tirto.id - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu terus mengalami pertumbuhan hingga lima tahun mendatang.
Pada 2022, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,8 persen sampai 6,2 persen. Pada tahun itu, BI juga memproyeksikan inflasi masih bisa terkendali pada kisaran 3 plus minus satu persen.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan pertumbuhan ekonomi yang terus terkerek hingga 2022 tersebut bisa tercapai seiring dengan peningkatan produktivitas dan daya saing perekonomian nasional.
Namun, Agus menambahkan, perekonomian Indonesia masih akan menghadapi berbagai tantangan yang tidak lebih mudah dari kondisi 2017. Sebagian tantangan lama kemungkinan masih muncul di tahun-tahun mendatang.
"Tantangan siklikal (siklus) dan struktural yang terjadi pada 2017 masih mengemuka pada 2018," ujar Agus di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, pada Rabu (28/3/2018).
Agus juga berpendapat Indonesia akan menghadapi sejumlah tantangan baru pada masa mendatang. Misalnya, tantangan terkait dengan peningkatan proteksionisme perdagangan.
Proteksionisme berisiko mengganggu prospek keberlangsungan pemulihan ekonomi global dan perdagangan dunia. Akibatnya, perekonomian Indonesia juga akan menerima imbas negatif.
"Dihadapkan dengan berbagai tantangan tersebut kita harus semakin memperkuat kerja sama dan koordinasi antar-pemangku kebijakan yang sudah baik selama ini. Kerja sama dan koordinasi itu juga perlu dilakukan dengan negara-negara lain dalam rangka kerja sama internasional yang telah berjalan selama ini," kata Agus.
Dia menjelaskan upaya mempertahankan pertumbuhan berkelanjutan bisa melalui reformasi struktural yang selama ini sudah berlangsung. Pemerintah dan BI sudah berkoordinasi dalam mendorong reformasi struktural di sektor riil, fiskal, dan moneter. BI berfokus di sektor moneter, Kemenkeu di sektor fiskal dan pemerintah secara umum menangani sektor riil.
Agus menambahkan BI juga perlu terus menjaga stabilitas sistem keuangan bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kemenkeu dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kerja sama ketiga pihak itu penting agar tidak muncul risiko sistemik pada sektor moneter.
Langkah lain untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan adalah pengendalian inflasi. Menurut Agus, kinerja pengendalian inflasi selama ini sudah terus membaik sebab ada koordinasi intensif antara BI dengan 18 kementerian/lembaga serta pemerintah daerah.
"Berbagai koordinasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan pemerintah, bertujuan meyakinkan masyarakat bahwa kami bisa memahami dan merespon lewat kebijakan yang terkoordinasi, konsisten, dan betul-betul, supaya kebijakan-kebijakan yang sifatnya jangka pendek selaras dengan kebijakan jangka panjang," ujar Agus.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom