tirto.id - Juru Bicara (Jubir) Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Muhammad Syafi'i membantah tudingan yang menilai puisi Fadli Zon berjudul "Doa Yang Ditukar" menghina Kiai Maimun Zubair (Mbah Moen).
"Itu adalah pemutarbalikan fakta, kalau ada yang mengatakan puisi itu untuk menghina kiai Maimun Zubair. Sebenarnya yang menghina Mbah Moen itu kan mereka [kubu Jokowi] yang keberatan ketika kiai Maimun menyebutkan agar Allah menjadikan Prabowo presiden, kemudian mereka keberatan dan meminta dan mengubah menjadi Joko Widodo," kata Syafi'i di Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (7/2/2019).
Anggota DPR RI Komisi III dari Fraksi Gerindra tersebut meyakini saat Kiai Maimun menyebut nama Prabowo dalam doanya, hal itu datang dari hati ulama karismatik asal Rembang, Jawa Tengah itu.
"Saya kira orang seperti Mbah Moen tidak mungkin tidak terkontrol, itu memang yang ada di dalam hatinya, maka dia sampaikan dan sudah diaminkan. Lalu kenapa ada yang keberatan,” ujar Syafi'i.
"Itu keluar dari hati, pikiran dan ucapan Mbah Moen, saya kira itu harus dimuliakan, jangan diprotes. Yang memprotes itu menghina, seakan-akan Mbah Moen tidak kontrol, itu tidak mungkin," tambah dia.
Menurut Syafi'i puisi Fadli Zon ditujukan kepada mereka yang meminta Kiai Maimun mengganti nama Prabowo dengan Jokowi dalam doanya.
”Puisi itu seakan-akan [menyebut] yang meminta doa ditukar itu menjadi makelar. [Puisi] Itu untuk orang yang meminta doa merubah itu," ujar dia.
Syafi'i pun tidak mempersoalkan jika ada pihak yang melaporkan Fadli Zon ke polisi karena membuat puisi "Doa Yang Ditukar." Dia menyindir polisi pasti bergegas menangani laporan itu karena Fadli adalah oposisi.
"Kita sudah tahu polisi akan cepat bekerja kalau yang diadukan itu bukan dari kelompoknya petahana," ucap Syafi'i.
Sebaliknya, Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Hasto Kristiyanto menilai puisi Fadli Zon memojokkan Kiai Maimun. Dia menyayangkan sikap Fadli mengingat politikus Gerindra itu adalah pimpinan DPR.
"Apalagi puisi, jangan sampai dilakukan untuk menyerang sosok ulama yang kita hormati. Dari sosok pemimpin harusnya muncul keteladanan, bukan kebencian," kata Hasto di siaran persnya.
Sementara itu, kelompok Santri Millenial untuk Jokowi Ma’ruf Amin (SAMIL Jokowin) mendesak Fadli Zon meminta maaf secara terbuka kepada para Nahdliyin dan Kiai Maimun Zubair serta keluarga besarnya karena menulis puisi "Doa Yang Tertukar."
"Puisi Fadli Zon yang telah mencoba mencoreng sosok Ulama Sepuh Kami, tidak bisa diterima," kata Ketua Umum SAMIL Jokowin Fuad al-Athor dalam rilisnya.
Polemik soal puisi Fadli Zon berawal dari video KH Maimun Zubair saat membaca doa di akhir acara “Sarang Berdzikir untuk Indonesia Maju” pada Jumat, 1 Februari 2019. Video itu viral di media sosial karena Kiai Maimun sempat salah menyebut nama Joko Widodo menjadi Prabowo saat berdoa.
Peristiwa ini terjadi ketika Presiden Jokowi menghadiri acara “Sarang Berzikir untuk Indonesia Maju”, di Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Addi M Idhom