Indeks Bps

Secara kumulatif, sejak Januari-Juni 2024, impor beras melonjak 147,68 persen dibandingkan periode Januari-Juni 2023.

Amalia menjelaskan IPAK dibentuk dari dua dimensi, persepsi dan pengalaman, yang kompak mengalami penurunan.

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar, mengatakan, surplus neraca perdagangan nasional telah terjadi selama 50 bulan berturut-turut.

Nilai impor Juni 2024 tercatat sebesar 18,45 miliar dolar Amerika Serikat (AS), turun 4,89 persen dari posisi Mei 2024.

Ekspor Juni 2024 mencapai 20,84 miliar dolar Amerika Serikat (AS), turun 6,65 persen dibanding Mei 2024.

BPS sebut tingkat kemiskinan ini lebih rendah dibanding Maret 2023 yang mencapai 25,90 juta penduduk atau sekitar 9,36 persen.

Dengan kenaikan harga beras tersebut, membuat inflasi beras di tingkat grosir dan eceran pada Juni 2024 ikut terungkit.

BPS catat deflasi Juni ini lebih dalam dibandingkan Mei, dan merupakan deflasi kedua pada 2024.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menuturkan impor pakaian lebih masif terjadi pada bulan-bulan menjelang hari raya keagamaan. 

Impor beras ini kebanyakan datang dari Thailand, kemudian disusul Vietnam, Pakistan, India, dan Kamboja.

BPS melaporkan neraca perdagangan mencatatkan surplus selama 49 bulan berturut-turut.

Pada periode ini, indeks harga konsumen (IHK) mengalami penurunan dari 106,40 di April menjadi 106,37 pada Mei 2024.

BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia pada April 2024 menjadi 19,62 miliar, naik 1,72 persen dibandingkan data ekspor pada Maret 2023.

Penurunan IKG Indonesia pada tahun ini melanjutkan perbaikan yang telah dicapai sejak 2019.

BPS melaporkan angka pengangguran usia kerja pada Februari 2024 tercatat sebanyak 7,2 juta orang.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 tumbuh 5,11 persen.

BPS melaporkan komoditas bawang merah tercatat mengalami inflasi harga sebesar 30,75 persen pada April 2024.

Usai mengalami inflasi beruntun selama delapan bulan terakhir, harga beras mulai turun 2,72 persen pada April 2024.

Menurut BPS, salah satu faktor yang membuat harga beras masih mahal adalah perbedaan pola tanam hingga konsumsi.

BPS mencatat inflasi pada April 2024 sebesar 3,00 persen secara year-on-year (yoy).