tirto.id - Bagaimana proses terjadinya awan panas guguran (APG) dari erupsi gunung berapi?
Awan panas ini kerap disebut juga dengan “wedhus gembel” yang merupakan kumpulan gas dan material bersuhu tinggi di sekitaran lembah gunung api. Bencana ini berbahaya bagi keselamatan manusia lantaran bisa menyebabkan luka hingga hilangnya nyawa.
Berdasarkan catatan situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana, pada 5 Desember lalu sempat terjadi awan panas guguran di Gunung Semeru daerah Jawa Timur. Jarak luncurnya diklaim mencapai 5000 meter.
“Pengamatan visual, Gunung Semeru terlihat jelas, teramati asap kawah putih dengan intensitas tipis hingga sedang yang tingginya mencapai 500 meter dari puncak, kemudian angin lemah ke arah barat daya,” tutur Mukdas Sofian, Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, dilansir dari Antaranews.
Sementara itu, ada catatan pergerakan seismograf yang menghitung amplitudo maksimal 26 milimeter dengan durasi 969 detik. Hal tersebut ternyata menimbulkan hujan vulkanik di sekitaran Desa Kebonseket dan Penanggal, Lumajang, Jawa Timur.
Terlepas dari kejadian ini, awan panas guguran ternyata sesuai dengan namanya karena bersifat panas. Lantas, bagaimana situasi yang terjadi dalam awan panas guguran dan dampak apa yang ditimbulkan dari bencana ini?
Proses Awan Panas Guguran, Kandungan, dan Dampaknya
Menurut situs Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, awan panas terdiri atas kerikil, pasir, abu, yang termuat di dalam gas vulkanik gunung api. Gas yang mengandung material panas ini mengalir dengan arah turun.
Jika dilihat secara kasat mata, bentuknya menyerupai awan yang bergumul dan warnanya hampir abu-abu. Sementara jika malam hari, gumulan awal tersebut akan tampak merah menyala-nyala.
Kecepatan pergerakan awan panas guguran dapat mencapai 100 kilometer/jam. Sedangkan jarak gerakannya, bisa sampai sejauh puluhan kilometer.
Kenyataannya, awan panas guguran ini terjadi kala kubah lava runtuh oleh tekanan magma yang dikombinasikan gaya gravitasi. Runtuhnya kubah tersebut disebabkan oleh beberapa tipe, misalnya longsor biasa, akibat ledakan kecil, atau dorongan dari bawah serta gaya gravitasi (kombinasi dengan ledakan kecil).
Terlepas dari itu, hasilnya sama-sama memunculkan awan panas guguran. Beberapa material yang terdapat di dalam awan panas guguran mengandung suhu panas yang bisa mencapai kisaran 600 derajat celcius.
Dengan suhu yang cukup tinggi tersebut, awan panas guguran bisa berpotensi menyebabkan manusia terkena luka bakar. Khususnya, pada bagian tubuh terbuka mencakup kepala, tangan, kaki, dan leher.
Mengutip catatan laman BPBD Kabupaten Kendal, panasnya awan ini bisa juga menimbulkan sesak napas jika seseorang tak sengaja menghirupnya. Lebih parahnya, dapat juga menyebabkan hilangnya nyawa makhluk hidup.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yulaika Ramadhani