Menuju konten utama

Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan 4,25 Persen

Hasil rapat Bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen pada 2018.

Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan 4,25 Persen
Logo Bank Indonesia dan refleksi gedung perkantoran Jakarta di dinding kaca. REUTERS/Fatima El-Kareem

tirto.id - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 21-22 Maret 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 4,25 persen.

Selain itu, Bank Indonesia juga memutuskan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 3,50 persen dan Lending Facility tetap sebesar 5 persen. Keputusan ini berlaku efektif sejak 23 Maret 2018.

Keputusan ini menyusul keluarnya hasil rapat Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve pada 20-21 Maret lalu. Hasil itu di antaranya menaikan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen pada 2018. Sehingga, suku bunga acuan The Federal Reserve menjadi 1,5 hingga 1,75 persen. Angka ini sesuai dengan prediksi pelaku pasar.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Yoga Affandi, mengatakan kebijakan tersebut konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan serta turut mendukung pemulihan ekonomi domestik.

"Bank Indonesia memandang bahwa pelonggaran kebijakan moneter yang ditempuh sebelumnya tetap memadai untuk terus mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik," ujar Yoga di Bank Indonesia Jakarta pada Kamis (22/3/2018).

Ke depan, Bank Indonesia tetap fokus menjaga stabilitas perekonomian sehingga mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Kendati demikian, Yoga mengingatkan agar tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang bersumber dari eksternal, seperti peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global dan kecenderungan penerapan inward-oriented trade policy di sejumlah negara, maupun dari dalam negeri seperti kenaikan inflasi.

"Untuk itu, Bank Indonesia terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan dengan proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung, khususnya terkait mitigasi peningkatan risiko jangka pendek," kata Yoga.

Kemudian, ia mengatakan bahwa Bank Indonesia semakin memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah guna menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan serta penguatan pelaksanaan reformasi struktural.

Perihal Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2018, Yoga tetap optimistis pertumbuhan akan lebih baik dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. "Diperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,1-5,5 persen secara year on year," sebutnya.

Perkiraan itu, kata Yoga, akan didorong oleh investasi dan konsumsi pemerintah yang meningkat, konsumsi swasta yang stabil, dan kinerja ekspor yang tetap positif.

Neraca perdagangan Indonesia sampai dengan Februari 2018 memperlihatkan defisit yang sejalan dengan perbaikan ekonomi. Pada Februari 2018, defisit neraca perdagangan tercatat 12 juta dolar AS, turun dari 76 juta dolar AS pada Januari 2018. Secara kumulatif Januari-Februari 2018, neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit 87 juta dolar AS.

"Defisit neraca perdagangan tidak terlepas dari peningkatan kegiatan produksi dan investasi di perekonomian domestik yang terus membaik, sehingga mendorong kenaikan impor nonmigas terutama impor bahan baku dan barang modal," ungkapnya.

Baca juga artikel terkait BANK INDONESIA atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto