Menuju konten utama
12 April 1633

Saat Gereja Katolik Melakukan Investigasi terhadap Galileo Galilei

Investigasi terhadap Galileo yang mendukung teori heliosentris dilakukan penyelidik gereja pada abad ke-17.

Saat Gereja Katolik Melakukan Investigasi terhadap Galileo Galilei
Header Mozaik Galileo Galilei. tirto.id/Fuad

tirto.id - Gereja Katolik Romawi kerap ikut andil dalam menentukan arah perkembangan sejarah ilmu pengetahuan di Eropa. Peran itu tidak bisa dihindari karena Kristen telah didaulat menjadi agama resmi Kerajaan Romawi oleh Kaisar Konstantin pada paruh pertama abad ke-4 Masehi.

Ketika sang kaisar memutuskan untuk memeluk agama Kristen pada tahun 312 Masehi, segala aturan dan keputusan yang diambil oleh Kekaisaran Romawi secara drastis semakin bersifat Kristen. Dalam bidang militer, misalnya, lahir dekrit khusus yang memerintahkan semua anggota pasukan untuk beralih ke Kristen agar sesuai dengan iman seluruh kekaisaran. Sejak itu, upaya untuk mengkristenkan daratan Eropa semakin digalakkan.

Setelah itu, konstelasi politik memaksa Kekaisaran Romawi menghadapi berbagai gejolak dan pemberontakan. Sepeninggal Konstantin, Romawi bahkan harus terus bersaing antara bagian Barat dan Timur. Begitu juga dengan kepercayaan agama mereka. Masuknya pengaruh Islam membuat berbagai konflik semakin tak terhindarkan.

Di luar bidang militer, perkembangan agama Kristen menimbulkan banyak hal positif yang muncul. Namun tidak sedikit hal-hal yang menjadi aib bagi gereja Kristen juga muncul kemudian.

Ketika dunia Barat memasuki Abad Pertengahan, segala aspek kehidupan harus mengikuti otoritas Kristen. Kala itu kristenisasi tengah mencapai puncaknya yang ditandai dengan kedekatan sosial-politik antara golongan bangsawan dan pemimpin agama. Otoritas yang hampir tanpa batas ini memberi kuasa kepada mereka untuk menentukan apa saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan masyarakat.

Pada 1633, ketika otoritas ini mulai kehilangan kekuasaannya, gereja justru memanggil Galileo Galilei, seorang ilmuwan fisika dan astronom yang brilian di masa itu, untuk disidang karena temuan ilmiahnya berlawanan dan membantah kesimpulan resmi yang telah disepakati gereja.

Karena temuan ini dianggap sebagai pembangkangan atas ilmu pengetahuan yang sudah disahkan gereja, Paus Urbanus VIII menganggap perlu untuk menugaskan Pastor Vincenzo Maculani da Firenzuola, kepala penyelidik gereja untuk melakukan investigasi yang dimulai pada 12 April 1633, tepat hari ini 389 tahun silam.

Galileo diperintahkan untuk menghadiri persidangan sebagai calon tersangka. Menurut standar zaman itu, status ini sudah cukup untuk memenjarakannya agar terpisah dari masyarakat. Status ini, bagi Galileo, bukan hal yang mengejutkan. Penemuan ilmiahnya memang sudah dinyatakan sesat oleh hukum gereja yang konvensional dan ortodoks sejak 1616.

Enam tahun sebelumnya, ketika Galileo menerbitkan laporan ilmiahnya berjudul Sidereus Nuncius (1610) yang menjelaskan hasil pengamatan yang ia lakukan dengan teleskop, ia sudah sampai pada temuan yang mengarah pada teori heliosentris. Pada tahap itulah gereja mulai merasa perlu untuk mengawasi Galileo.

Teori heliosentris yang didukungnya muncul untuk pertama kali dalam buku De Revolutionibus Orbium Coelestium (1543) karya Nicolaus Copernicus. Ia merupakan salah satu intelektual penting yang muncul ketika Eropa memasuki awal masa Pencerahan. Teori yang menyatakan bahwa bumi bukan pusat tata surya dan berotasi mengelilingi matahari seperti yang dijelaskan Copernicus itu jelas membuat gereja jengah. Pasalnya, gereja telah memegang doktrin lama yang menganggap bumi adalah pusat segala sistem yang berlaku di alam semesta.

Sebagai ilmuwan, Galileo terus menulis dan memaparkan bukti-bukti teori ini dengan maksud agar bisa membuka ruang diskusi yang bebas dari doktrin-doktrin gereja yang menurutnya keliru. Sayangnya, gereja telah menetapkan bahwa doktrin itu sudah absolut dan tak bisa diubah.

Kekuasaan gereja yang absolut di sepanjang abad kegelapan ini juga meredam para ilmuwan lain selain Galileo yang mencoba meneliti soal teori heliosentris. Untuk urusan ini, otoritas gereja menaungi lembaga khusus yang disebut The Inquisition, lembaga yang menjaga gereja dari berbagai aliran dan ajaran sesat.

Dalam kasus Galileo, jika pada 1616 ia bisa selamat dari hukuman gereja dengan argumen-argumen ilmiah, maka pada 1633 ia tak bisa lolos. Galileo dianggap membangkang pada interpretasi kitab suci Katolik yang secara literal dan definitif menyebutkan bahwa bumi tidak mungkin bergerak. Terbitan Galileo, Dialogue Concerning the Two Chief World Systems yang ia publikasikan sekitar setahun sebelumnya, menjadi sumber masalah.

Terbitan yang sangat populer itu jelas meningkatkan tensi kontroversi atas teologi, astronomi, dan filsafat. Pasalnya, terbitan itu berisi diskusi mendalam antara 3 orang ahli mengenai masalah astronomi. Guna meredam kontroversi, beberapa bulan setelah publikasi pertamanya, Paus Urbanus VIII melarang buku itu. Gereja pun tak punya pilihan lain selain mendaulatnya sebagai sesat dan memberlakukan tahanan rumah bagi Galileo.

Kontroversi yang berkembang bermula dari alat-alat yang digunakan untuk menyusun laporan penelitian itu. Pada dasarnya, penelitian Galileo memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan upaya serupa yang dilakukan astronom ataupun pengamat lain karena ia berhasil menyempurnakan teleskop.

“Masalahnya, teleskop buatan Galileo terbukti lebih baik dibandingkan dengan teleskop siapapun di masa itu. Ia bisa melihat hal-hal yang tak tampak dalam pengamatan peneliti lain,” kata James Hannam dalam God’s Philosophers: How Medieval World Laid the Foundations of Modern Science (2009:646)

Infografik Mozaik Galileo Galilei

Infografik Mozaik Galileo Galilei. tirto.id/Fuad

Akhirnya, Galileo tak berdaya melawan otoritas gereja. Pada 22 Juni 1633, hanya dua bulan setelah penyelidikan dimulai, ia divonis bersalah. Dalam pernyataan hukuman yang ditandatangani oleh 7 orang Kardinal, ada tiga keputusan yang menjadi hasil akhir dari penyelidikan. Pertama, penemuan Galileo yang menjurus pada teori matahari sebagai pusat tata surya dianggap sesat. Setelah dinyatakan bertentangan dengan kitab suci, ia diminta menolak dan tidak menyebarkan pendapatnya soal itu.

Kedua, karena kesalahan itu ia akan dihukum dengan penjara formal yang diatur gereja. Keesokan harinya, hukuman itu diubah menjadi tahanan rumah, status yang ia emban hingga akhir hidupnya. Ketiga, semua diskusi dan dialog soal isu heliosentris dinyatakan terlarang.

Setelah vonis jatuh, hubungan baik Galileo dengan Paus Urbanus VIII pun rusak. Sang Paus sebenarnya sangat mendukung aktivitas Galileo yang dianggapnya sebagai ilmuwan. Namun, ia tak ingin ada temuan ilmiah yang berlawanan dengan ajaran gerejanya.

Galileo meninggal dengan status tahanan rumah pada 8 Januari 1642 di usia 77 tahun. Kontroversi masalah persidangan yang dikenal dengan sebutan Galileo Affair ini pun terlupakan oleh publik.

Larangan memublikasikan karya-karya Galileo akhirnya dicabut pada 1718. Gereja bahkan mendukung penerbitan edisi lengkap yang telah disensor atas karya Galileo melalui Paus Benediktus XIV.

Meski demikian, permintaan maaf resmi gereja atas hukuman terhadap Galileo tidak pernah ada. Baru pada 31 Oktober 1992, Gereja Katolik melalui Paus Yohanes Paulus II menyatakan bahwa gereja keliru karena telah menghukum Galileo atas teori heliosentrisnya. Dalam pernyataannya, Paus menyebutkan bahwa para teolog di zaman Galileo belum bisa membedakan antara pembacaan literal atas kitab suci dan interpretasinya.

Baca juga artikel terkait GEREJA KATOLIK atau tulisan lainnya dari Tyson Tirta

tirto.id - Humaniora
Kontributor: Tyson Tirta
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi