Menuju konten utama

Poros Baru Gerindra, PAN, & PKS di Pilgub Jatim Terlambat Panas

Ketiga partai belum bersepakat untuk menetapkan bakal calon gubernur dan wakil gubernur di Pilgub Jatim sebagai poros baru.

Poros Baru Gerindra, PAN, & PKS di Pilgub Jatim Terlambat Panas
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) didampingi tokoh-tokoh nasional menyampaikan keterangan kepada wartawan di Jakarta, Senin (10/4). Pertemuan tersebut membahas isu politik terkini, diantaranya terkait dinamika politik dan keutuhan bangsa. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc/17.

tirto.id - Upaya Partai Gerindra, PAN, dan PKS membentuk poros baru di Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2018 belum juga menjadi kenyataan. Pendaftaran calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) Jatim pada 7-8 Januari nanti hanya menyisakan waktu kurang dari satu bulan.

Dalam rapat tiga partai yang dihadiri Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Sekjen PAN Eddy Soeparno, dan Presiden PKS Sohibul Iman, di Kantor DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Minggu malam, (24/12/2017), mereka hanya menyepakati berkoalisi di lima provinsi: Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Maluku Utara. Mereka belum bersepakat untuk bakal calon di Pilgub Jatim.

Sohibul Iman, dalam konferensi pers usai rapat menyatakan pembahasan untuk Pilgub Jatim akan dilanjutkan di kesempatan lain. "InsyaAllah setelah tahun baru, kami akan punya kesimpulan terkait dengan Jawa Timur," kata Sohibul.

Sohibul menyebut, ketiga partai tersebut masih mendapati perbedaan antara mengusung poros baru atau mendukung salah satu dari dua pasangan calon yang telah ada, yakni Khofifah-Emil Dardak dan Syaifullah Yusuf-Azwar Anas. Ia enggan memperjelas siapa yang sepakat dan sebaliknya.

Gerindra dan PAN Belum Pastikan Pasangkan Moreno-Suyoto

Dalam kesempatan yang sama, Prabowo mengklarifikasi soal kabar ia setuju mendukung Moreno Suprato sebagai calon di Pilgub Jatim yang akan diusung Gerindra. Ia menegaskan Gerindra masih akan melihat keadaan untuk mengusung sang mantan pembalap di Pilgub Jatim.

"Moreno sendiri belum menyatakan ingin maju," kata Prabowo.

Pernyataan ini sekaligus membantah keterangan Ketua DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad yang menyatakan Moreno telah mendapatkan restu dari Prabowo sebagai Cagub Jatim 2018.

"Saya baru sekali bertemu dengan Pak Moreno," tegas Prabowo.

Senada dengan Prabowo, Eddy Soeparno secara terpisah pun mengklarifikasi perihal isu Bupati Bojonegoro, Suyoto sebagai sosok yang diusulkan PAN menjadi Cawagub mendampingi Moreno. Menurutnya, nama Suyoto baru sebatas menjadi usulan dari DPW PAN Jatim.

Eddy menyebut DPP PAN belum menanyakan langsung kepada Suyoto ihwal kesiapannya maju dalam Pilgub Jatim 2018, nama Suyoto memang pernah disuarakan oleh DPP PAN sebagai salah satu sosok selain Bupati Lamongan Masfuk untuk mendampingi Khofifah Indar Parawansa sebagai cawagub Jatim.

"Karena ini pertimbangan yang baru sehingga kami belum memutuskan," kata Eddy.

PAN melalui ketua umumnya Zulkifli Hasan, sebelumnya memang pernah menyatakan terdapat arah akan mendukung Khofifah karena sosok-sosok yang hendak diusung sebagai poros baru tidak berkenan.

Saat disinggung kembali pernyataan itu kepada Eddy, menurutnya arah dukungan ke Khofifah juga menjadi salah satu pertimbangan langkah PAN di Pilgub Jatim 2018.

"Mudah-mudahan yang tadi disampaikan (pengumuman) di awal Januari itu kami sudah bisa memutuskan siapa yang akan diusung," kata Eddy.

Tetap Optimistis Dengan Poros Baru

Meski belum mencapai kata sepakat, ketiga partai ini tetap optimistis dengan adanya poros baru. Mereka menolak maju mundurnya keputusan poros baru karena ragu menandingi kekuatan dua pasangan calon yang telah ada.

Prabowo berdalih belum adanya keputusan poros baru dengan mengusung Moreno-Suyoto karena masing-masing partai masih harus melakukan rapat internal guna mengkaji peluang dan kemungkinan yang ada. Prabowo bilang, pimpinan pusat tidak bisa semena-mena memutuskan sosok yang akan diusung tanpa memperhatikan suara kader di daerah.

"Jadi soal kuat dan tidak kuat, itu biar rakyat yang melihat dan menentukan," kata Prabowo.

Ia sempat mencontohkan ihwal pencalonan Anies-Sandiaga pada Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu. Saat itu, koalisi Gerindra dan PKS menjadi bahan cemoohan dan diremehkan saat memutuskan mendukung pasangan itu.

"Tapi akhirnya rakyat yang menentukan. Jadi saya kira kita lihat nanti," kata Prabowo.

Keyakinan yang sama juga ditunjukkan Sekjen PAN Eddy Soeparno. Menurutnya, Suyoto bukan kader PAN yang sembarangan. Ia bisa memenangi Pilbup di Bojonegoro selama dua periode, padahal Bojonegoro merupakan basis NU.

"Jadi saya pikir tidak ada keraguan untuk itu," kata Eddy.

Pertimbangan yang saat ini dilakukan, kata Eddy, lantaran sosok Moreno dan Suyoto relatif baru muncul ke permukaan. Sehingga, perlu dikomunikasikan lagi untuk dapat mencapai hasil yang terbaik.

Terlambat Panas

Pengamat Politik Universitas Airlangga Suko Widodo menilai wacana Gerindra dan PAN untuk mengusung Moreno-Suyoto cukup terlambat. Menurutnya, saat ini bukan saatnya bagi kedua partai merealisasikan poros baru.

"Seharusnya kalau mau poros baru dari jauh hari. Sekarang sudah terlambat," kata Suko kepada Tirto.

Namun, Suko mengatakan apabila PAN, Gerindra, dan PKS bisa segera memastikan membuat poros baru, peluang mereka memberi perlawanan berat bagi pasangan Khofifah-Emil Dardak dan Syaifullah Yusuf-Azwar Anas kian terbuka untuk membuat peta politik berubah dan pemilih bergeser.

Ia menyebut kedua pasang kandidat yang telah mendeklarasikan diri merupakan wajah lama dalam Pilgub Jatim 2018. Sementara, wajah baru bisa menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat Jatim. "Wajah baru, harapan baru, bisa direalisasikan," kata Suko.

Selain itu, Suko pun menyatakan poros baru bisa berpeluang untuk menghindari adanya "all Jokowi final" di Pilgub Jatim 2018. Sebab, menurutnya, kedua pasang kandidat yang saat ini telah ada mempunyai irisan dengan Jokowi.

“Kalau Prabowo menginginkan maju sebagai presiden di 2019, Jatim jadi salah satu yang harus dipikirkan dengan serius,” kata Suko.

Gerindra dalam Pilkada Jatim

Gerindra memiliki 13 kursi, PAN memiliki 7 kursi, dan PKS 6 kursi di Jatim. Bila ditotal, semuanya berjumlah 26 kursi. Jumlah tersebut memenuhi persyaratan 20 persen suara atau setara 20 kursi untuk mencalonkan cagub dan cawagub di Jatim.

Gerindra sebelumnya sempat memberi mandat kepada La Nyalla Mattaliti buat maju dalam pilgub, dengan syarat menjalin komunikasi dengan PAN. Hingga batas waktu yang ditetapkan, komunikasi belum membuahkan hasil. La Nyalla kemudian mengembalikan mandat ke DPP Gerindra.

Selang beberapa hari usai pengembalian mandat, Gerindra memunculkan nama Moreno Suprapto buat menjadi Cagub Jatim di Pilgub 2018. Moreno diusung lantaran mewakili generasi milenial dan memiliki darah turunan Jawa Timur.

Dalam pemilu legislatif, Moreno yang baru pertama kali ikut pemilihan calon legislatif memperoleh suara yang sangat signifikan yaitu lebih dari 52.000 suara di Daerah Pemilihan Jawa Timur V yang meliputi Malang Raya.

Baca juga artikel terkait PILGUB JATIM 2018 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Mufti Sholih