tirto.id - Presiden Joko Widodo menyampaikan asumsi indikator ekonomi makro yang akan digunakan sebagai dasar Rancangan UU APBN 2021. Usai penyampaian asumsi ini, pemerintah dan DPR akan membahas RAPBN 2021 secara lebih terperinci hingga Oktober 2021 nanti.
Salah satu asumsi itu adalah pertumbuhan ekonomi 2021 ditargetkan berada di angka 4,5-5,5 persen. Ia bilang tingkat pertumbuhan ekonomi 2021 ini nantinya akan dicapai dengan menggenjot konsumsi domestik dan investasi sebagai motor penggerak utama.
Jokowi juga menargetkan inflasi 2021 berada di angka 3 persen. Nilai ini masuk dalam rentang yang disepakati Kemenkeu dan DPR RI di kisaran 2-4 persen.
Presiden juga menargetkan rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.600 per dolar AS. Angka ini mendekati batas atas dari rentang yang disepakati Kemenkeu-DPR di kisaran Rp13.700-14.900 per dolar AS.
“Rupiah diperkirakan bergerak pada kisaran Rp14.600 per dolar AS,” ucap Jokowi dalam pidato sidang bersama DPR-MPR RI dan HUT ke-75 RI di kompleks parlemen, Jumat (14/8/2020).
Suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) rentang waktu 10 tahun diperkirakan 7,29 persen. Angka ini masuk dalam rentang yang disepakati pemerintah-DPR RI 6,29-829 persen.
Harga minyak mentah atau Indonesia Crude Price (ICP) diperkirakan berada di angka 45 dolar AS per barel minyak. Angka ini merupakan batas atas dari rentang yang disepakati pemerintah dan DPR RI di kisaran 42-45 dolar AS per barel minyak.
Lifting atau produksi siap jual minyak mentah diasumsikan sanggup mencapai 705.000 barel minyak dan untuk gas 1.007.000 barel setara minyak per hari. Angka ini cukup optimis karena mendekati batas atas yang disepakati Kemenkeu dan Banggar DPR RI di kisaran 690-710 ribu barel minyak per hari untuk minyak mentah dan 990-1.010 barel setara minyak per hari untuk gas.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Reja Hidayat