Menuju konten utama

Profil dan Kiprah Eko Prawoto dalam Dunia Arsitek Indonesia

Mengenang perjalanan Eko Prawoto dan kiprahnya di dunia arsitektur Indonesia.

Profil dan Kiprah Eko Prawoto dalam Dunia Arsitek Indonesia
Eko Prawoto. instagram/ekoprawoto1958

tirto.id - Arsitek kontemporer asal Yogyakarta, Eko Prawoto, meninggal dunia pada Rabu (13/9/2023) karena sakit. Kabar itu disampaikan budayawan Butet Kartaredjasa melalui akun Facebook.

Dalam unggahan tersebut, Butet turut mengunggah foto Eko yang terbaring di kasur rumah sakit dengan selang oksigen.

Sebelum Eko meninggal, lanjut Butet, Rama Sindhunata dan Rama Banar sempat menjenguk. Pada kesempatan tersebut, Eko meminta kedua Rama mendoakan dan menguatkan hatinya. Eko pun lantas dipanggil Tuhan Yang Mahakuasa.

"Terima kasih Pak Eko yang telah berkenan membuat tempat berlindung keluarga kami, mendesain rumah tinggal dan warung bu Ageng," tulis Butet mengenang jasa Eko.

Menurut pendiri Sanggar Anak Alam (Salam) Yogyakarta, Toto Rahardjo, Eko pernah bersamanya mengurusi Kampung Kali Code di masa Rama Mangun.

Interaksinya dengan Eko juga berlanjut di Universitas Kristen Duta Wacana. Eko juga kerap bertandang ke Kuwera DED yang menjadi markas Romo Mangun.

Eko Prawoto dan Kiprahnya di Dunia Arsitek Indonesia

Eko Agus Prawoto alias Eko Prawoto merupakan arsitek yang tekun di bidangnya. Setelah lulus menjadi Sarjana Arsitektur dari Universitas Gadjah Mada pada 1982, dia mengabdikan diri sebagai dosen Fakultas Arsitektur dan Desain di Universitas Kristen Duta Wacana sejak 1985.

Eko lalu melanjutkan pendidikan S2 Magister Arsitektur di Berlege Institute Amsterdam dan lulus pada 1993.

Eko mengasah kemampuannya dengan mendirikan studio desain Eko Prawoto Architecture Workshop pada 2000 silam. Banyak proyek yang sudah ditandanginya, mulai dari rumah pribadi, galeri seni, hingga fasilitas masyarakat.

Dalam membuat karya arsitektur, ada prinsip yang dipegangnya. Eko senantiasa meningkatkan nilai lokalitas pada strategi desainnya. Dia juga mengintegrasikan seni arsitektur dengan konteks sosial, budaya, dan lingkungan.

Lokalitas nusantara dalam arsitektur yang dipahami Eko adalah penggunaan bahan-bahan bangunan dari daerah, lalu menyelaraskannya dengan alam Indonesia.

Pada proses pembangunan rumah, misalnya, Eko menyukai pemakaian bahan alami seperti kayu, bambu, batu alam, hingga elemen daur ulang.

Bagi Eko, arsitektur ibarat perjalanan untuk menemukan keseimbangan baru di tengah berkembangnya zaman.

Arsitektur, menurutnya, juga menjadi penjaga semangat kebersamaan masyarakat. Keselarasan hidup dengan alam dapat diwujudkan melalui karya arsitektur.

Eko bahkan ikut serta dalam instalasi seni atau proyek seni komunitas. Bahkan dia sering memamerkan karya-karyanya. Di antaranya adalah Venice Biennale 2000, Arte all’arte.

Kemudian Gwangju Biennale, Echigo Tsumari Art Triennial, Kamikatsu Art Festival, Anyang People Art Project di Korea, Common Ground Australia, Regionale XII di Austria, dan Singapore Biennale 2013, Holbaek Denmark 2016, dan Sonsbeek 2016.

Baca juga artikel terkait PROFIL atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Politik
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Alexander Haryanto