Menuju konten utama

Roy Jeconiah & Sejarah Boomerang: Antara Musik Rock atau Politik

Roy Jeconiah pernah menggurat sejarah bersama Boomerang. Kini, sang rocker mendapat dukungan untuk terjun ke politik.

Roy Jeconiah & Sejarah Boomerang: Antara Musik Rock atau Politik
Mantan vokalis band Boomerang, Roy Jeconiah. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/hp.

tirto.id - Roy Jeconiah memperoleh dukungan untuk mencalonkan diri sebagai wali kota dalam Pilkada Surabaya 2020 mendatang. Publik selama ini mengenal Roy sebagai rocker dan mantan vokalis Boomerang, salah satu band rock yang cukup berpengaruh dalam sejarah industri musik Indonesia.

Dukungan kepada Roy untuk maju ke Pilkada Surabaya 2020 datang dari Komunitas Musisi dan Seniman Surabaya. Melalui perwakilannya, Denny Irenk, musisi berdarah Manado kelahiran kota pahlawan itu dinilai layak menjadi pemimpin, termasuk untuk mengembalikan ruh Surabaya yang pernah menjadi salah satu basis musik rock di tanah air.

"Komunitas Musisi dan Seniman Surabaya menginginkan Roy untuk membangun Kota Surabaya yang pernah tercatat sebagai barometer Musik Rock Indonesia," tandas Denny Irenk dalam siaran pers yang diterima Tirto.id, Rabu (3/7/2019).

Menurut personil band Grass Rock ini, kalangan seniman, termasuk musisi, pecinta musik, dan anak-anak muda milenial Surabaya, siap mendukung penuh Roy untuk maju ke Pilkada Surabaya 2020 mendatang.

Melegenda Bareng Boomerang

Bernama lengkap Roy Jeconiah Isoka Wurangian, ia dilahirkan di Surabaya, pada 6 November 1969. Anak ke-8 dari 10 bersaudara pasangan William Joseph Wurangian dan Ursula Clementine Emma Soroinsong ini semakin dikenal sebagai penyanyi rock pada awal dekade 1990-an.

Kala itu, Roy bergabung dengan band bernama Lost Angels yang baru saja ditinggalkan vokalisnya, Inno Daon. Lost Angles digawangi oleh Hubert Henry Limahelu (bass), John Paul Ivan (gitar), dan Petrus Augusti (drum).

Bersama Roy sebagai vokalis baru, band asli Surabaya ini terus eksis dan kian menancapkan pamornya. Pada 1992, seperti terungkap dalam arsip Majalah Gatra, Lost Angel membuka konser tur Gong 2000 di Sulawesi yang dimotori oleh para personil God Bless, termasuk Ahmad Albar dan Ian Antono.

Lost Angels juga unjuk gigi dalam Festival Rock Se-Indonesia ke-7 1993 di Yogyakarta dan termasuk 10 besar band terbaik. Festival ini digagas oleh promotor musik rock kenamaan tanah air asal Surabaya, Log Zhelebour.

Aksi Roy dan kawan-kawan ternyata memikat Log. Lost Angels pun ditawari masuk dapur rekaman untuk menggarap album perdana mereka, selain dilibatkan pula dalam album kompilasi bersama band-band terbaik Festival Rock Se-Indonesia 1993 lainnya.

Namun, muncul persoalan yang terpaksa membuat Petrus keluar dari band. Ketiadaan sang drummer sempat mengguncang Lost Angels karena terjadi di tengah proses pengerjaan album pertama mereka. Terlebih, Lost Angels harus bersiap menjalani tur dan konser untuk promosi album tersebut.

Maka, riwayat Lost Angels pun sepakat ditamatkan untuk kemudian terlahir dengan nama baru.

Pada 8 Mei 1994, lahirlah Boomerang dengan tiga personil yang tersisa yakni Henry, Ivan, dan Roy. Boomerang –sebagai wujud anyar dari Lost Angels– merilis album perdana beberapa pekan berselang. Pada 1 Januari 1995, Farid Martin direkrut sebagai pengganti Petrus.

Raungan Boomerang disambut baik oleh publik. Band kesayangan Log Zhelebour ini pun menghasilkan sederet album dengan seabrek lagu yang sukses menjadi hits. Boomerang, yang punya basis massa cukup besar, mencatatkan tinta emas sebagai salah satu band rock paling berpengaruh di Indonesia pada perjalanan dasawarsa 1990-an itu.

Boomerang bahkan dipercaya sebagai band pembuka konser Mr. Big, salah satu superband rock dunia paling terkenal kala itu, pada 15 Mei 1996 di Stadion Tambaksari Surabaya yang dipadati lebih dari 20 ribu penonton. Pada 2003, Boomerang membuka konser band cadas ternama lainnya, Megadeth, di Medan.

Rocker yang Membumi

Setelah album Boomerang (1994), band ini meluncurkan deretan album berikutnya, yakni K.O. (1995), Disharmoni (1996), Hits Maker (1997), Segitiga (1998), Hard 'n Heavy (1999), Best Ballads (1999), Xtravaganza (2000), The Greatest Hits of Boomerang (2003), Terapi Visi (2003), Urbanoustic (2005), dan Suara Jalanan (2009).

Namun, dalam perjalanan panjang itu, Boomerang kembali mengalami masa guncang. Setelah kesuksesan album X'Travaganza pada awal milenium baru, Boomerang pisah kongsi dengan Log Zhelebour yang ternyata berdampak cukup besar terhadap eksistensi mereka.

Sang gitaris yang juga nyawa dari band ini, John Paul Ivan, bahkan memutuskan hengkang pada 2005. Bersama Andry Franzzy, mantan gitaris Powerslave yang digaet setahun kemudian, Boomerang terus berjalan kendati belum sedahsyat sebelumnya.

Tahun 2010, giliran Roy Jeconiah yang pergi. “Ya karena ada hal-hal sangat principle yang tidak bisa ketemu jalan keluarnya," ungkap Roy mengenai alasan mengapa ia keluar dari Boomerang, dikutip dari Raddien.com (29 Mei 2012).

Sempat menggarap proyek solo bernama Jecovox, Roy lalu bereuni dengan Ivan dengan membentuk RI-1 Band pada 2012. Kendati begitu, Roy mengaku masih sulit lepas dari bayang-bayang Boomerang yang sudah kadung lekat dengan dirinya.

“Separuh umurku bersama Boomerang, jadi itu bukan suatu hal yang mudah untuk melepaskan image tersebut. Kalau dulu, saya punya cita-cita mulia, ingin nge-band dengan orang yang sama, dengan formasi tetap, tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari esok," ungkapnya kepada Kompas (6 Juni 2012).

Ivan mengamini. “Memang ciri khas kami susah diubah. Orang dengar suara Roy, pasti rasanya Boomerang. Ya ini kayak era Boomerang, tapi kemasan yang baru," ujar musisi yang kerap berpenampilan mirip gitaris Guns N' Roses, Slash, ini, dilansir Liputan6 (1 Maret 2013).

Waktu terus berlalu, Roy terus berupaya konsisten di ranah musik, khususnya di jalur rock yang telah menjadikannya sebagai salah satu rocker legendaris tanah air, meskipun sulit untuk bisa mengulang sejarah gemilang yang dulu pernah direngkuh bersama Boomerang.

Kini, nama Roy digadang-gadang agar terjun ke kancah politik dengan mengikuti Pilkada 2020 sebagai bakal calon Wali Kota Surabaya. Bagi Denny Irenk, Roy adalah sosok idola yang membumi, mudah bergaul dengan semua kalangan, bersedia menerima saran dan masukan, serta mau terus belajar dalam banyak hal.

Meskipun belum punya pengalaman di bidang politik atau pemerintahan, namun Roy tampaknya tidak terlalu abai dengan politik. Itu terlihat dari beberapa cuitannya di sosial media, juga pemilihan RI-1 sebagai nama band yang digagasnya bersama John Paul Ivan pada 2012 silam.

"Semoga dengan munculnya figur Roy Jeconiah pada kontestasi Pilkada Surabaya 2020 menjadikan wacana yang baik bagi warga dan masyarakat Kota Surabaya dalam demokrasi, dan kontestasi yang lebih bermoral, bermartabat, tertib, aman, damai bagi kita semua," harap Denny.

Baca juga artikel terkait SEJARAH BAND ROCK INDONESIA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Current issue
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Abdul Aziz