Menuju konten utama

Pieter Tanuri: dari Pabrik Ban Hingga Klub Sepakbola

Kinerja PT Multistrada Arah Sarana, produsen ban Corsa dan Achilles terseok-seok sejak 2014.

Pieter Tanuri: dari Pabrik Ban Hingga Klub Sepakbola
Pengunjung memperhatikan ban yang dipamerkan saat peluncuran Michelin XCD 2 di kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (8/7). ANTARA FOTO/Umarul Faruq

tirto.id - Produsen ban asal Perancis Michellin jadi pemilik saham mayoritas PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA), setelah aksi akuisisi triliunan rupiah yang diumumkan 22 Januari 2019. Michellin mengambil alih saham perusahaan milik konglomerat Pieter Tanuri dengan merogoh kocek sebesar $439 juta setara Rp6,12 triliun untuk mengakuisisi 80 persen saham MASA.

Manajemen Michellin menyatakan akuisisi tersebut cocok dengan strategi memproduksi ban tier 1 di pabrik baru di Asia dan mendukung pertumbuhan permintaan volume ban Tier 2 di Eropa, Amerika Utara dan Asia.

Sampai 2018, Michellin masih menggantungkan pendapatannya dari pasar ban di Eropa dan Amerika Utara. Penjualan di dua kawasan itu masing-masing sebesar 39 persen dan 37 persen. Sedangkan kawasan Asia dan bagian dunia lainnya menyumbang 24 persen terhadap keseluruhan penjualan ban produksi Michellin.

Perusahaan produksi ban asal Perancis itu memang berambisi memperkuat kehadirannya di pasar terbesar Asia Tenggara. Pabrik Multistrada yang diakuisisi Michellin, memungkinkan bagi perusahaan untuk melayani pasar ban di Cina, yang merupakan pasar ban terbesar di dunia.

“Dengan transaksi ini, Michellin memperkuat kehadirannya di pasar Indonesia yang sangat menjanjikan dan didominasi produksi lokal dengan membeli pabrik lokal yang sangat kompetitif dengan fasilitas berkualitas bagus dan kapasitas produksi terjaga,” tulis manajemen Michellin.

Akuisisi Multistrada dilakukan dengan pertimbangan bahwa perusahaan yang dipimpin oleh Pieter Tanuri sebagai Presiden Direktur itu memiliki kapasitas produksi terpasang 11 juta ban mobil penumpang, 250 ribu ban truk dan 9 juta ban kendaraan roda dua alias motor per tahun, dengan produk di antaranya ban merek Corsa dan Achilles.

Mega akuisisi ini terjadi saat kinerja MASA terseok-seok sejak 2014. Melansir laporan keuangan perusahaan, penjualan bersih turun 12,22 persen menjadi hanya $284,3 juta pada 2014. Padahal setahun sebelumnya, angka penjualan bersih perusahaan mencapai $323,89 juta.

Akibatnya, laba perusahaan juga terpangkas sebesar nyaris 79 persen menjadi hanya $448 ribu dari sebelumnya sebesar $2,13 juta. Selain itu, utang perusahaan juga meningkat, menembus angka $200 juta.

Kinerja perusahaan terus memburuk tahun-tahun berikutnya. Periode 2015-2017, Multristrada puasa laba. Perusahaan menderita kerugian sampai dengan $26,68 juta pada 2015. Selain karena penjualan yang terus turun, penyebab lain MASA menderita kerugian adalah karena melesunya pasar otomotif domestik sepeda motor maupun mobil, serta menurunnya ekspor ban.

Ditambah lagi dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tertekan serta harga jual ban yang rendah lantaran harga komoditas karet tertekan. “Selain permintaan ban dunia yang masih lesu, pasokan berlebih dari Cina membuat belum ada faktor pendorong pasar ekspor selain ke Amerika Serikat,” kata Pieter Tanuri melansir laporan keuangan perseroan (PDF).

Puasa dari laba masih dialami oleh Multistrada pada 2016 dan 2017. Meski pada 2016 perseroan berhasil menurunkan nilai kerugian menjadi sebesar $6,7 juta. Namun pada 2017, kerugian yang diderita MASA meningkat menjadi $8,07 juta.

Per September 2018, kinerja perusahaan menunjukkan perbaikan. Karena selama sembilan bulan pertama 2018, MASA mampu mencatat keuntungan sebesar $611.955.

Infografik Kinerja PT Multistrada Arah Sarana Tbk

Infografik Kinerja PT Multistrada Arah Sarana Tbk

Situasi perusahaan yang sedang tak prima kinerja keuangannya bisa jadi membuat Pieter Tanuri menerima pinangan akuisisi dari Michellin. Pieter memang bukan pemilik tunggal di Multistrada, total kepemilikan saham Pieter Tanuri sempat mencapai 20,6 persen hingga 31 Desember 2018. Selebihnya PT Central Sole Agency menguasai 16,67 persen, Lunar Crescent International Inc sebanyak 14,91 persen, dan masyarakat 47,83 persen dari 9,182 miliar saham.

Setelah adanya akuisisi saham, Pieter Tanuri menjual dan mengalihkan saham-sahamnya secara langsung kepada Michelin, tanpa menyisakan sedikitpun saham. Ini sesuai dengan keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan pada 31 Januari 2019 (PDF), setelah akuisisi, 80 persen saham MASA dikuasai Michellin dan sisanya 20 persen oleh masyarakat.

Gurita Bisnis Pieter Tanuri

Selain dari bisnis ban, bisnis Pieter Tanuri juga berasal dari perusahaan sekuritas, PT Buana Capital Sekuritas. Di perusahaan sekuritas ini, Pieter Tanuri menjabat sebagai Presiden Komisaris. Sejak 1990-an, Pieter memang telah berkecimpung di bisnis ini, dengan menjadi salah satu pendiri Trimegah Securities Tbk.

Pieter Tanuri dalam profilnya di situs Buana Capital juga disebut sebagai Presiden Komisaris di PT Philadel Terra Lestari. Perusahaan ini memiliki 420 juta saham setara 20 persen di PT Bank Ina Perdana.

Philadel membeli saham Bank Ina dari PT Kharisma Prima Karya dan PT Aji Lebih Seketi. Kedua perusahaan milik Hadi Surya, pemilik sekaligus pendiri Bina Surya Grup dan PT Berlian Laju Tanker Tbk.

Pieter juga menjadi Presiden Direktur di PT Multistrada Agro International dan PT Meranti Lestari. Kedua perusahaan yang bergerak di bidang pengusahaan dan pengelolaan hutan tanaman industri berupa karet.

Pieter Tanuri juga menjabat sebagai komisaris di PT Bali Bintang Sejahtera, pengelola klub bola nasional, Bali United. Pieter membeli klub yang bermarkas di Kabupaten Gianyar, Bali ini bermula dari pembelian klub Persisam Putra Samarinda dari tangan Harbiansyah Hanafiah pada akhir 2015.

Rencana awal Pieter, klub baru itu akan dimerger dengan satu klub yang bermarkas di Yogyakarta. Namun, rencana ini urung dilakukan karena rumitnya proses akuisisi dan sarana latihan yang minim.

Pieter membangun stadion sebagai sarana latihan dengan biaya renovasi yang cukup besar. “Membangun dari nol” ini bisa dibaca sebagai perbandingan dengan ketika Pieter masih aktif mengurus Persib Bandung, klub pertama yang meluncurkan nama Tanuri di kancah sepakbola Indonesia.

Penjualan Multistrada kepada Michellin menjadi bagian dinamika dari dinamisnya bisnis yang dikelola oleh sosok Pieter Tanuri. Ke mana lagi Tanuri menggelindingkan bisnisnya setelah tak lagi menggenggam Multistrada?

Baca juga artikel terkait PERUSAHAAN atau tulisan lainnya dari Dea Chadiza Syafina

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Dea Chadiza Syafina
Editor: Suhendra