Indeks Perang Kemerdekaan

Sejak kecil, Rukmini Zainal Abidin kerap dibawa ayahnya ke apotek milik dokter Jerman. Kelak, ia menjadi produsen obat-obatan yang sukses.

Angkatan Laut Belanda atau Koninklijk Marine (KM) menetapkan standar lebih tinggi daripada KNIL dalam merekrut orang Indonesia.

Kisah awak kapal selam Jerman di Indonesia dan pelaut Jerman yang menjadi prajurit TNI Angkatan Laut.

Nichlany Soedardjo adalah jenderal intel yang pada zaman Jepang dan era Revolusi berkali-kali mencuri mobil.

Jenderal Empie Johan Kanter adalah ayah Chris Kanter (mantan Dirut Indosat) dan Niko Kanter (Direktur PT Vale Indonesia)

Dalam pertempuran Surabaya terdapat sejumlah serdadu asal India yang beragama Islam. Mereka membelot dan membela Indonesia.

Moestopo adalah dokter gigi yang menjadi tentara. Ia dikenal karena sikapnya yang nyentrik dan sering melakukan tindakan tak lazim.

Sejak usia 17, Wolter Monginsidi sudah ikut laskar pro-Republik. Pada umur 24 dia dieksekusi Belanda.

Menjadi pengganti Ali Sadikin bukan hal mudah. Ia mesti menghadapi anggapan bahwa dirinya tak sebaik Ali, termasuk ketika ia diolok-olok "bodoh."

Daan Jahja adalah Gubernur Militer Jakarta periode 1948-1950 yang meninggal dunia tepat pada Hari Raya Idulfitri. Dia saksi gejolak Revolusi di Jakarta.

Soeharto yang naik daun setelah Sukarno lengser dari kursi kepresidenan, juga dibarengi melejitnya karier Ali Moertopo. Ia dikenal sebagai perwira cerdas.

Anak Agung Gde Agung jadi Pahlawan Nasional sejak 2007, meski beberapa catatan menyebutnya sebagai pemilik pasukan anti-Indonesia pada masa Revolusi.

Bandung pun dibakar dan jadilah bandung lautan api kata - kata yang menggambarkan situasi bandung pada 24 Maret 1946.

Sejumlah kelompok Sikh meluncurkan kampanye Khalistan merdeka. Warisan pemerintahan Indira Gandhi yang berlumur darah orang Sikh.

Jalan penting di Depok itu dinamai berdasarkan namanya: Margonda, pejuang yang mati muda di front Kalibata, Depok.

Unsur non-militer Indonesia yang terlibat dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya jauh lebih banyak ketimbang tentara.

Nasib negara multi-etnis dipertaruhkan karena salah satu dari tiga presiden terpilih adalah etno-nasionalis garis keras.

Gagal ikut Olimpiade London 1948, Indonesia menggelar PON I sebagai gantinya. Punya nilai politis menjawab blokade Belanda dan membuktikan kedaulatan.

Culas beraksi.
Melanggar janji lewat
gencar agresi.

Para veteran perang kerap kesulitan, bahkan gagal, menyesuaikan diri dengan kebebasan di masa kemerdekaan.