tirto.id - Tim penyelam gabungan berhasil mengangkat kotak hitam dari pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Utara Karawang, Jawa Barat pada Kamis (1/11/2018) sekitar pukul 10.10 WIB.
Hal ini disampaikan Komandan Satuan Tugas SAR Kolonel Isswarto dalam konferensi pers di Karawang, Kamis (1/11/2018).
"Baik kapal Baruna Jaya dan KRI Rigel menemukan posisinya, lalu tim penyelam gabungan turun dan mengangkat kotak hitam," ujar Isswarto, sebagaimana dilansir Antara.
Kotak hitam sudah dibawa ke dermaga Pelabuhan Tanjung Priok dan diserahkan kepada KNKT untuk diselidiki lebih mendalam, katanya.
Berdasarkan penjelasna yang ia berikan, kotak hitam ditemukan di dasar laut dengan kedalam sekitar 25-35 meter dan berjarak sekitar 100 meter dari posisi awal perkiraan.
Pada Rabu (31/10/2018) kemarin, kotak hitam itu terdeteksi trasponder USBL pada koordinat S 05 48 48.051 - E 107 07 37.622 dan koordinat S 05 48 46.545 - E 107 07 38.393. Pencarian itu sebelumnya juga dilakukan dengan menurunkan ROV dari Kapal Riset Baruna Jaya I.
Berdasarkan pantauan Tirto dari layanan pelacakan kapal internasional, marinetraffic.com, pada pukul 23.05, Rabu (31/10/2018), KN SAR Bandung 01, KRI Rigel, Kapal PT Pertamina LSM Dunamos, Kapal Polisi Pelatuk, dan Tug Boat Teluk Bajau Victory merapat sekaligus menyisir di area sekitar KR Baruna Jaya I.
Lima kapal tersebut mendekat karena kemarin sekitar pukul 12.25 WIB, Rabu (31/10/2018), USBL KR Baruna Jaya I menangkap sinyal black box Lion Air JT 610. Diperkirakan kotak hitam itu berada di kedalaman sekitar 32 meter.
Di koordinat sinyal black box yang telah dikunci, seluruh penyelam TNI-AL dan Basarnas yang tadinya tersebar di lima titik pada area prioritas satu, juga turut berkumpul di sekitar KR Baruna Jaya I.
"Saat ini penyelam terkendala kondisi dasar laut yang berlumpur dan visibility di dasar laut yang terbatas, dan arus di dasar yang kencang," kata Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Hammam Riza melalui keterangan tertulis.
Sedangkan Ketua Tim Operasi KR Baruna Jaya I, Tris Handoyo menjelaskan, di antara para penyelam, pihaknya telah menurunkan Remotely Operated Vehicles (ROV). Alat tersebut berfungsi untuk memberi kejelasan visual terkait ada benda apa saja yang berada di dasar perairan. ROV terhubung dengan monitor yang berada di dalam KR Baruna Jaya I.
Kepala Basarnas Muhammad Syaugi menegaskan, kemungkinan besar keberadaan badan pesawat tak terlalu jauh dari sinyal black box itu. “Titik koordinat sudah. Kalau main body belum ketemu. Jadi sekarang masih dicari,” kata Syaugi.
Editor: Yulaika Ramadhani