Menuju konten utama

Cari Black Box JT 610: Libatkan Penyelam, Kapal Canggih, Ahli Laut

Seluruh penyelam TNI-AL dan Basarnas yang tadinya tersebar di lima titik berkumpul di kordinat perkiraan Black Box Lion Air JT 610 berada.

Cari Black Box JT 610: Libatkan Penyelam, Kapal Canggih, Ahli Laut
Sejumlah kapal melakukan pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, Selasa (30/10/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

tirto.id - Empat hari berlalu, sebagian besar korban pesawat Lion Air JT 610 belum ditemukan. Target pencarian akhirnya dialihkan ke pelacakan badan pesawat bernomor registrasi PK-LQP. Sebab diduga mayoritas korban terisolasi di dalam kapal terbang yang tenggelam di Perairan Tanjung Karawang tersebut. Selain itu, posisi black box juga diperkirakan tak jauh dari badan pesawat.

Kapten Laut Asih Hamzah menduga, kesulitan pencarian badan pesawat karena jalur penyisiran yang tidak tepat sasaran. Asih merupakan ketua tim penyelam dari Dinas Penyelamatan Bawah Air Armada Wilayah Timur TNI AL. Dia pernah ditugaskan mengevakuasi bangkai pesawat Boeing 737-800 Lion Air JT 904 yang pada April 2013 lalu, jatuh di laut dekat Bandara Ngurah Rai, Bali.

“Itu harus diukur dulu benar-benar dari kesaksian kapal tug boat saat itu, dan arus laut, serta angin. Berapa kecepatannya? Berapa knot? Itu penting diketahui. Berapa kecepatan pesawatnya? Kalau jatuh menukik harusnya tidak terlalu jauh radius pencariannya,” tegas Asih kepada reporter Tirto.

Sejak awal, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menentukan wilayah pencarian yang terdiri dari area prioritas satu dan dua. Area itu diukur dalam satuan nautical mile (mil laut). Di wilayah prioritas satu, dibagi lagi menjadi empat kotak zona pencarian yang masing-masing terdapat kapal yang dibuat terus berpatroli.

Dia area prioritas satu itu, dioperasikan Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kapal Perang Republik Indonesia Rigel 933 milik TNI Angkatan Laut Indonesia, Kapal Negara SAR Basudewa, dan Kapal PT Pertamina LSM Dunamos. Masing-masing kapal tersebut memiliki alat pemindai bawah laut.

Seluruh tim penyelam diterjunkan di area KR Baruna Jaya I. Kapal tersebut terpasang alat transponder Ultra Short BaseLine (USBL). Tujuannya untuk mengendus sinyal "ping" yang dihantarkan black box Lion Air JT 610. Kapal itu juga membawa pakar atau ahli pemetaan bawah laut

Posisi Black Box

Semalam, berdasarkan pantauan kami dari layanan pelacakan kapal internasional, marinetraffic.com, pada pukul 23.05, Rabu (31/10/2018), KN SAR Bandung 01, KRI Rigel, Kapal PT Pertamina LSM Dunamos, Kapal Polisi Pelatuk, dan Tug Boat Teluk Bajau Victory merapat sekaligus menyisir di area sekitar KR Baruna Jaya I.

Lima kapal tersebut mendekat karena kemarin sekitar pukul 12.25 WIB, Rabu (31/10/2018), USBL KR Baruna Jaya I menangkap sinyal black box Lion Air JT 610. Diperkirakan kotak hitam itu berada di kedalaman sekitar 32 meter.

Infografik HL Indepth Lion Air

Di koordinat sinyal black box yang telah dikunci, seluruh penyelam TNI-AL dan Basarnas yang tadinya tersebar di lima titik pada area prioritas satu, juga turut berkumpul di sekitar KR Baruna Jaya I.

"Saat ini penyelam terkendala kondisi dasar laut yang berlumpur dan visibility di dasar laut yang terbatas, dan arus di dasar yang kencang," kata Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Hammam Riza melalui keterangan tertulis.

Sedangkan Ketua Tim Operasi KR Baruna Jaya I, Tris Handoyo menjelaskan, di antara para penyelam, pihaknya telah menurunkan Remotely Operated Vehicles (ROV). Alat tersebut berfungsi untuk memberi kejelasan visual terkait ada benda apa saja yang berada di dasar perairan. ROV terhubung dengan monitor yang berada di dalam KR Baruna Jaya I.

Kepala Basarnas Muhammad Syaugi menegaskan, kemungkinan besar keberadaan badan pesawat tak terlalu jauh dari sinyal black box itu. “Titik koordinat sudah. Kalau main body belum ketemu. Jadi sekarang masih dicari,” kata Syaugi.

Apa yang Akan Dilakukan Setelahnya?

Direktur Kesiapsiagaan Basarnas Didi Hamzah menjelaskan, pihaknya memiliki standar proses evakuasi korban yang berada di dasar laut. Rencananya badan pesawat Lion Air JT 610 diangkat hingga berada di atas permukaan laut. Saat itulah satu-persatu korban akan dievakuasi terlebih dahulu.

"Kalau pengalaman [evakuasi] Air Asia, kami membawa satu peralatan hi-tech untuk memposisikan mengangkat body [pesawat]. Kami angkat terus layangkan. Tapi semua akan disiapkan oleh SAR chief mission," kata Didi di kantornya.

Menurut Didi, Basarnas memiliki berbagai alat yang memadai untuk evakuasi dasar laut. Dia menegaskan tak perlu bantuan negara lain terkait hal ini.

"Kami sudah berpengalaman," ujarnya. "Butuh waktu. Tapi dengan kemampuan tim SAR gabungan, kami mampu menyelesaikan tugas ini."

Menurut ahli mesin kelautan dari ITB Hasan Ibrahim, Indonesia sebenarnya sudah memiliki alat yang mumpuni untuk mencari dan menemukan benda di bawah laut. Bantuan asing, menurut Hasan, baru dibutuhkan apabila nantinya ada fakta bahwa kondisi pesawat rapuh dan sulit diangkat.

"Itu tergantung assessment orang di lapangan. Dari itu menentukan apakah peralatan yang ada di Indonesia bisa di-dispatch dengan cepat, cukup, atau butuh bantuan dari luar," kata Hasan kepada reporter Tirto.

Berbeda dengan Basarnas, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bertugas menginvestigasi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. Investigator KNKT Ony Suryo Wibowo menjelaskan, sejauh ini beberapa negara sudah menawarkan akan memberi bantuan. Beberapa di antaranya seperti Argentina, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, dan Arab Saudi.

Namun Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko menjelaskan, hingga kini lembaganya baru menerima bantuan satu buah ping locator dari Singapura. Bantuan lain yang akan tiba berasal dari Amerika Serikat.

"Mereka [AS] bawa peralatan apa baru mungkin besok pagi tahu. Yang jelas yang paling utama mereka bawa engineer dari pabrik Boeing. Itu kami tunggu karena sesuai Annex 13 dan UU Nomor 1 [tahun 2009] tentang Penerbangan, negara pembuat berhak membantu dan wajib membantu terutama dari pabrikan pembuat kapal," ujar Haryo kepada reporter Tirto.

Jadi nantinya usai Basarnas mengevakuasi seluruh korban, KNKT akan mulai bekerja secara maksimal. "Tapi ini kan simultan biar nggak sama-sama nunggu ya kami bekerja bersama-sama,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait LION AIR JATUH atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Humaniora
Reporter: Felix Nathaniel & Lalu Rahadian
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dieqy Hasbi Widhana