tirto.id - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera menyindir partai-partai yang merapat pada koalisi pemerintah. Menurutnya, partai-partai oposisi yang hijrah ke koalisi Indonesia Hebat (KIH) jangan sampai menghilang jika tidak mendapat kursi atau jabatan.
Mardani juga mengatakan mereka yang ingin bergabung sebaiknya tidak membawa-bawa transaksi politik. Terutama untuk mendapatkan jabatan di kementerian atau lembaga (K/L) tertentu.
“Kenyataannya itu bisa hilang kalau sudah pembagian kursi. Kalau enggak dapet kursi keluar lagi. Bergabung atau tidak jangan selalu melulu ada transaksi,” ucap Mardani dalam diskusi bertajuk 'Setelah Putusan Makhamah...' di Gado-Gado Boplo, Jakarta Sabtu (29/6/2019).
Mardani menyatakan bahwa saat ini pemerintahan di Indonesia dijalankan dengan kurang efektif. Ia menyebutkan ada terlalu banyak birokrasi sebagai respons dari bagi-bagi kursi ini.
Ia mencontohkan untuk mengatasi kemiskinan saja sampai harus melibatkan 96 (K/L). Padahal katanya ada upaya reformasi birokrasi, tetapi hal itu tak membuahkan hasil.
“Saya dari awal bilang kementerian kita terlalu banyak. Kita perlu banyak terobosan kalau ingin mencintai negeri, jumlah menteri jangan sebanyak ini,” ucap Mardani.
Melihat banyak hampir separuh partai oposisi sudah mulai memberi sinyal merapat ke Istana, Mardani mengaku puas dengan posisi PKS saat ini. Ia menyatakan bahwa partai itu akan tetap menjadi oposisi untuk 5 tahun ke depan pemerintahan Jokowi.
Pengamat politik UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Tony Rosyid mengapresiasi langkah PKS untuk menjadi oposisi. Meskipun baru sendirian, Tony yakin jika mereka dapat melakukan “investasi” ini dengan benar, maka mereka bisa jadi partai besar seperti PDIP yang saat ini langganan memenangani pemilu.
“PKS terlalu amat berisiko kalau dia memilih untuk berkoalisi. Lebih baik PKS sendirian kalau jadi oposisi, dia punya potensi jadi partai besar. Ke depan dalam konteks politik sekarang investasi 5 tahun ini penting,” ucap Tony dalam diskusi.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Irwan Syambudi