Menuju konten utama
Rendang Daging

Resep Rendang Daging Sederhana dan Sejarahnya dari Suku Minang

Rendang daging sapi, resep cara membuatnya hingga dari mana asal usul sejarah rendang.

Resep Rendang Daging Sederhana dan Sejarahnya dari Suku Minang
Kuliner khas dari Tanah Minang, Rendang. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Rendang daging merupakan salah satu makanan khas Indonesia yang berasal dari suku Minangkabau atau yang biasa disebut Suku Minang, Sumatera Barat.

Rendang berasal dari bahasa Minang yaitu "randang". Kata ini merujuk pada proses atau teknik memasaknya yang bernama "merandang".

Dilansir dari tulisan "Rendang: The Treasure of Minangkabau", istilah rendang berasal dari kata "merandang" yang artinya "secara lambat".

Secara sederhana, "merandang" artinya mengolah atau mengaduk masakan dalam waktu yang cukup lama (berjam-jam) hingga hasil masakannya menjadi kering.

Jadi, rendang sebenarnya adalah sebuah teknik atau proses memasak suatu bahan makanan, sama seperti menumis, menggoreng, atau merebus.

Rendang daging sangat terkenal hingga mancanegara, bahkan menurut survei yang dilakukan oleh Cable News Network pada tahun 2011 dan 2017, mayoritas pembaca memilih rendang sebagai makanan terlezat di dunia. Demikian seperti dilansir dari jurnal online Binus.ac.id.

Karena proses pengolahannya membutuhkan waktu yang cukup lama, maka daging akan terasa sangat empuk, dengan bumbu rempah dan santan yang meresap.

Proses memasak rendang daging memang harus dilakukan secara lambat dan dalam waktu lama supaya segala macam bumbu, rempah, serta santan meresap secara sempurna. Dengan demikian, akan dihasilkan rendang yang benar-benar bercitarasa maksimal.

Setidaknya ada tiga tingkatan dalam teknik memasak daging berbumbu dalam kuah santan untuk menghasilkan masakan yang terbasah, setengah basah, hingga yang paling kering.

Olahan terbasah biasa disebut gulai yang memang masih memiliki kuah santan, di tingkatan kedua ada kalio atau yang kerap disebut rendang basah, dan yang ketiga benar-benar kering yang merupakan ciri khas rendang asli Minangkabau.

Rata-rata proses memasak rendang setidaknya hingga 8 jam sehingga segala macam bumbu, rempah, dan santan benar-benar meresap kering untuk menghasilkan rasa rendang yang lebih kuat.

Bagi orang Minang, rendang punya filosofi mendalam dalam kehidupan mereka, yaitu kesabaran, kebijaksanaan, dan ketekunan.

Resep Rendang Daging Sederhana

Rendang biasanya disajikan saat hari raya besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha untuk dinikmati bersama keluarga. Berikut ini resep rendang daging.

Bahan:

- 1 kg daging sapi, iris-iris agak tebal

- 3 butir kelapa, parut

- 2 L air kelapa

- 2 batang serai, memarkan

- 5 lembar daun jeruk

- 3 lembar daun salam

- 2 hingga 3 lembar daun kunyit

- 1 ruas lengkuas, memarkan

- 3 butir cengkih

- Secukupnya garam dan gula

Bumbu halus:

- 100 gr bawang merah

- 5 siung bawang putih

- 100 gr buah cabai merah keriting

- 1 sdm ketumbar

- 1 ruas jempol jahe

- 1/4 buah pala

- 1/4 sdt jintan

Cara membuat:

1. Peras kelapa parut dengan air kelapa, ambil kentalnya saja (jangan skip air kelapa karena itu rahasia supaya dagingnya cepat empuk dan manis gurih alami meski tanpa penyedap)

2. Didihkan santan, masukkan bumbu halus, lengkuas, daun kunyit, daun salam, daun jeruk, cengkih dan serai, aduk rata.

3. Masukkan daging, aduk-aduk sampai rata, bumbui garam dan sedikit gula, masak sambil terus diaduk sampai santan menyusut dan daging berwarna cokelat kehitaman kurang lebih 2 hingga 3 jam, angkat dan sajikan.

Cara Membuat Daging Empuk secara Alami

Berikut ini beberapa bahan alami yang bisa digunakan untuk membuat daging lebih empuk sebelum dimasak, sebagaimana dikutip dari Bango dan Taste of Home.

1. Daun pepaya

Daun pepaya memiliki enzim yang disebut enzim papain yang bermanfaat untuk membuat daging menjadi empuk. Caranya, remas-remas daun pepaya muda sampai getahnya benar-benar keluar. Gunakan daun pepaya tersebut untuk membungkus daging lalu diamkan selama kurang lebih 30 menit.

Cara ini cocok untuk daging yang akan diolah menjadi sate dan steak. Selain daun papaya yang muda, buah pepaya juga di percaya mengempukkan daging caranya rebus buah pepaya bersama dengan daging.

2. Rendam dengan teh

Teh mengandung tanin yang berfungsi sebagai pengempuk alami. Teh juga memiliki warna yang sangat pekat, warna pekat dari teh ini dapat digunakan sebagai bahan perendam daging. Daging bisa direndam bersamaan dengan teh sekitar 30 menit.

3. Buah nanas

Nanas merupakan buah yang banyak disukai karena memiliki rasa yang enak dan manis. Nanas mengandung enzim bromelin yang cara kerjanya pada daging sama dengan enzim papain.

Enzim ini bisa membuat daging menjadi lebih empuk saat diolah. Cara mengolahnya yaitu masukan potongan nanas lalu rebus bersama daging.

Bisa juga parut nanas terlebih dahulu kemudian balurkan ke seluruh bagian daging dan diamkan selama 45 menit. Setelah itu, cuci daging sebelum diolah. Cara ini sangat cocok untuk daging yang akan diolah dengan cara ditumis atau disayur.

4. Kiwi

Buah kiwi mampu membuat daging menjadi empuk sehingga mudah diolah dan tidak alot. Buah kiwi mengandung enzim actinidin yang berfungsi menghancurkan protein, sehingga akan mudah mengempukkan daging.

Cara mengolah daging agar cepat empuk dengan buah kiwi cukup mudah. Remas-remas atau parut buah kiwi dan oleskan ke seluruh permukaan daging. Diamkan sekitar 30 menit lalu bilas dengan bersih dan daging siap untuk diolah.

5. Kulit pisang

Kulit pisang ini mampu membantu mengurangi protein di dalam daging sehingga daging akan lebih cepat empuk. Selain itu, kulit pisang juga mampu membuat daging yang diolah tidak mudah kering.

6. Daun nangka

Daun nangka dapat membuat daging lebih empuk. Saat merebus daging tambahkan 3 sampai 7 lembar daun nangka ke dalam rebusan. Rebus daging dan daun nangka secara bersamaan hingga daging menjadi empuk.

Sejarah Rendang Daging

Mengutip Journal of Ethnic Foods, rendang sama-sama diklaim oleh dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia. Tentunya, masing-masing memiliki alasan tersendiri.

Barangkali memang benar bahwa kedua negara ini sama-sama menghasilkan rendang mengingat masih satu rumpun. Namun, sedikit banyak tentunya ada perbedaan, baik dari segi asal-usul, proses pembuatan, maupun citarasanya.

Asal-usul rendang dapat ditelusuri kembali sebelum abad ke-15. Pada masa itu banyak saudagar India yang datang ke Sumatera Barat untuk berdagang.

Orang Minangkabau setiap hari berhubungan dengan pedagang India yang membawa kari massaman. Kari tersebut diadaptasi oleh masyarakat Minangkabau, menjadi apa yang kita kenal sebagai gulai.

Tidak berhenti sampai di situ karena mereka memasak gulai ini lebih lanjut dan menjadi kalio atau rendang basah. Proses tersebut berlanjut hingga semakin mengental dan menjadi rendang atau rendang kering.

Karena proses yang panjang untuk memasak rendang, orang Minangkabau menghormati dan menghargai makanan tersebut. Biasanya disajikan pada acara-acara seremonial untuk menghormati para tamu selama acara besar; seperti Hari Raya, Lebaran, pernikahan, pertunangan dan upacara lainnya.

Kalio adalah rendang setengah basah. Daging bersama bumbu, rempah, dan santan dimasak dalam waktu yang lebih singkat sehingga cairannya belum mengering sempurna. Kalio biasanya berwarna cokelat terang keemasan dan lebih pucat dibanding rendang kering.

Ada pula acara yang oleh masyarakat Minangkabau disebut “Kepalo Samba” yang menghadirkan 1 kilogram rendang sapi yang diletakkan di piring khusus di antara hidangan lainnya yang sudah berjajar untuk acara tersebut.

Artinya untuk menunjukkan atau mencerminkan pembawa acara bahwa mereka mampu menyajikan hidangan istimewa ini.

Saat acara berakhir, piring spesial yang terdiri dari rendang spesial akan dikonsumsi oleh tuan rumah. Sisa hidangan lainnya dikonsumsi oleh tamu.

Mengutip jurnal online elib.unikom.ac.id, ahli waris dari kerajaan Pagaruyuang juga memperkuat fakta ini bahwa “rendang merupakan kari yang diproses lebih lanjut.

Yang membuatnya berbeda adalah rendang memiliki sifat yang lebih kering, sehingga rendang bisa lebih awet lama dibandingkan dengan masakan kari”.

Sementara itu, sejarah rendang versi abad ke-19 menyebutkan bahwa, ditemukan dalam catatan harian kuliner dan sastra Kolonel Stuers pada abad ke-19.

Pada catatan tersebut sering mucul tentang kuliner yang dihitamkan atau dihanguskan dan masakan ini diduga adalah rendang.

Menurut Gusti Anan, menghitamkan dan menghanguskan adalah salah satu metode pengawetan makanan yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau.

Jenis-Jenis Rendang Daging

Rendang biasanya berbahan dasar utama daging sapi, tapi ada juga yang membuat rendang ayam, dan itik. Setidaknya terdapat 2 jenis rendang yang dikemukakan oleh ahli memasak rendang dan pemilik usaha Rendang Nikmat di Payakumbuh Taufik (2016).

Menurutnya, terdapat tiga tingkat tahapan kuah rendang mulai dari yang terbasah, berkuah hingga yang terkering (gulai, kalio, rendang kering). Namun secara umum di kalangan masyarakat terdapat 2 jenis rendang, yaitu:

1. Rendang Kering

Bagi orang Minang, masakan yang bisa disebut rendang adalah jenis rendang yang benar – benar kering.

Rendang jenis ini dimasak dalam waktu berjam – jam lamanya hingga santan mengering dan bumbu terserap sempurna.

Rendang kering biasanya berwarna lebih gelap coklat kehitaman. Jika dimasak dengan tepat, rendang kering dapat awet bertahan selama tiga sampai empat minggu dalam suhu ruangan, bahkan dapat bertahan hingga lebih dari sebulan jika disimpan di kulkas, dan enam bulan jika dibekukan.

2. Rendang Basah atau Kalio

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rendang basah atau biasanya masyarakat Minangkabau menyebut kalio adalah jenis rendang yang dimasak dalam waktu singkat.

Santan pada rendang ini belum terlalu mengering sempurna dan menghitam. Rendang basah ini bewarna coklat terang keemasan dan lebih pucat.

Dalam suhu ruangan rendang ini hanya dapat bertahan dalam waktu kurang dari satu minggu.

Baca juga artikel terkait SOSIAL BUDAYA atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Iswara N Raditya