tirto.id -
Sita mengatakan sejumlah tempat pariwisata masih sepi. Selain itu, beberapa orang yang sebelumnya bekerja di sektor perhotelan, dikatakannya, kehilangan pekerjaan akibat hotel mengalami renovasi maupun rekonstruksi.
“Sudah ada beberapa event yang coba dilakukan untuk membuktikan bahwa Lombok sudah aman. Karena kalau kayak begini terus, mereka enggak jalan, industrinya bisa mati. Enggak ada perputaran keuangan,” kata Sita saat dihubungi Tirto pada Rabu (4/10/2018).
Lebih lanjut, Sita membenarkan bahwa segelintir turis asing memang sudah ada yang berwisata ke Lombok. Namun, masih menurut Sita, para turis asing itu biasanya mengatur perjalanannya sendiri. Sementara itu, rombongan wisata dari dalam negeri yang biasanya mengandalkan peran biro perjalanan masih belum yakin untuk berwisata ke Lombok.
Adapun Sita tidak begitu yakin apabila perhelatan Rapat Tahunan IMF-World Bank yang akan diselenggarakan pekan depan di Bali bisa berkontribusi signifikan terhadap pariwisata di Lombok. Ia menilai warga dari dalam maupun luar negeri masih akan mempertimbangkan untuk berwisata ke Lombok sekarang.
“Ini juga karena pengaruh media sosial. Karena kelihatannya masih ada yang mengunggah foto-foto kerusakan karena gempa. Sebenarnya enggak masalah, tapi itu menjadi pekerjaan rumah untuk betul-betul meyakinkan Lombok aman,” ucap Sita.
Dihubungi secara terpisah, Bambang Suprayogi yang juga memiliki biro perjalanan dan wisata di Lombok juga tidak yakin apabila perhelatan Rapat Tahunan IMF-World Bank bakal memancing geliat pariwisata. Menurut Bambang, dampak pariwisata malah akan lebih terasa ke arah barat, yakni Pulau Jawa.
“Sepengalamanku kalau ada event besar di Bali, itu kurang berarti bagi pariwisata di Lombok. Malah berdampaknya lebih ke Jawa karena faktor mobilisasi. Penyeberangan ke Lombok itu 4 jam, sementara ke Jawa hanya 1 jam,” ujar Bambang kepada Tirto.
Saat disinggung mengenai strategi untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, Bambang mengaku bahwa sejumlah pelaku sektor pariwisata menggunakan media sosial untuk membagikan informasi yang sifatnya real time.
“Teman-teman mulai berkeliling dan membagikannya ke media sosial. Sehingga penggunaan media sosial dalam hal ini pun perlu dilakukan secara bijak,” katanya.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Maya Saputri