tirto.id - Lembaga survei Poltracking Indonesia memprediksi ada empat skenario koalisi yang mungkin terjadi pada Pilpres 2019.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha mengatakan skenario pertama ialah akan muncul tiga poros yang saling berhadapan, yakni koalisi pendukung Joko Widodo, koalisi pengusung Prabowo Subianto dan koalisi bentukan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sementara skenario kedua, pada Pilpres 2019, koalisi bentukan SBY kemungkinan merapat ke kubu Jokowi untuk melawan poros pendukung Prabowo.
Untuk skenario ketiga adalah sebaliknya, kubu SBY mendukung Prabowo untuk melawan pendukung Jokowi. Adapun skenario keempat, pendukung Jokowi dan Prabowo bersatu berhadapan dengan poros koalisi bentukan SBY.
Meskipun demikian, menurut Hanta Yudha, SBY dan partai yang dia pimpin, yakni Demokrat, kemungkinan akan bersikap realistis dalam Pilpres 2019. Menurut dia, langkah Demokrat membuat poros koalisi ketiga dalam Pilpres 2019 kemungkinannya kecil terjadi.
"Sulit bagi SBY untuk membuat poros sendiri," kata Hanta saat merilis hasil survei lembaganya tentang peta elektoral Pilpres 2019, di Jakarta, pada Minggu (18/2/2018).
Hanta berpendapat, SBY justru berpeluang besar menawarkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping Jokowi atau Prabowo.
Hanta beralasan, berdasar hasil survei terbaru Poltracking Indonesia, AHY memiliki elektabilitas tertinggi ketika dipasang sebagai cawapres pendamping Jokowi maupun Prabowo.
"Jadi pilihan Demokrat di antara skenario ke-2 dan ke-3. AHY kemungkinan bisa jadi cawapres," kata Hanta.
Hanta mencatat, menurut survei lembaganya, elektabilitas AHY berada di posisi pertama atau 13,5 persen dalam simulasi pemilihan 15 kandidat cawapres pendamping Jokowi.
Posisi AHY dibuntuti oleh Anies Baswedan (10,8 persen), Gatot Nurmantyo (9,1 persen), Ridwan Kamil (8,6 persen), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin (7,3 persen) dan Khofifah Indar Parawansa (5,8 persen).
Sementara dalam simulasi pemilihan 10 kandidat cawapres pendamping Jokowi, nama AHY tetap teratas dengan elektabilitas 13,9 persen. Dalam skema simulasi itu, nama AHY dibuntuti oleh Ridwan Kamil (10,4 persen), Gatot Nurmantyo (10,1 persen), Anies Baswedan (9,1 persen) dan Cak Imin (7,5 persen).
Hasil serupa juga muncul pada simulasi pemilihan 5 cawapres pendamping Jokowi. AHY berada di posisi pertama dengan elektabilitas 14,3 persen. Posisi AHY diikuti oleh Ridwan Kamil (11,3 persen), Anies Baswedan (11,2 persen), Gatot Nurmantyo (10,7 persen) dan Cak Imin (7,1 persen).
Elektabilitas AHY juga tertinggi untuk simulasi pemilihan cawapres pendamping Prabowo. Elektabilitas AHY mencapai 15,2 persen. Setelah AHY, ada nama Anies Baswedan (14,1 persen), Gatot Nurmantyo (12,7 persen), Cak Imin (6,6 persen) dan Ahmad Heryawan (3,2 persen).
Sementara itu, dalam simulasi pemilihan 5 kandidat cawapres pendamping Prabowo, elektabilitas AHY (16,5 persen), Anies Baswedan (16,4 persen), Gatot Nurmantyo (13,5 persen), Ahmad Heryawan (4,7 persen) dan Zulkifli Hasan (1,6 persen).
Tanggapan Demokrat Soal Peluang AHY Jadi Cawapres
Menanggapi hasil survei itu, Wakil Ketua Umum DPP Demokrat Roy Suryo mengatakan partainya mereka belum mengambil sikap dalam Pilpres 2019, termasuk mengenai pencalonan AHY.
"Sampai saat ini kami memang tidak pernah atau belum pernah menyebut posisi untuk tokoh yang selalu disebut-sebut sebagai rising star dari demokrat," kata Roy.
Roy mengatakan, ada sejumlah faktor penyebab Demokrat belum menentukan sikap. Pertama, belum ada satu partai pun yang meminang AHY sebagai capres maupun cawapres. Kemudian, umur AHY masih muda. Di antara 6 kandidat cawapres, AHY yang termuda karena lahir pada 1978. Ketiga, AHY masih bertugas sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat.
"Kami memang belum mengusulkan ke sana, tapi sekali lagi kami berterima kasih nama AHY disebut sebagai kandidat cawapres yang (elektabilitasnya) tertinggi," kata Roy.
Meskipun begitu, Roy mengklaim keputusan mengenai posisi Demokrat di Pilpres 2019 ada di tangan AHY. "Ada di mana Demokrat nantinya? Kita tunggu saja nanti statement atau gerakan dari ketua Kogasma, yaitu mas Agus Harimurti Yudhoyono," kata Roy.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Addi M Idhom