tirto.id - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyarankan pembelajaran tatap muka (PTM) ditiadakan sementara 5-7 hari di sekolah saat ditemukan kasus COVID-19.
“Untuk apa? untuk melakukan testing (pengetesan COVID-19), tracing (penelusuran kontak erat), mengarantina, termasuk mensterilkan atau disinfeksi ruangan atau kelas,” kata Dicky ketika dihubungi reporter Tirto, Senin (1/8/2022).
Selain itu, pencegahan COVID-19 dapat dilakukan dengan mengurangi kapasitas siswa per kelas atau melakukan pembelajaran di luar ruangan. Dicky mengatakan pembelajaran tetap harus berjalan walau pada masa pandemi COVID-19.
“Tapi tingkatkan pengamanan, evaluasi berkala, koordinasi, itu yang harus dilakukan,” ujar Dicky.
Dicky menyebut sekolah merupakan institusi terakhir yang ditutup atau dibekukan sementara saat situasi COVID-19 di Indonesia memburuk. Hal itu setelah pasar, sektor ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya.
“Jadi, sekolah tetap prinsipnya harus diutamakan tetap berjalan dengan pengamanan-pengamanan,” ujarnya.
Pengamanan yang dimaksud Dicky adalah melindungi warga sekolah dengan vaksinasi COVID-19, sirkulasi dan ventilasi ruangan, serta protokol kesehatan seperti memakai masker dan mencuci tangan. “Itu yang harus dilakukan,” imbaunya.
Penularan COVID-19 di sekolah mulai ditemukan saat penerapan PTM 100 persen pada tahun ajaran 2022/2023. Salah satunya dilaporkan Satgas Penanganan COVID-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pekan lalu, yaitu sebanyak 120 kasus konfirmasi positif di satu klaster sekolah.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan