Menuju konten utama

Profil Tenzin Gyatso Dalai Lama yang Cium Bibir Anak Laki-laki

Profil Tenzin Gyatzo Dalai Lama ke-14 yang cium bibir anak laki-laki.

Profil Tenzin Gyatso Dalai Lama yang Cium Bibir Anak Laki-laki
Dalai lama ke 14. wimedia commons/ Christopher Michel/Cmichel67

tirto.id - Dalai Lama, pemimpin tertinggi dan kepala negara Tibet sejak tahun 1940 yang sekaligus seorang biksu, mendadak menjadi perhatian publik dunia setelah aksinya mencium bibir anak laki-laki di India utara hingga memintanya agar menghisap lidahnya viral di media sosial.

Dalai Lama ke-14 atau dengan nama spiritual Jetsun Jamphel Ngawang Lobsang Yeshe Tenzin Gyatso atau Tenzin Gyatso, akhirnya memberikan klarifikasi permintaan maaf.

Seperti diberitakan CNN, melalui sebuah pernyataan di hari Senin, 10 April 2023, kantor Dalai Lama mengatakan bahwa ia ingin meminta maaf kepada anak tersebut dan keluarganya, serta banyak temannya di seluruh dunia yang merasa tersakiti oleh perkataannya yang viral dalam sebuah video dan menyesali perbuatannya.

“Yang Mulia sering menggoda orang-orang yang ditemuinya dengan cara yang polos dan menyenangkan, bahkan di depan umum dan di depan kamera,” jelas kantor Dalai Lama dalam sebuah pernyataan.

Kronologi Dalai Lama Cium Bibir Anak Laki-Laki

Aksi Tenzin Gyatso Dalai Lama cium bibir anak laki-laki di India ini terjadi pada bulan Februari 2023 pada saat sang biksu menghadiri sebuah acara di kota lereng bukit Dharamshala.

Di acara tersebut, Dalai Lama mencium bibir anak laki-laki sembari memintanya agar menghisap lidahnya. Aksinya itu kemudian mendapat kritikan keras.

Dalam sebuah video yang viral di media sosial, Dalai Lama terlihat mendekati anak laki-laki peraih Hadiah Nobel Perdamaian seraya bertanya, “Bolehkah saya memeluk Anda?”.

Dalai Lama yang merupakan sosok pemimpin spiritual yang sudah berusia 87 tahun itu kemudian mengundang anak laki-laki tersebut untuk naik ke atas panggung. Dalai kemudian menunjuk ke pipinya, terus mendorong anak laki-laki tersebut agar memberikannya pelukan dan ciuman.

“Kalau begitu, saya pikir akhirnya di sini juga (bibir), dan hisap lidah saya,” ungkap Dalai Lama.

Setelah ungkapan dan aksinya itu viral di media sosial, Dalai Lama mendapat kecaman keras, terutama dari kelompok hak-hak anak terkemuka yang berbasis di New Delhi, yakni Haq, yang mengatakan bahwa mereka mengutuk semua bentuk pelecehan terhadap anak.

“Beberapa berita merujuk pada budaya Tibet tentang menunjukkan lidah, tetapi video ini tentu saja bukan tentang ekspresi budaya apa pun dan bahkan jika itu benar, ekspresi budaya seperti itu tidak dapat diterima,” jelas kelompok tersebut.

Di samping itu, aksi Dalai Lama mendapat atensi tinggi dari publik dunia, sebab Tenzin Gyatso ini merupakan tokoh Buddha yang paling terkenal di dunia. Tak heran jika akhirnya aksinya tersebut menuai kecaman keras serta dinilai sebagai pelecehan terhadap anak.

Aksi nyelenehnya itu bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama dalam beberapa tahun terakhir. Di tahun 2019, Tenzin Gyatso sempat mengatakan bahwa jika seorang Dalai Lama perempuan harus menggantikannya serta harus lebih menarik dari dia.

Beranjak dari aksinya yang nyeleneh sebagai pemimpin spiritual, seperti apa sebenarnya profil Tenzin Gyatso Dalai Lama yang viral usai cium bibir anak laki-laki dan memintanya untuk menghisap lidahnya?

Profil Dalai Lama Biksu Terkemuka dari Tibet

Dalai Lama adalah sosok pemimpin spiritual utama dari aliran “Topi Kuning” dalam Buddhisme Tibet. Dalai juga banyak dipuja oleh jutaan orang sebagai sosok reinkarnasi dari 13 pendahulunya.

Tenzin Gyatso atau Dalai Lama sendiri telah tinggal di India sejak tahun 1959, tak lama setelah peristiwa pemberontakan Tibet yang gagal melawan pasukan pendudukan Tiongkok di masa tersebut.

Setelah itu, Dalai Lama kemudian mendirikan pemerintahan di pengasingan di kota Dharamsala, India utara, serta memimpin ribuan orang Tibet yang mengikutinya ke sana.

Dalai Lama dianggap juga sebagai Bodhisattva hidup yang menjadi pemimpin spiritual tertinggi di Tibet sejak tahun 1940. Di tahun 1959, pemerintah pusat Tibet, Gaden Phodrang, menginvestasikan Dalai Lama dengan tugas sementara hingga pengasingannya beres.

Tokoh Buddha terkemuka di Tibet ini dilahirkan di Lhamo Thondup, 6 Juli 1935, yang saat ini telah menginjak usia 87 tahun serta dipercaya sebagai tokoh reinkarnasi dari para pendahulunya.

Sebelum mendapat kepercayaan besar di kaum Buddha di Tibet, Dalai Lama ke-14 merupakan anak dari keluarga petani di Taktser, Hongya. Ia terpilih sebagai tulku Dalai Lama ke-13 pada tahun 1937 serta secara resmi diakui sebagai Dalai Lama ke-14 hingga kini.

Dalai Lama pertama kali menjalankan tugas temporal (politik) penuh yakni pada 17 November 1950 di usianya yang menginjak 15 tahun setelah pendudukan Tibet oleh Republik Rakyat Tiongkok serta setelah dinobatkan sebagai Dalai Lama ke-14 di acara Lhasa pada 22 Februari 1940.

Akan tetapi, pada tahun 1959 terjadi pemberontakan Tibet secara besar-besaran atau dikenal dengan sebutan Aneksasi Tibet oleh Republik Rakyat Tiongkok, yang membuat Dalai Lama melarikan diri ke India utara untuk tinggal di pengasingan sembari tetap menjadi pemimpin spiritual terpenting di Tibet.

Di tahun yang sama, Dalai kemudian mendirikan pemerintahan independen Tibet di pengasingan di stasiun bukit Mussoorie, India utara. Namun di tahun 1960 dipindahkan ke Dharamshala.

Sejak saat itu, Dalai Lama telah mendedikasikan diri serta mengadvokasi kesejahteraan warga Tibet sejak awal 1970-an dengan menyerukan Pendekatan Jalan Tengah dengan China guna menyelesaikan masalah Tibet secara damai serta menyebarkan ajaran Buddhisme Tibet Mahayana, Vajrayana, dan ajaran Kalacakra.

Sebagai pemimpin terkemuka di Tibet, Dalai Lama sempat dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian di tahun 1989, kemudian Medali Emas Kongres AS di tahun 2006, kemudian Majalah Time menyebut ia sebagai salah satu “Anak-anak Mahatma Gandhi”, dan pewaris spiritual Gandhi untuk perdamaian.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Imanudin Abdurohman

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Imanudin Abdurohman
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Dipna Videlia Putsanra