tirto.id - Ketua Umum Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) Ady Surya meminta produsen ikan makarel kaleng yang tergabung dalam asosiasinya lebih selektif terhadap bahan baku yang akan diolah dan dijual kepada konsumen.
Ady Surya mengungkapkan saat ini impor bahan baku ikan makarel kaleng masih terus berlangsung oleh para produsen lokal, namun produksinya dihentikan sementara.
"Jadi ada pengetatan bahan baku, kami bekerja sama dengan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Karena terdapat metodenya untuk menangani itu. Yang impor bahan baku proses produksi masih berlangsung," ungkapnya usai konferensi Pers di kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta Pusat, Jumat (6/4/2018).
Menurut Ady Surya, importir ikan baku makarel terbesar di Indonesia berasal dari tiga negara, yaitu Cina, Jepang dan Norwegia.
Ia juga menjelaskan 9 produsen lokal yang tergabung dalam APIKI tidak bisa menghentikan impor bahan baku dari negara-negara tersebut.
Sehingga asosiasinya direncanakan akan membuka komunikasi dengan para importir untuk menghindari penangkapan ikan di musim dan tempat tertentu. Hal ini ditujukan untuk mengurangi potensi bersarangnya cacing anisakis di tubuh ikan makarel.
"Jadi bukan menghentikan impor ikan yang mengandung cacing dari negara tertentu, tapi melarang menangkap di daerah-daerah yang musim tertentu yang bisa menimbulkan parasit cacing," imbuhnya.
Langkah tersebut diambil setelah Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan yang menyebut terdapat adanya ledakan populasi cacing di beberapa perairan pada musim tertentu. Sehingga, jumlah cacing yang parasit di tubuh ikan makarel semakin banyak dan masih tersisa di tubuh ikan yang telah melalui proses pengolahan.
"Bahan baku yang kami impor dalam keadaan beku, cacing laut ini akan mati di suhu minus 20 derajat. [Bahan baku] dimasak kemudian disterilisasi dengan dimasak lagi pada suhu 120 derajat. Itu bakteri aja mati. Jadi teknologi yang diterapkan itu sudah sesuai standar. Tapi memang ternyata ada fenomena tadi, di hulunya kita harus ada antisipasi juga, makannya kita lakukan upaya-upaya pencegahan," pungkasnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yulaika Ramadhani