Menuju konten utama
Konflik Kashmir

Ribuan Tokoh Politik, Aktivis dan Akademisi Kashmir Ditahan

Pihak administrasi Jammu dan Kashmir menduga ada sekitar empat ribu orang ditahan sejak 5 Agustus 2019.

Ribuan Tokoh Politik, Aktivis dan Akademisi Kashmir Ditahan
Anggota pasukan keamanan India berpatroli di sebuah jalan yang ditinggalkan saat pemberlakuan pembatasan setelah pemerintah mencabut status khusus untuk Kashmir, di Srinagar. ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Ismail/wsj/cfo

tirto.id - India menahan ribuan tokoh politik kunci Kashmir, aktivis hingga akademisi sejak 5 Agustus 2019, termasuk mantan perdana menteri wilayah otonom Kashmir tersebut. Selain tokoh-tokoh penting, ribuan orang lainnya ditahan di Kashmir selama unjuk rasa atas Artikel 370.

The Hindu melansir, juru bicara pemerintah Jammu dan Kashmir, Rohit Kansal, mengatakan belum ada jumlah pasti berapa orang yang ditahan. Pihak administrasi Jammu dan Kashmir menduga ada sekitar empat ribu orang ditahan di bawah Public Safety Act (PSA), yaitu perintah untuk mengamankan orang-orang tertentu agar ketertiban publik terjaga.

"Sebagian tahanan kabur dari Kashmir karena penjara disini membludak," kata administrasi J&K. Ia menambahkan, saat ini ia menggunakan telepon satelit khusus untuk mengupulkan angka pastidari seluruh koleganya yang ada di bagian negara lain, di tengah padamnya saluran komunikasi.

Pihak berwenang menolak memberikan jumlah pasti tahanan Kashmir. Mereka hanya menyebut 100 politisi lokal, aktivis, dan akademisi ditahan dalam beberapa hari pertama Artikel 370 diumumkan.

Mereka menyatakan, hal tersebut adalah tindakan preventif untuk menghindari kekacauan publik, mengingat wilayah tersebut selama beberapa dekade melakukan pemberontakan bersenjata kepada pemerintah.

Pejabat setempat menyatakan bahwa keadaan di lembah Kashmir telah kembali damai dan menolak menyebutkan secara rinci berapa dan siapa saja yang ditahan. Ia juga mengatakan bahwa mulai Senin (19/8/2019) sekolah-sekolah akan mulai dibuka kembali.

Aljazeera merangkum beberapa tokoh politik penting Kashmir, diantaranya Farooq Abdullah (83), pemimpin partai dominan di Kashmir, National Conference yang kini menjadi tahanan rumah di Gupkar Road, Srinagar.

Namun, kepada media ia menyatakan bahwa dirinya bukan tahanan rumah, melainkan ia menetap di rumah atas kemauan dan kehendaknya sendiri, diberitakan oleh media sosial ANI.

Omar Abdullah (49), salah satu tokoh utama di National Conference sekaligus generasi ke-3 kepemimpinan partai tersebut sejak kakeknya, Sheikh Muhammad Abdullah, lalu ayahnya Farooq. Ia ditahan pada 5 Agustus di Hari Niwas, rumah tamu kenegaraan di tepi Danau Dal.

Mehooba Mufti (60), perdanan menteri Jammu dan Kashmir yang mungkin akan jadi perdana menteri terakhir karena kini Jammu dan Kashmir, Ladakh akan dipimpin oleh pemerintahan pusat India, ia ditahan di Chasm-e-Shahi.

Shah Faesal (36), tokoh pemuda yang mendirikan Partai Jammu Kashmir Political Movement (JKPM). Ia ditangkap di bandara New Delhi saat hendak terbang ke Istanbul pada 14 Agustus.

Syed Ali Geelani (89), Umar Farooq (46), dan Mian Abdul Qayoom (69) juga termasuk dalam jajaran tokoh penting yang ditangkap oleh pihak berwajib. Pemerintah India mengatakan pada Sabtu (17/8/2019) bahwa pelarangan di Jammu dan Kashmir sudah dilonggarkan.

Dalam sebuah konferensi pers, penanggung jawab India untuk Kashmir, B.V.R Subrahmanyam mengatakan, "Penahanan berupa pencegahan tengah ditinjau dan keputusan selayaknya akan diambil berdasarkan hukum dan penilaian keadaan."

Baca juga artikel terkait KONFLIK KASHMIR atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Politik
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora