Diponegoro menganggap kekalahannya dalam sebuah pertempuran disebabkan perselingkuhannya dengan perempuan Tionghoa. Sejak itu sentimen anti-Tionghoa kian menjadi-jadi.
Minimnya naskah drama yang dibukukan di Hindia Belanda pada awal abad ke-20 menggelisahkan seorang penulis peranakan Tionghoa sehingga mendorongnya untuk berkarya.