker ini yang dirawat di Divisi Hematologi Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo dalam waktu 10 tahun (2000-2010).

Baca juga: Risiko Kanker dari Gaya Hidup Milenial

Usia pasien yang dirawat di RSCM berkisar antara 6 bulan hingga 13 tahun, dengan median umur 8 tahun. Lokasi tubuh yang paling banyak diserang adalah tulang belakang, tulang ekstremitas yang merupakan tulang gerak, terdiri dari lengan dan kaki, serta pelvis. Pada stadium lanjut, kanker sarkoma Ewing dapat menyebar ke bagian tubuh lain, termasuk kelenjar adrenal, jantung, ginjal, sumsum tulang, dan paru-paru.

Baca juga: Pemerintah Kembangan Tulang Implan Dalam Negeri

src="//mmc.tirto.id/image/2017/10/23/sarkoma-ewing--mild--fuad-01.jpg" width="860" alt="infografik sarkoma ewing" /

Harapan Hidup Pasien Sarkoma Ewing

Karena gejala sarkoma Ewing mirip dengan sakit memar, bengkak, kemerahan, dan cedera akibat olahraga, banyak penderita tidak tahu bahwa mereka telah terjangkit kanker, sehingga baru memeriksakan diri setelah stadium lanjut. Penelitian Teny juga mengungkapkan, dari 26 pasien, sebanyak 16 orang datang ketika sudah dalam stadium lanjut.

Selain memar dan bengkak, penderita sarkoma Ewing juga mengalami demam tinggi atau malah suhu tubuh rendah selama berhari-hari. Karena kekuatan tulangnya melemah, mereka mudah lelah, sering terjatuh, dan mengalami patah tulang tanpa sebab yang jelas. Penelitian tersebut juga menunjukkanbahwa pasien kanker sarkoma Ewing sebenarnya mampu bertahan hidup lama.

Beberapa terapi yang dilakukan untuk memperpanjang harapan hidup adalah dengan bedah, kemoterapi, dan radiasi. Sedang menyoal kemungkinan hidup, pasien berumur kurang dari 10 tahun lebih tinggi kemungkinan hidupnya dibanding penderita yang berusia di atas 10 tahun. Perbandingan kemungkinan hidupnya adalah 6:1.

Baca juga: Faktor Risiko Kanker Serviks Bukan Cuma Seks

Baca juga artikel terkait KANKER atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani
-->