tirto.id - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta sejumlah pihak terkait untuk mengaudit kualitas sarana pada tempat istirahat (rest area) di jalan tol sebagai persiapan mudik Lebaran 2018.
"Pihak terkait di sini adalah Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Korlantas Mabes Polri, pengelola jalan tol dan dinas perhubungan setempat," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi pada Minggu (20/5/2018) seperti dikutip Antara.
Menurut Tulus, terbangunnya Tol Trans Jawa dari Merak hingga Surabaya bisa memicu peningkatan arus kendaraan yang signifikan di jalan tol selama mudik lebaran 2018.
"Sangat mungkin kemacetan di jalan tol akan lebih parah daripada kemacetan mudik Lebaran tahun sebelumnya. Pemudik akan bereforia menggunakan jalan tol Trans Jawa sebagai jalur utama, apalagi diberikan diskon tarif tol," kata Tulus.
Dia mengemukakan keberadaan rest area dengan fasilitas kurang memadai bisa menjadi salah satu faktor yang memperparah kemacetan di jalan tol.
Tulus menyebut, beberapa hal yang perlu diaudit pada tempat istirahat di sepanjang jalan tol adalah terkait akses air bersih, pengelolaan toilet, tempat ibadah, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), hingga harga makanan di sana.
Pertama, menurut dia, akses air bersih yang cukup untuk toilet harus dipastikan agar tidak ada antrean mengular. Tulus menyarankan perlu ada toilet portabel untuk memangkas antrean itu. Ketersediaan sarana toilet memadai itu penting terutama bagi para perempuan.
"Maksimum antrean di toilet seharusnya tidak lebih dari lima orang. Antrean panjang itulah yang memicu pemudik menjadi lebih lama berada di rest area," katanya.
Kedua, Tulus menambahkan, kondisi toilet harus dipastikan bersih dan dengan petugas jaga yang jelas, termasuk apakah gratis atau tidak.
"Konsumen perlu informasi yang jelas dan konsisten terkait hal itu. Jangan dinyatakan toilet gratis, tapi petugasnya minta uang kepada konsumen. Idealnya gratis karena itu bagian dari pelayanan," katanya.
Ketiga, menurut dia, perlu disediakan mushala tambahan karena faktanya antrean berjubel bukan hanya di toilet, tapi juga di mushala atau masjid di tempat istirahat jalan tol.
Keempat, Tulus menyarankan antrean panjang saat mengisi BBM di SPBU harus dipastikan tidak terjadi. Sebab, ekor antrean itulah yang biasanya memicu kemacetan hingga badan jalan tol.
Kelima, Tulus berpendapat harus dilakukan skema buka tutup di rest area tertentu bila sudah melebihi kapasitas, termasuk saat jalan tol sekitarnya padat, dan dialihkan ke lokasi berikutnya, sampai kondisi lalu lintas mencair kembali.
Keenam, pengelola jalan tol juga harus mengawasi harga makanan dan minuman di rest area, agar para pemilik warung tidak menentukan harga seenaknya bagi konsumen. "Daftar harga harus dicantumkan pada daftar menu," ujar Tulus.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom