Menuju konten utama

Sampah Jakarta 7.800 Ton Per Hari, DKI Bangun 2 ITF untuk Mengelola

BUMD Perumda Sarana Jaya akan membangun dua Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) atau Intermediete Treatment Facility (ITF).

Sampah Jakarta 7.800 Ton Per Hari, DKI Bangun 2 ITF untuk Mengelola
Petugas membuang sampah di TPS Muara Baru, Jakarta, Senin (22/10/2018). ANTARA FOTO/Armansyah Putra/pras.

tirto.id - Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria mengatakan jumlah sampah yang dihasilkan warga Jakarta cukup besar, yakni mencapai 7.800 ton per hari. Untuk menangani hal ini, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perumda Sarana Jaya berencana membangun dua Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) atau Intermediete Treatment Facility (ITF).

Riza meyakini, dua FPSA yang akan terbangun nantinya akan memberikan dampak besar pada pengelolaan sampah di ibu kota dengan teknologi yang ramah lingkungan.

“Tahun ini sudah masuk proses lelang [FPSA]. Kita doakan, mudah-mudahan ke depan nanti setelah dibangun berproses kita tidak ada lagi masalah dengan sampah, Insya Allah nanti kita punya pengelolaan sampah yang berteknologi tinggi baik seperti negara-negara maju di dunia,” kata Riza saat diskusi secara daring, Jumat (15/10/2021).

Ketua DPD Jakarta Partai Gerindra itu menjelaskan, penanganan sampah perkotaan akan dilakukan dengan pendekatan kolaborasi. Yakni, mengajak seluruh elemen masyarakat agar bisa mengolah sampah sejak dari sumber dengan gerakan "Jakarta Sadar Sampah.”

Jakarta Sadar Sampah merupakan wadah kolaborasi guna mewujudkan Ibu Kota yang lebih bersih dan hijau. Mulai dari pemerintah, komunitas, bisnis hingga individu, diajak untuk bekerja sama dan turut terlibat melalui tiga aksi, yaitu mengurangi, memilah dan mengolah sampah.

Sementara Direktur Keuangan Sarana Jaya, Bima Priyo Santosa mengatakan, masalah sampah di Jakarta bukanlah hal baru. Namun, dengan adanya fasilitas FSPA, diharapkan bisa membantu ibu kota dalam menuntaskan masalah sampah.

“Sampah ini hal yang urgent, important, bagi Jakarta, yang kalau tidak ada penanganan itu mungkin tiga tahun atau empat tahun itu katanya Bantargebang bisa penuh. Dan kebayang ya, kalau Bantargebang penuh itu Jakarta seperti apa,” kata Bima dalam diskusi virtual Balkoters Talk bertajuk 'Olah Sampah dengan Teknologi Ramah Lingkungan', Jumat (15/10/2021).

Ia menilai, kerap kali masyarakat lebih menyoroti persoalan lain yang lebih terlihat seperti banjir dan macet. “Sampah itu orang mungkin tidak terlalu sadar, bahwa pengolahan sampah itu sangat signifikan sangat penting bagi perkotaan, dan itu yang menjadi tugas kita,” kata dia.

Bima mengatakan, pihaknya oleh Pemprov DKI Jakarta telah diamanatkan membangun dua FPSA di ibu kota. Sejauh ini, pengerjaan proyek masih dalam tahap lelang untuk menentukan mitra penggarapnya. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ditentukan lokasi untuk pembangunan dua FPSA ini sampai proses tender rampung.

“Kami berharap untuk nanti ada perkembangan yang signifikan di November, sehingga kami berharap tahun depan ini sudah mulai aktivitas fisik dari proyek itu," jelasnya.

Dia optimistis, dua FPSA yang dibangun ini bakal memberikan dampak besar pada pengelolaan sampah di ibu kota yang masih mengandalkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Terlebih nantinya, sistem yang dibuat akan ramah lingkungan dan menggunakan teknologi modern.

Baca juga artikel terkait SAMPAH JAKARTA atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Abdul Aziz