Menuju konten utama

Profil dan Sejarah Hari Museum Nasional yang Diperingati 12 Oktober

Mengenal profil dan sejarah Hari Museum Nasional yang diperingati setiap 12 Oktober.

Profil dan Sejarah Hari Museum Nasional yang Diperingati 12 Oktober
Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di gedung Museum Nasional, Jakarta, Senin (8/6/2020). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.

tirto.id - Hari Museum Nasional diperingati setiap tanggal 12 Oktober. Hari penting ini ditetapkan berdasarkan Musyawarah Museum se-Indonesia (MMI) di Kota Malang, Jawa Timur pada 26-28 Mei 2015.

Penetapan tersebut dipilih bertepatan dengan dengan MMI pertama di Yogyakarta pada 12-14 Oktober 1962.

MMI Pertama, merupakan hari bersejarah bagi permuseuman Tanah Air. Musyawarah pertama tersebut dihadiri sekitar 40 orang yang terdiri dari tokoh museum, pemerhati, dan pecinta museum termasuk Bapak Permuseuman Indonesia Drs. Moh. Amir.

MMI pertama menghasilkan 10 resolusi penting untuk kemajuan permuseuman di Indonesia di kemudian hari, dimana 10 resolusi tersebut terdiri dari:

1. Resolusi tentang perlunya undang-undang tentang permuseuman.

2. Resolusi pembentukan Badan Musyawarah Museum Indonesia.

3. Resolusi pembentukan National Committee of ICOM.

4. Resolusi mengenai desakan agar terutama Pemerintah meningkatkan pemberian bantuan kepada museum-museum yang telah ada.

5. Resolusi penambahan jumlah museum.

6. Resolusi agar diadakan Musyawarah Museum Seluruh Indonesia II pada tahun 1965 di Jakarta.

7. Resolusi tentang pembinaan dan pendidikan macam-macam tenaga museum, melalui kursus-kursus aplikasi, upgrading-courses dan menyokong pikiran pendirian suatu akademi dinas di bidang museologi.

8. Resolusi agar museologi masuk ke dalam kurikulum universitas.

9. Resolusi agar museum secara aktif berfungsi untuk kepentingan sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan agama.

10. Resolusi agar museum dijadikan alat penggalang persahabatan bangsa-bangsa serta membantu perkembangan kebudayaan dunia.

Profil Museum Nasional Indonesia

Perkembangan museum di Indonesia tidak bisa terlepas dari peran Museum Nasional Indonesia.

Museum terbesar di Indonesia ini menyimpan 160.000-an benda bernilai sejarah yang terdiri dari 7 jenis koleksi Prasejarah, Arkeologi masa Klasik atau Hindu – Budha; Numismatik dan Heraldik; Keramik; Etnografi, Geografi dan Sejarah.

Kompleks Museum Nasional dibangun di atas tanah seluas 26.500 meter persegi dan hingga saat ini mempunyai 2 gedung.

Cikal bakal berdirinya Museum Nasional Indonesia adalah pendirian organisasi Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) pada 24 April 1778 oleh pemerintah Belanda, yang terinspirasi dari perkumpulan ilmiah Belanda bernama De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen yang berdiri pada tahun 1752.

Lembaga ini bersifat independen yang bertujuan untuk memajukan penelitian dalam bidan seni dan ilmu pengetahuan khususnya biologi, fisika, arkeologi, kesusatraan, etnologi dan sejarah.

BG memliliki semboyan “Ten Nutte van het Algemeen” yang berarti untuk kepentingan masyarakat umum. Sesuai dengan semboyannya, BG juga menerbitkan hasil-hasil penelitian.

Salah seorang pendiri BG JCM Radermacher kemudian menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar serta koleksi berupa benda-benda budaya dan buku-buku. Sumbangan ini menjadi awal berdirinya Museum Nasional Indonseia.

Dalam perkembangannya, rumah yang berlokasi di Kalibesar tersebut semakin penuh dengan berbagai koleksi.

Ini membuat Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles yang kala itu menjadi perwakilan pemerintahan Inggirs di Jawa (1811 – 1816) memerintahkan pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (Societeit de Harmonie). Bangunan ini berlokasi di Jalan Majapahit nomor 3.

Dari masa ke masa, koleksi BG di Jalan Majapahit semakin bertambah dan gedung tersebut tidak mampu lagi menampung koleksinya. Sehingga, pada 1862 pemerintah Hindia Belanda memutuskan membangun sebuah gedung yang berlokasi di tempat saat ini, yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12.

Gedung Museum Nasional Indonesia dibuka untuk umum pada tahun 1868 yang terkenal dengan nama Gedung Gajah atau Museum Gajah karena di halaman depan museum terdapat patung gajah perunggu hadiah dari Raja Thailand Chulalangkorn (Rama V) yang pernah berkunjung pada 1871.

Pada 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.

Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: “Memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya”.

Kemudian, Lembaga Kebudayaan Indonesia pada tanggal 17 September 1962 menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat.

Setelah itu, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.

Baca juga artikel terkait MUSEUM NASIONAL atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Yandri Daniel Damaledo