tirto.id - Ketua terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan, potensi lonjakan COVID-19 masih bisa terjadi. Belajar dari lonjakan sebelumnya, maka tenaga kesehatan (nakes), obat dan oksigen harus disiapkan.
Adib mengatakan memang laporan di sejumlah daerah kasus COVID-19 mengalami penurunan. Bahkan kata dia terdapat sejumlah daerah yang melaporkan nol kasus COVID-19.
"Tapi ini sekali lagi tetap waspada dan jangan abai.Upaya-upaya untuk kemudian perawatan, ketersediaan obat, alat kesehatan harus tetap terjaga," ujar Adib dalam acara dialog virtual, Selasa (23/11/2021).
Meskipun saat ini ruang-ruang yang sebelumnya menjadi bangsal perawatan COVID-19 telah kembali dialihkan untuk perawatan pasien umum, tetapi menurutnya keadaan masih dapat berubah karena perkembangan COVID-19 begitu dinamis.
"Sekali lagi kita tetap harus menyiapkan kemungkinan yang terjadi. Saya yakin teman-teman di lapangan dan daerah sudah bisa melakukan upaya itu. Karena kita sudah belajar banyak ketika bulan Januari dan Juli saat kenaikan kasus kemarin," kata Adib.
Persiapan utamanya upaya untuk melakukan koordinasi itu menurutnya harus tetap dilakukan. Sehingga jika terjadi lonjakan kasus COVID-19 akan lebih siap menghadapinya.
Hal itu yang harus diupayakan untuk tetap dilakukan sehingga akan siap kalau ada lonjakan kasus yang mudah-mudahan tidak terjadi, kata dia.
"Mudah-mudahan [nakes siap]. Tinggal nanti ketersediaan obat alat kesehatan, oksigen yang itu tentunya koordinasi di tingkat lapangan masih perlu dilakukan," ujarnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Senin (22/11/2021) mengatakan meskipun secara umum situasi pandemi di kabupaten kota masih baik. Namun pihaknya memonitor secara ketat sejumlah kabupaten kota yang memiliki potensi kenaikan kasus COVID-19.
Berdasarkan monitoring, kata Budi, ada dua kabupaten kota yaitu Fak-Fak dan Purbalingga yang selama empat pekan berturut-turut mengalami kenaikan kasus COVID-19. Namun, kata dia, positivity rate, dan bed occupancy rate (BOR) masih rendah.
"Tetapi kita mengikuti daerah-daerah ini agar jangan sampai kita terlambat kalau ada kenaikan," kata Budi.
Selain itu, Budi mengatakan terdapat satu kabupaten kota yang mengalami kenaikan kasus selama tiga pekan berturut-turut dan ada 16 kabupaten kota yang mengalami kenaikan 2 pekan berturut-turut.
"Jadi kurang lebih ada 19 kota yang kami monitor secara ketat kita surveilans secara ketat karena ada kenaikan kasus walaupun masih kecil lebih dari dua minggu," ujarnya.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz