Menuju konten utama

Ringkasan Cerita Rakyat Telaga Warna, Alur, dan Tokohnya

Cerita Telaga Warna mengisahkan latar belakang penyebab terjadinya perubahan warna air di Telaga Warna. Lantas, bagaimana alur cerita Telaga Warna?

Ringkasan Cerita Rakyat Telaga Warna, Alur, dan Tokohnya
Ilustrasi danau Telaga Warna yang menjadi latar belakang cerita Telaga Warna. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Telaga Warna merupakan salah satu cerita rakyat atau dongeng populer yang ada di Indonesia. Sama seperti cerita rakyat Sangkuriang, daerah asal dongeng Telaga Warna adalah Jawa Barat.

Selaras dengan asal dongeng Telaga Warna, latar belakang kisahnya diambil dari nama danau di Bogor, Jawa Barat, bernama Telaga Warna. Legenda telaga ini pun menjadi sebuah cerita yang dihargai oleh masyarakat setempat karena nilai-nilai pendidikan dan moralnya.

Cerita Telaga Warna dipandang sebagai warisan budaya daerah yang penting untuk diturunkan pada generasi muda. Telaga Warna pun telah diceritakan dan didokumentasikan dalam berbagai bentuk, termasuk film televisi, buku, dan tradisi lisan.

Hal demikian mencerminkan bahwa budaya lokal tetap populer serta berpengaruh kuat. Untuk memahami lebih mendalam, simak ringkasan cerita Telaga Warna, tokoh, dan pesan moralnya, di bawah ini.

Daftar Tokoh dalam Cerita Telaga Warna

Tokoh dalam cerita legenda Telaga Warna berkaitan erat dengan alur cerita dan pesan moral yang diusung dalam cerita. Sifat tokoh dalam cerita Asal Mula Telaga Warna berbeda-beda.

Tokoh antagonis pada cerita Asal Mula Telaga Warna adalah Dewi Rukmini. Sementara itu, tokoh protagonisnya adalah ayah dan ibunya. Secara lengkap, berikut daftar tokoh dalam cerita legenda Telaga Warna:

1. Prabu Suwartalaya

Prabu Suwartalaya merupakan salah satu tokoh utama Telaga Warna. Ia adalah pemimpin Kerajaan Kutatanggeuhan yang memiliki istri bernama Purbamanah. Sang raja bersifat bijaksana, baik hati, pantang menyerah, dan selalu bersyukur.

2. Ratu Purbamanah

Dalam dongengTelaga Warna, Purbamanah merupakan istri Raja yang memiliki sifat lembut dan penyayang.

3. Nyi Mas Ratu Dewi Rukmini Kencana Wungu

Rukmini atau Dewi Kuncung Biru merupakan putri dari Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah. Rukmini berkarakter egois. Ia pernah membuat prabu dan ratu kecewa lantaran membuang perhiasan yang diberikan rakyat kepadanya sebagai hadiah ulang tahunnya.

Ringkasan Cerita Telaga Warna

Alur cerita Telaga Warna bermula dari sebuah Kerajaan Kutatanggeuhan yang dipimpin oleh seorang raja bijaksana, yaitu Prabu Suwartalaya, yang beristri Ratu Purbamanah. Dikisahkan, pasangan raja dan ratu ini sangat menginginkan keturunan. Setelah bertahun-tahun menikah, raja dan ratu tak kunjung dikaruniai anak.

Sesuai petunjuk dari ayahnya, demi mendapatkan keturunan, sang raja pergi ke sebuah gua untuk bertapa. Benar saja, setelah bertapa selama beberapa lama, ratu diberi kehamilan. Mereka pun sangat senang menyambut kelahiran bayinya.

Setelah sang putri lahir dengan sehat dan selamat, Prabu Suwartalaya mengumumkan kabar gembira tersebut kepada seluruh rakyatnya. Seluruh rakyat kerajaan pun tahu bahwa anak raja diberi nama Nyi Mas Ratu Dewi Rukmini Kencana Wungu.

Putri Rukmini tumbuh menjadi perempuan cantik yang disayangi oleh kedua orang tuanya sekaligus seluruh rakyatnya. Pada masa kanak-kanaknya, hampir setiap hari rambut sang putri selalu dikucir dengan pita berwarna biru. Dikarenakan hal itu, putri mendapatkan julukan Dewi Kuncung Biru oleh teman-temannya.

Dewi Kuncung biru tumbuh dengan penuh kasih sayang. Ia hampir selalu mendapatkan apapun keinginannya, tanpa terkecuali, termasuk saat perayaan usia 17 tahun.

Selain meminta kepada ayahnya untuk menggelar pesta megah, Dewi Kuncung Biru meminta hadiah permata, berlian, emas, dan mutiara. Dewi Kuncung Biru pun mengajukan permintaan yang tak masuk akal, yakni saat pesta, dirinya ingin setiap rambutnya dihiasi dengan emas permata dan berlian indah.

Permintaan yang terakhir sontak membuat raja terkejut. Permintaan tak masuk akal itu pun langsung ditolak oleh raja dan membuat Dewi Kuncung Biru marah. Singkat cerita, kemarahannya terdengar hingga ke luar istana. Seluruh rakyat lantas gotong royong mengumpulkan harta kekayaan mereka demi memenuhi permintaan putri raja.

Pada mulanya raja menolak bantuan dari rakyat itu. Namun, dia akhirnya menerimanya dan mengundang seluruh rakyatnya untuk menghadiri pesta ulang tahun putrinya. Saat pesta tiba, hadiah yang dikumpulkan rakyatnya tersebut tak sesuai dengan keinginan sang putri yang manja. Di pesta itu, Dewi Rukmini membuang kotak perhiasan yang diberikan kepadanya. Semua orang hanya terdiam.

Melihat kelakuan putrinya, Ratu Purbamanah tak kuasa menahan tangis. Setelah itu, secara tiba-tiba, tanah di kerajaan terguncang dan lantai istana secara mendadak terbelah. Cuaca buruk datang diiringi badai, kilat, dan guntur yang bergemuruh.

Genangan air semakin meluas sehingga merendam istana kerajaan. Air yang membanjiri area tersebut kemudian membentuk sebuah danau atau telaga.

Kejanggalan terjadi ketika badai yang sebelumnya sangat kuat tiba-tiba berhenti. Kemudian, air di danau itu mulai menampilkan warna-warni yang indah. Konon, penyebab terjadinya perubahan warna air di Telaga Warna adalah perhiasan putri yang tersebar di dasar danau.

Pesan Moral Cerita Telaga Warna

Pesan moral Telaga Warna mengajak para pembaca untuk memahami nilai-nilai kehidupan, seperti kebijaksanaan pemimpin, kesabaran, rasa syukur atas anugerah, dan sebagainya. Amanat cerita tersebut memberikan arahan tentang cara membangun kehidupan yang bermakna dan penuh nilai positif.

Untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut ini uraian tentang pesan moral cerita Telaga Warna:

1. Kepemimpinan bijak

Cerita menyoroti pentingnya kepemimpinan yang bijak dan adil, terlihat dari Prabu Suwartalaya yang memimpin Kerajaan Kutatanggeuhan dengan kebijaksanaan.

2. Kesabaran

Pesan moral Telaga Warna yang kedua mencakup nilai kesabaran. Itu tergambar dari kesabaran Prabu Suwartalaya dalam menghadapi kesulitan untuk mendapatkan keturunan. Kesabarannya ini diiringi dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan keturunan, termasuk dengan cara bertapa di gua.

3. Bersyukur

Moral cerita Telaga Warna juga mengajarkan agar kita selalu bersyukur. Salah satunya terlihat melalui sikap Prabu Suwartalaya yang bersyukur atas kelahiran putrinya setelah menanti dengan kesabaran. Sementara itu, sikap kufur nikmat yang ditunjukkan oleh Dewi Kuncung Biru digambarkan membawa malapetaka.

Baca juga artikel terkait CERITA RAKYAT atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin