tirto.id -
Ketua Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat memprediksi produksi gula di tahun 2020 hanya mencapai 2,0 hingga 2,1 juta ton.
Hasil panen tersebut turun 10 persen di bandingkan hasil produksi gula Indonesia tahun 2019 mencapai sekitar 2,227 juta ton.
Menurut Budi, turunnya produksi gula terjadi akibat musim kemarau panjang yang terjadi di tahun 2019. Tebu, yang membutuhkan pasokan air yang cukup banyak untuk bisa tumbuh, akhirnya bisa gagal panen sebab pada masa tanam di bulan September-Oktober 2019 karena kekurangan air.
"Karena ada dampak kemarau panjang yang terjadi pada tahun 2018 dan 2019 diperkirakan produktivitas gula turun sekitar 10 persen," jelas Budi dalam Sugar Outlook 2020 di Gedung RNI Kuningan Jakarta Selatan, Rabu (12/2/2020).
Ia tak yakin produksi bisa meningkat meski akan ada perluasan areal tebu di luar Jawa, sehingga total luas areal tebu giling tahun 2020 menjadi sekitar 419.993 hektar.
Karena itu, menurutnya, neraca gula dalam negeri dipastikan bakal defisit karena produksi yang tak sebanding dengan konsumsi.
"Susah, kalaupun mau buka pabrik gula di luar Pulau Jawa, lahannya pasti enggak clean dan clear. Untuk kebutuhan konsumsi tahun ini saja masih kurang," tuturnya.
Adanya penurunan produksi gula di dalam negeri serta Perizinan Impor (PI) yang belum keluar, dikhawatirkan bakal memicu kenaikan harga gula di dalam negeri.
Hal tersebut, menurut Budi, bahkan mulai terlihat dari hasil pantauan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS). Harga gula di beberapa provinsi sudah merangkak jadi Rp14.000/kg dari harga jual normal Rp12.000/kg.
Konsumsi Gula Tinggi
Dalam setahun, Budi menjelaskan, Indoensia membutuhkan lebih dari 7 juta ton gula untuk konsumsi dan industri. Saat ini, pasokan sisa dari tahun 2019 yang bisa diguakan sepanjang Januari hingga April hanya menjapai 1.084 ton.
Jika produksi gula yang terjadi pada bulan Maret hingga Mei hanya sekitar 2 juta ton, maka akan terjadi defisit gula sebanyak 29 ribu ton lantaran konsumsi diprediksi mencapai 3,163 juta ton.
Lantaran itu lah, menurut Budi, dibutuhkan impor sekitar 1,3 juta ton gula untuk memenuhi kebutuhan sepanjang 2020 dan persiapan awal tahun 2021.
Untuk mengamankan konsumsi sementara, ia berharap Persetujuan Impor (PI) yang sebesar 122 ribu ton di 2019, dari kuota impor 1,3 juta ton, sudah bisa direalisasikan di bulan Februari untuk menutup defisit 29 ribu ton gula konsumsi.
"Baiknya yang 122 ribu ton itu datang segera agar pasokannya aman," tandasnya.
tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana