tirto.id - Banjir kembali melanda DKI Jakarta sejak Jumat (26/4/2019) kemarin. Dilansir dari situs resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hingga Sabtu (27/4/2019) pagi, tercatat 2 orang meninggal dunia dan 2.370 orang mengungsi karena banjir tersebut.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir bermula dari hujan di wilayah Bogor yang mengakibatkan naiknya debit air Sungai Ciliwung. Pada Kamis (25/4/2019) malam, tinggi air Sungai Ciliwung mencapai 220-225 centimeter. Banjir pun tak bisa dihindari di beberapa bentaran Sungai Ciliwung di Jakarta.
Semula, pada Jumat siang ada 43 titik banjir di DKI Jakarta. Setelah itu, titik banjir sempat menurun hingga mencapai 26 titik pada Jumat sore, Namun, titik banjir ternyata kembali mengalami peningkatan pada Sabtu pagi dengan 37 titik banjir.
Bencana yang seakan menjadi karib di Jakarta itu kemudian dibicarakan secara riuh di sosial media. Menurut Ismail Fahmi, analis sosial media, pembicaraan mengenai banjir tersebut bahkan tak kalah ramai jika dibandingkan dengan banjir yang terjadi pada 12 Desember 2017.
Khusus di Twitter, hingga Sabtu pukul 8 pagi, bahkan sudah terdapat 35 ribu percakapan dan 984 mention dari media online mengenai banjir DKI Jakarta.
Di antara percakapan tersebut, setidaknya ada tiga tagar populer yang digunakan: #BanjirJakarta, #Aniesdimana, dan #Ahok.
Tagar #Aniesdimana Sempat Jadi Trending Topic
Dalam hitung-hitungan Socialert, perangkat analisis media sosial, dari Sabtu siang hingga Minggu (28/4/2019) dini hari, kicauan bertagar #Ahok hanya mencapai 332 kali. Kicauan itu menjangkau lebih dari 15,5 juta pengguna, dengan impresi hingga mencapai lebih dari 30 juta.
Sementara itu, meski kicauan bertagar #BanjirJakarta hanya mencapai 236 kali, kicauan tersebut ternyata mempunyai jangkauan serta impresi lebih banyak daripada kicauan bertagar #Ahok. Jangkauan kicauan #BanjirJakarta mencapai lebih dari 16 juta pengguna, impresinya hampir mencapai 94 juta.
Pada periode yang sama, kicauan bertagar #AniesDimana memang paling sedikit didengungkan. Tagar itu hanya dikicaukan sebanyak 214 kali, hanya menjangkau sekitar 12,5 ribu pengguna Twitter, dan impresinya juga hanya berada di kisaran 14 ribu.
Meski begitu, tagar #AniesDimana tersebut ternyata sempat meraih trending topic di Twitter. Setidaknya, analisis yang dilakukan oleh Ismail Fahmi di situ Drone Emprit bisa menjadi bukti.
Sejak banjir di DKI Jakarta ramai dibicarakan di Twitter, hingga Sabtu pagi, tagar #AniesDimana sudah dikicaukan sebanyak 5.862 orang. Kicauan itu berhasil mengalahkan kicauan bertagar #Ahok serta #BanjirJakarta. Sementara #Ahok hanya dikicaukan sebanyak 1553 orang, tagar #BanjirJakarta hanya berada di kisaran 400-an.
Lantas, apa korelasi antara ketiga tagar yang digunakan warganet untuk mengomentari banjir yang terjadi di Jakarta tersebut?
Digunakan Untuk Saling Menyalahkan
Soal penanganan banjir Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mempunyai wacana berbeda dengan Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Basuki Tjahaja Purmana (BPT) alias Ahok. Jika BTP menggunakan sistem drainase berbasis horizontal, Anies berencana menggunakan sistem drainase berbasis vertikal. Alasan Anies: pengelolaan banjir harus tetap dimasukkan ke dalam bumi.
“Cara seperti itu harapannya mampu mengurangi volume air di sungai, sebab air sudah masuk ke dalam tanah. Ke depannya, Jakarta bisa terbebas dari banjir karena vertikal drainase bukan horisontal drainase,” tutur Anies pada Feburari 2017 silam.
Sayangnya, hingga banjir kemudian melanda Jakarta pada Jumat lalu, program Anies tersebut ternyata tak kunjung terealisasi. Bahkan, konsep nyata dari program Anies pun tak jelas. Dari sana, tagar #AniesDimana pun ramai diperbincangkan warganet.
Mayoritas kicauan dengan tagar #AniesDimana merupakan kritik tentang penanganan banjir yang dilakukan oleh Anies. Dan salah satu penggerak tagar tersebut adalah akun @PartaiSocmed.
Pada Jumat malam, pukul 9 lebih 25 menit, akun tersebut mencuit, “Pengumuman! Malam ini kita serempak naikkan tagar #AniesDimana sebagai empati dari korban banjir di DKI. Silakan bikin 10 tweet tentang banjir di Jakarta dengan menyertakan tagar #AniesDimana. Dimuali dari sekarang!” Hingga Minggu dini hari, cuitan itu sudah mendapatkan 557 balasan, sekitar 1400 retweet, serta sekitar 1700 likes.
Populernya tagar #AniesDimana tersebut ternyata berjalan beriringan dengan tagar #Ahok. Hal ini jelas terjadi karena tak sedikit pula warganet yang membandingkan kinerja Anies Baswedan dan BTP dalam penanganan banjir di Jakarta.
Sebelum tagar #Ahok populer, melalui akun twitter-nya, @basuki_tp, BTP sendiri sempat mengimbau kepada warga DKI Jakarta agar waspada terhadap banjir, mau membantu korban banjir, serta melarang warga DKI membuang sambah sembarangan. Hingga Sabtu pagi, kicauan BTP tersebut ternyata menjadi tweet paling populer soal banjir Jakarta: kicauan tersebut di-retweet sebanyak 4889 kali.
Kemudian, mengapa tagar #BanjirJakarta saat ini lebih bergema dari tagar #AniesDimana dan #Ahok yang sempat populer sebelumnya? Penyebabnya jelas: banjir di Jakarta adalah bahan pergunjingan utama di media sosial. Sayangnya, tagar tersebut tidak digunakan untuk memberikan informasi yang bermanfaat, tapi digunakan untuk saling menyalahkan.
Editor: Gilang Ramadhan