Menuju konten utama
Tragedi Kanjuruhan

PT LIB & PSSI Dinilai Lalai Tolak Majukan Jadwal Pertandingan

Pengamat sepak bola nasional Anton Sanjoyo mendorong Kemenpora menghukum PSSI maupun PT. LIB yang telah lalai sehingga menimbulkan korban jiwa.

Soccer fans enter the pitch during a clash between supporters at Kanjuruhan Stadium in Malang, East Java, Indonesia, Saturday, Oct. 1, 2022. Clashes between supporters of two Indonesian soccer teams in East Java province killed over 100 fans and a number of police officers, mostly trampled to death, police said Sunday. (AP Photo/Yudha Prabowo)

tirto.id - Pengamat sepak bola nasional, Anton Sanjoyo, mengkritik sikap PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang menolak rekomendasi kepolisian untuk memajukan pertandingan Arema vs Persebaya sehingga timbul korban meninggal 125 orang.

Dia mengatakan, rekomendasi tersebut sudah sesuai karena jika penyelengaraan pada malam hari, pihak kepolisian sulit untuk mengawasi.

Mengingat pada saat itu merupakan pertandingan antara Arema vs Persebaya yang selama ini menjadi derby panas Jawa Timur yang memiliki potensi kerusuhan. Apalagi kedua suporter tim tersebut menjadi rival abadi dan kerap terjadi bentrok.

"PT. LIB dan PSSI juga tidak elok menolak memajukan acara. Tahu kan mereka derby, potensi rusuh ada kalau tim itu ketemu. Kalau Arema lawan Persik Kediri mungkin tidak ada masalah-masalah. PSSI abai di sini" kata Anton kepada Tirto, Senin (3/10/2022).

Oleh karena itu, dia mendorong kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) agar menghukum PSSI maupun PT. LIB yang telah lalai sehingga menimbulkan korban jiwa.

Dia menilai pemberhentian penyelenggaraan Liga 1 BRI selama seminggu yang diusulkan oleh PSSI juga tidaklah efektif. Menurutnya, pertandingan Liga 1 BRI agar dihentikan sementara sampai kasus 125 orang yang tewas pada Tragedi Stadion Kanjuruhan diusut tuntas.

"Kalau menurut saya ini moratorium, karena polisi tidak punya standar yang jelas. Kalau masih pakai gas air mata, masa mau mati lagi nyawa orang. Satu yang tewas aja kita harus hentikan, apalagi ratusan," tegasnya.

"Kalau mau berhenti sebulan, biar tahu fakta di lapangan, biar ada rekomendasi penanganan kerusuhan di lapangan," lanjutnya.

Meskipun nantinya telah diizinkan kembali, dia meminta agar pertandingan diselenggarakan dengan cara uji coba tanpa penonton. Jika sudah kondusif, kemudian ditambah secara bertahap sebanyak 25% sampai 100%.

"Kalau sudah punya rencana strategis dan protap pengamanan yang jelas, sampai sudah dibuat dengan baik," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait TRAGEDI KANJURUHAN atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Restu Diantina Putri