tirto.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan terjadi pada bulan November 2019. Sementara puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Januari hingga Februari 2020.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menerangkan, prediksi itu menunjukkan awal musim hujan tahun ini mundur 10 sampai 30 hari dari perkiraan sebelumnya, yakni Oktober 2019.
Menurut Dwikorita, hal itu terjadi sebab ada gangguan anomali iklim di Samudera Hindia. Saat ini, berdasar pemantauan BMKG, ada gangguan berupa fenomena Dipole Mode Positif atau fenomena pasangan antara lautan-atmosfer di lautan India tropis.
Dia menjelaskan, fenomena Dipole Mode Positif terlihat dari suhu muka air laut yang lebih dingin dari kondisi normal di wilayah Samudera Hindia bagian timur, atau barat Sumatera bagian selatan dan selatan Jawa. Bahkan suhunya lebih dingin dari muka air laut Samudera Hindia bagian barat di sebelah timur Afrika.
Dwikorita mengatakan gangguan akibat fenomena Dipole Mode Positif tersebut diperkirakan akan cenderung menurun, dan menyebabkan suhu muka air laut netral kembali, pada akhir 2019.
"Saat ini kita masih tetap berada di musim kemarau yang lebih kering, bahkan akan mundur, berakhirnya sampai November di sebagian besar wilayah Indonesia," kata Dwikorita di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (16/8/2019).
Selain itu, sesuai penjelasan Dwikorita, awal musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi baru terjadi pada awal November 2019 karena, pada Agustus ini, suhu muka air laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami anomali sehingga berada pada kisaran -0,5 hingga 0,5 derajat celcius.
Datangnya awal musim hujan itu juga menandai kondisi netral dan mengakhiri episode El Nino lemah yang telah berlangsung selama 10 bulan sejak Oktober 2018.
Dwikorita menambahkan peralihan musim kemarau ke musim hujan akan diawali oleh perubahan sirkulasi umum angin monsun. Maksudnya, saat terjadi peralihan angin Monsun Australia menjadi angin Monsun Asia.
Sebab, dia melanjutkan, awal musim hujan selalu erat berkaitan dengan mulai dominannya angin Monsun Asia yang mengalirkan masa udara basah dari Benua Asia.
Sementara peralihan angin menjadi dominan Monsun Asia pada 2019 diperkirakan terlambat dari biasanya. BMKG memperkirakan peralihan itu akan dimulai dari wilayah Sumatera bagian Utara pada November 2019, lalu diikuti seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi pada Desember.
"Pada Januari 2020, monsun Asia diprediksi telah dominan aktif di seluruh wilayah Indonesia," ujar Dwikorita.
BMKG memperkirakan gangguan dari anomali iklim di Samudera Pasiflk dan Samudera Hindia tidak akan signifikan selama musim hujan.
Oleh karena itu, kata Dwikorita, musim hujan 2019-2020 diperkirakan lebih banyak dipengaruhi oleh angin monsun Asia dan panas atau dinginnya suhu muka laut perairan Indonesia.
"Lalu fenomena MJO [Madden-Julian Oscillation] yang sering menyebabkan gangguan cuaca dalam skala intra-seasonal atau gangguan dalam musim juga dapat mempengaruhi kondisi musim hujan 2019-2020," kata dia.
Dwikorita juga mengingatkan, karena puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2020, kewaspadaan terhadap ancaman bencana banjir dan longsor perlu ditingkatkan pada periode tersebut.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Addi M Idhom