Menuju konten utama
Indikator Politik Indonesia:

Posisi Jokowi Belum Aman Meski Publik Puas dengan Kinerjanya

Pertanyaan soal kepuasan diikuti oleh pertanyaan-pertanyaan seperti masalah infrastruktur, kesehatan, ekonomi, termasuk penyediaan lapangan kerja.

Posisi Jokowi Belum Aman Meski Publik Puas dengan Kinerjanya
Presiden Joko Widodo didampingi Menkopolhukam Wiranto, dan Mensesneg Pratikno. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean.

tirto.id - Sebanyak 68,3 persen orang Indonesia mengaku sangat puas (7,95 persen) dan cukup puas (60,39 persen) terhadap kinerja Presiden Joko Widodo. Hanya 29,5 persen yang mengaku kurang puas dan tidak puas sama sekali. Sisanya, 2,17 persen, abstain atau tidak menjawab.

Demikian hasil survei terbaru dari Indikator Politik Indonesia berjudul “Evaluasi Tiga Tahun Pemerintah Jokowi-JK dan Efek Elektoralnya”. Survei ini diselenggarakan pada 17 sampai 24 September 2017, terhadap 1.220 responden dewasa yang dipilih secara random (multistage random sampling) dari seluruh provinsi di Indonesia.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menjelaskan bahwa evaluasi seperti ini penting dalam konteks negara demokrasi. Jika selama ini apa yang disebut evaluasi melulu dari kacamata elit (akademisi, pengamat), maka survei ini adalah antitesisnya.

"Sebab bagaimanapun publik punya kemampuan untuk menilai pemerintahan. Publik tidak bodoh," kata Burhan, di Jakarta, Rabu (11/10/2017).

Pertanyaan soal kepuasan ini kemudian diikuti oleh pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih spesifik. Seperti soal infrastruktur, kesehatan, ekonomi, termasuk di dalamnya janji penyediaan lapangan kerja kepada masyarakat sebagaimana janji kampanyenya pada 2014 lalu.

Dari pertanyaan-pertanyaan spesifik ini, ternyata masyarakat paling puas dalam aspek pembangunan jalan umum. Jokowi dinilai sukses, dengan tingkat kepuasan mencapai 72 persen. Tingkat kepuasan lain diperoleh di bidang layanan kesehatan (65 persen), membangun sarana transportasi umum (60 persen) dan membangun jalan tol luar Jawa (56 persen).

Namun, kepuasan masyarakat minim di sejumlah bidang, seperti membuat harga kebutuhan pokok terjangkau (34 persen), mengurangi jumlah orang miskin (32 persen), menyediakan lapangan kerja (30 persen), dan mengurangi pengangguran (27 persen).

"Meskipun yang menilai 'lebih baik' jumlahnya lebih banyak, lebih banyak lagi warga yang menilai pemerintahan Jokowi 'tidak ada perubahan' dalam hal mengurangi pengangguran (27 persen), menyediakan lapangan kerja (30 persen), mengurangi jumlah orang miskin (32 persen), dan membuat harga kebutuhan pokok terjangkau warga pada umumnya (34 persen)," kata Burhan.

Jokowi Belum Tentu Terpilih Lagi

Meski tingkat kepuasan naik, namun elektabilitas Jokowi justru cenderung stabil dibanding survei serupa yang Indikator lakukan, Agustus tahun lalu. Padahal idealnya ketika kepuasan naik, maka ada kecenderungan masyarakat yang akan memilih Jokowi di Pemilu selanjutnya juga naik.

Sebanyak 47,3 persen responden mengatakan bahwa mereka akan memilih Jokowi lagi kalau Pemilu diselenggarakan hari ini (ketika survei berlangsung). Angka ini hanya naik tipis ketimbang perolehan Agustus tahun lalu yang berada di angka 46,7 persen.

Angka ini diperoleh dari rata-rata survei spontan dan dengan daftar nama. Pada survei spontan, responden diminta menyebut satu nama yang akan mereka pilih kalau Pemilu diselenggarakan sekarang. Sementara survei dengan daftar nama, responden diminta menunjuk siapa presiden pilihannya dengan memilih di daftar nama-nama tokoh populer yang telah disediakan.

"Dari sini diketahui bahwa belum cukup aman bagi Jokowi untuk maju lagi. Masih ada kemungkinan lawan politik untuk membuat kejutan. Masih ada dua tahun lagi untuk meyakinkan publik. Kita tunggu tahun depan," ujar Burhan.

Baca juga artikel terkait PEMERINTAHAN JOKOWI atau tulisan lainnya dari Rio Apinino

tirto.id - Politik
Reporter: Rio Apinino
Penulis: Rio Apinino
Editor: Alexander Haryanto