tirto.id - Presiden AS Donald Trump menyebut pertemuan kedua dengan Presiden Kim Jong-un pada Kamis (28/2/2019) gagal menghasilkan kesepakatan soal nuklir, karena Korea Utara meminta terlalu banyak.
Salah satu permintaan Kim yaitu penghapusan keseluruhan sanksi hukum internasional AS sebagai ganti penutupan Pusat Fasilitas Nuklir Yongbyon, Korea Utara seperti dilaporkan AP News.
Trump dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyatakan, AS tidak bermaksud melakukan kesepakatan tanpa Korea Utara menutup Yongbyon dan program peluncuran misil dan hulu ledak.
AS seharusnya tidak menyerah dengan hanya Yongbyon sebagai gantinya, karena dipercaya bahwa Korea Utara mengembangkan senjata lain secara rahasia seperti uranium.
Trump menyampaikan, pertemuan berjalan cukup lancar, namun belum ada kepastian apakah akan ada pertemuan ketiga.
Fasilitas nuklir di Yongbyon adalah pusat studi nuklir di Korea Utara yang sangat tertutup. Pantauan terakhir satelit pada November 2018, terdapat sebuah residu keluar ke arah sungai yang nampaknya residu dari operasi suatu reaktor.
Meskipun belum ada rencana untuk pertemuan ketiga, Trump tidak mengatakan bahwa kesepakatan sudah selesai, terverifikasi, dan paten mengenai denuklirisasi sebelum Korea Utara dibebaskan dari sanksi-sanksi internasional.
Trump dan petinggi AS lainnya menyatakan bahwa denuklirisasi adalah pra-syarat bagi Korea Utara untuk bebas dari sangsi internasional.
Namun, di pertemuan tersebut justru Korea Utara bertahan pada keinginginan untuk bebas dari sanksi internasional.
Editor: Yandri Daniel Damaledo