tirto.id - Peneliti kebijakan publik Perkumpulan Prakarsa Eka Afrina Djamhari mengkritisi kebijakan pemerintah yang akan membuka ruang untuk akses vaksinasi mandiri atau berbayar tahun depan bagi 27 juta orang.
"Jadi stok vaksin di dunia itu kan masih sangat terbatas ya untuk masuk ke Indonesia artinya untuk jumlah vaksinasinya sendiri ini Indonesia masih kekurangan kalau misalnya program vaksinasi berbayar ini direalisasikan sebenarnya belum tepat untuk saat ini," jelas dia kepada Tirto, Kamis (26/8/2021).
Terlebih, lanjut Eka, stok vaksin tersebut khusus diberikan pada masyarakat yang membutuhkan booster alias vaksin suntikan ke-3. Seharusnya program booster dilakukan saat seluruh masyarakat Indonesia sudah divaksin.
"Vaksin kan memang stoknya terbatas, antusiasme masyarakat sekarang tuh sudah jauh lebih baik sekarang untuk vaksinasi. Kalau stoknya itu dialokasikan untuk yang menengah atas itu sayang banget. Harusnya itu bisa direalisasikan nanti saat vaksinasi setelah mencapai 70%," jelas dia.
Ia menjelaskan, tidak semua daerah memiliki tingkat realisasi vaksinasi tinggi seperti Jakarta. Banyak daerah lain di luar Pulau Jawa yang realisasi vaksinasinya masih rendah. Hal tersebut yang seharusnya menjadi fokus pemerintah, agar terjadi pemerataan fasilitas kesehatan.
"Kebijakan itu akan membuat ketimpangan harusnya didorong yang masyarakat miskin dulu di desa desa itu kan masih kekurangan. Sejak awal vaksinasi dijalankan kami memang enggak setuju vaksinasi berbayar karena udah tugasnya negara memenuhi vaksin secara gratis apalagi dalam situasi pandemi sekarang ini," tandas dia.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pemerintah saat ini tengah merumuskan untuk merealisasikan program vaksinasi mandiri. Vaksinasi ini difasilitasi untuk masyarakat yang membutuhkan vaksin booster atau suntikan ketiga.
"Untuk mereka yang akan melakukan boosting dan vaksinasi mandiri akan dibuka ruang untuk tahun depan," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR RI, Rabu (25/8/2021).
Adapun hingga saat ini Kementerian Kesehatan RI melaporkan sebanyak 33.094.505 warga Indonesia telah divaksinasi COVID-19 secara lengkap hingga Rabu (25/8/2021). Jumlah warga yang menerima dua dosis vaksin itu mengalami penambahan sebanyak 453.507 orang.
Untuk jumlah penerima vaksin dosis pertama bertambah 542.523 orang sehingga kini menjadi 59.011.333 orang.
Selain mengumumkan data terkini penerima vaksin dosis pertama dan kedua tersebut, Kemenkes juga merilis target sasaran vaksinasi sebanyak 208.265.720 jiwa.
Adapun stok vaksin yang dimiliki indonesia saat ini baru 30 persen dari total kebutuhan. Dalam sebuah diskusi daring pada 20 Agustus lalu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menyebut dari kebutuhan sebanyak 426.000.000 dosis vaksin, Indonesia baru menerima sekitar 160.000.000 dosis vaksin—atau sekitar 30 persen.
“Otomatis pasti tidak akan bisa tersebar secara merata dan tidak bisa semua orang mendapatkan vaksinasi dalam satu waktu sekaligus,” kata dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Restu Diantina Putri