tirto.id - Tim pemenangan resmi Joko Widodo-Ma'ruf Amin sampai sekarang belum punya "kepala". Beberapa nama santer terdengar bakal mengisi posisi itu, salah satunya adalah Erick Thohir, seorang pengusaha cum pendiri Mahaka Group.
Selain Erick nama lain yang masuk dalam bursa adalah Najwa Shihab, Moeldoko, dan Gatot Nurmantyo.
Nama Erick Thohir, yang kini menjabat ketua tim penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc) menguat setidaknya satu pekan terakhir, meski belum ada konfirmasi resmi dari tim. Namanya disebut-sebut di "lingkar pertama" tim pemenangan.
Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang pernah mengeluarkan pernyataan dukungan. Pun dengan Ketua DPP Golkar, Bambang Soesatyo.
Sementara Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani menyebut kalau calon ketua tim memang ada yang berlatar belakang pengusaha, selain purnawirawan militer hingga tokoh yang dipandang dekat dengan generasi milenial.
Pernyataan lain disampaikan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Ia tak menyebut apakah Erick masuk sebagai kandidat ketua tim kampanye atau tidak. Ia hanya mengatakan keputusan ada di tangan presiden.
"Ini hak prerogatif dari presiden, pak Jokowi. Kami tunggu arahan beliau," ujar Hasto.
Publik baru akan tahu apakah benar Erick bakal mengomandoi tim kampanye atau tidak dalam beberapa hari atau minggu ke depan. Maman Imanulhaq, Direktur relawan tim kampanye, menyebut tim akan mengumumkannya secara resmi setelah Asian Games 2018, yang berakhir pada Minggu 2 September nanti.
Kelemahan dan Kelebihan Erick Thohir
Sosok Erick Thohir punya sejumlah kelebihan dan kekurangan. Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Cecep Hidayat, menyebut salah satu kelebihan pemilik 30 persen saham Inter Milan itu adalah punya predikat sebagai tokoh muda. Ini penting, kata Cecep, untuk membantu meningkatkan citra Jokowi-Ma'ruf sebagai pasangan yang dekat dengan generasi milenial.
"Jokowi mencitrakan diri sebagai tokoh milenial, sedangkan Ma'ruf Amin akan sukar. Jika mengambil Erick bisa jadi daya rebut, vote getter (pendulang suara) buat Jokowi-Ma'ruf," kata Cecep kepada Tirto, Kamis (30/8/2018).
Cecep juga melihat Erick unggul karena tidak berasal dari parpol. Posisi yang demikian menguntungkan karena dianggap bisa diterima barisan koalisi Jokowi-Ma'ruf yang terdiri dari 10 partai, baik yang memiliki kursi di parlemen pusat atau partai baru seperti PSI.
Sebaliknya, jika ketua tim kampanye Jokowi-Ma'ruf berasal dari parpol, maka akan ada kecemburuan dari politikus partai-partai yang kadernya tak dipilih.
Meski begitu posisi sebagai individu non-parpol bisa juga jadi kelemahan Erick. Karena tidak punya ikatan kuat dengan parpol apa pun, ada potensi Erick bakal sulit mengontrol anggota tim kampanye. Namun kelemahan ini bisa diatasi jika Erick bisa membangun kedekatan dengan parpol pendukung. Demikian ujar Cecep.
Rekam jejak Erick yang tak pernah berkecimpung di dunia politik juga jadi titik lemah. Cecep menganggap Erick akan sulit beradaptasi dan membutuhkan waktu relatif panjang agar bisa menjalankan tugas dengan maksimal.
"Selama ini dia kan aktif di organisasi pemuda dan olahraga. Saya kira karena latar belakangnya itu Erick mesti beradaptasi. Tidak bisa langsung [bergerak] begitu. Jadi harus ada waktu pembelajaran."
Bisa jadi Erick mampu melakukan ini. Masalahnya masa kampanye kurang dari satu bulan lagi, tepatnya pada 23 September 2018.
Pendapat serupa dikemukakan analis politik dari Universitas Brawijaya, Wawan Sobari. Ia menganggap Erick berpotensi mengimbangi citra Sandiaga Uno sebagai sosok muda. Akan tetapi, Erick harus bekerja keras untuk bisa menyatu dengan seluruh kekuatan politik di tim kampanye Jokowi-Ma'ruf.
"Erick harus kerja keras menyatu dengan mesin politik atau parpol. Branding Erick sebagai pengusaha, ketimbang politisi. Ia bisa menyumbangkan banyak gagasan untuk kampanye dan menggaet milenial, tapi parpol juga harus mendorongnya," ujar Wawan kepada Tirto.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Rio Apinino