Menuju konten utama

Ribuan Warga Malaysia Gelar Aksi Protes Turunkan Najib Razak

Oposisi Najib Razak di Malaysia memakai skandal 1MDB untuk menarik sebanyak mungkin pemilih guna melawan dan menurunkan Perdana Menteri Malaysia itu.

Ribuan Warga Malaysia Gelar Aksi Protes Turunkan Najib Razak
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak meninggalkan parlemen di Kuala Lumpur, Malaysia. Antara Foto/Reuters/Olivia Harris.

tirto.id - Ribuan pemrotes berkumpul dalam unjuk rasa, Sabtu (14/10/2017), untuk menuntut tindakan terhadap Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, atas kesalahan pengelolaan miliaran dolar menggunakan dana negara.

Oposisi Najib di Malaysia memakai skandal 1Malaysia Pengembangan Berhad (1MDB) untuk menarik sebanyak mungkin pemilih guna melawan Najib, yang dapat mengadakan pemilihan umum kapan pun sejak sekarang hingga pertengahan tahun depan.

Sejauh ini Najib mampu mengatasi skandal itu, menggalang kekuasaan dengan menekan pembangkang dan membatasi media serta pegiat, bahkan saat ia menghadapi tantangan sengit dari mantan pembinanya, Mahathir Mohamad.

Namun, kenaikan biaya hidup dan pajak konsumsi, membuat orang, seperti Hasmurni Tamby, ibu lima anak berusia 42 tahun, muak dengan berbagai hal di bawah Najib.

"Harga apa pun naik tapi gaji kita tidak. Kami tidak bisa menabung. Jadi, kami tidak menginginkan pemimpin ini lagi," kata Hasmurni, yang melakukan perjalanan beberapa jam ke utara dari negara bagian asalnya, Malaka, untuk menghadiri unjuk rasa malam itu.

Mengutip Straits Times, unjuk rasa pada Sabtu itu disebut sebagai akhir dua bulan perjalanan menumpas kleptokrasi. Gerakan ini diprakarsai oposisi gabungan Pakatan Harapan untuk meyakinkan sebagian besar pemilih Melayu-Muslim di daerah medan perang pedesaan bahwa negara tersebut menderita akibat penanganan Najib atas 1MDB.

Popularitas Najib anjlok akibat tekanan pemberitaan terus-menerus dari pers terkait 1MDB, terutama sesudah Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengajukan tuntutan perdata untuk menemukan lebih dari 1,7 miliar dolar (sekitar 22 triliun rupiah lebih), yang diduga disalahgunakan dari dana 1MDB.

Namun, rebound ekonomi dan peningkatan perekonomian dan penguatan mata uang ringgit menguntungkan Najib.

Perdana menteri itu diperkirakan mengumumkan banyak prakarsa merakyat pada akhir bulan ini saat ia memaparkan anggaran terakhir sebelum pemilihan umum. Beberapa bulan sebelumnya, ia mengumumkan perumahan dan bantuan tunai senilai miliaran bagi masyarakat Melayu.

Namun, Mahathir, yang melihat melalui industrialisasi Malaysia sebagai perdana menteri terlama, memperingatkan bahwa kebaikan tidak akan terjadi dengan membiarkan mantan anak didiknya itu terus memerintah.

"Kita belum pernah mempunyai perdana menteri pencuri. Ia mencuri, sehingga bisa hidup nyaman," kata Mahathir kepada kerumunan saat menyampaikan pidato akhir pada malam itu.

"Kita perlu menurunkan penguasa pencuri di negara kita. Nasib Najib ada di tangan kita. Kita bisa menyingkirkannya, hanya dengan memilih PH," kata mantan perdana menteri itu.

Penyelenggara unjuk rasa telah mengadakan pembicaraan di seluruh Malaysia dalam beberapa bulan terakhir dalam upaya untuk memobilisasi 100.000 orang.

Meskipun polisi tidak menyetujui acara tersebut, dengan alasan kemacetan lalu lintas sebagai alasan utama, panitia terus maju.

Mahathir berjanji bahwa Pakatan Harapan akan membuat Malaysia "mulia" lagi dengan menjadikan negara ini sebagai salah satu dari sepuluh negara terbersih di dunia pada tahun 2030 jika oposisi mengambil alih kekuasaan.

Dia juga berjanji untuk mengambil lima tindakan anti-korupsi, termasuk menangkap Pejabat Resmi Malaysia 1, membentuk Komisi Penyelidik Kerajaan (Royal Commission of Inquiry/RCI) untuk menangani skandal 1MDB dan Felda, membentuk badan independen untuk mengembalikan dana dugaan yang disalahgunakan, dan menempatkan MACC secara langsung di bawah Parlemen.

Baca juga:Pertaruhan Nasib Najib Razak dalam 1MDB

Baca juga artikel terkait MALAYSIA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari