Menuju konten utama

Pidato "Tampang Boyolali" & Taktik Prabowo Garap Basis Suara Jokowi

Boyolali adalah kandang banteng PDIP. Jokowi pernah mengalahkan Prabowo di Boyolali pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dengan selisih suara tiga kali lipat.

Pidato
Calon Presiden nomer urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan pidato saat berkampanye di Wujil, Kabupaten Semarang, Senin (29/10/2018). Dalam kampanye tersebut Prabowo menyampaikan program kerja sekaligus menyerap aspirasi para pendukung. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/kye.

tirto.id - Video berdurasi kurang dari semenit yang berisi potongan pidato calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto di Boyolali jadi viral di media sosial. Sebabnya adalah dalam pidato itu Prabowo menyebut warga Boyolali tidak bisa masuk hotel-hotel mewah dan megah di Jakarta. "Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir. Karena tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang-tampang kalian ya tampang Boyolali ini. Betul?" kata Prabowo saat meresmikan Posko Badan Pemenangan Prabowo-Sandiaga Uno di Kabupaten Boyolali, Selasa (30/10) lalu

Tidak ada hadirin yang protes dengan pernyataan Prabowo di sana. Sebagian besar dari mereka justru malah tertawa dan setuju mendengar kritik satire ala Prabowo itu. “Betul!,” kata mereka merespons pertanyaan Prabowo.

Namun reaksi berbeda atas pidato itu disampaikan lawan politik Prabowo di jagad maya maupun dunia nyata. Mereka menganggap Prabowo telah menghina warga Boyolali. Tagar #SaveMukaBoyolali sebagai bentuk protes atas ucapan Prabowo bahkan sempat didengungkan para pendukung Jokowi di twitter seperti dilakukan pemilik akun Rizma Widiono @RizmaWidiono, Raja Juli Antoni @AntoniRaja, dan Fajdroel Rachman @fajdroel. Seseorang bernama Dakun yang mengaku sebagai warga Boyolali bahkan melaporkan Prabowo ke Polda Metro Jaya pada Jumat (11/3) malam dengan tuduhan penghinaan. Dakun didampingi Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Muannas al Aidid yang berlaku sebagai pengacaranya.

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Raja Juli Antoni pun memandang pernyataan Prabowo itu sebagai guyonan yang tidak punya selera dan justru memperolok rakyat. "Jadi berhentilah memperolok dan membuat candaan tentang rakyat kalau memang jadi pemimpin. Karena rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi di negeri ini," kata Raja kepada Tirto, Jumat (2/11/2018) malam.

Sekretaris Jenderal DPP PSI ini optimistis ucapan Prabowo akan menguatkan suara Jokowi di Boyolali. Ia mengatakan Jokowi akan menang lima kali lipat di Boyolali saat Pilpres 2019 mendatang. "Apa yang mau diharapkan dari pemimpin yang menghina rakyat bahkan secara fisik," kata Raja.

Boyolali memang menjadi basis suara Jokowi sekaligus kandang banteng PDIP. Di pemilu legislatif 2014 lalu, PDIP menguasai 25 kursi DPRD Boyolali dari total 45 kursi. Saat Pilpres 2014 Jokowi-JK juga menang tiga kali lipat dibanding Prabowo dengan perolehan suara 457.914 (75.91%) berbanding 145.353 (24.09%) yang diraih Prabowo-Hatta.

Apalagi, kata Raja, masyarakat desa seperti Boyolali telah merasakan langsung dampak dana desa yang dikucurkan pemerintahan Jokowi-JK. "Rakyat sekarang merasakan pembagian dana yang mengalir dari Jakarta ke desa-desa. Yang selama ini sentralistik, sekarang jadi desentralisasi yang faktual," kata Raja.

Bukan untuk Menghina

Namun klaim serta tuduhan Raja dibantah Faldo Maldini, juru bicara Prabowo-Sandiaga. Ia justru merasa optimistis Prabowo-Sandiaga bakal meraup suara maksimal di Boyolali pascapidato tersebut. Ini karena menurut Faldo, Prabowo tak bermaksud menghina warga Boyolali, melainkan mengingatkan pentingnya peningkatan kesejahteraan warga di sana. Ia pun menyebut pemotongan pidato itu sebagai usaha menghilangkan substansi kritik Prabowo. "Sudah diplintir pihak tertentu. Ada pihak yang mau hate spin. Pelintiran kebencian," katanya.

Faldo mengatakan pernyataan Prabowo adalah metafora yang digunakan untuk menyindir pemerintah saat ini lantaran belum sukses menyejahterakan masyarakat desa, seperti di Boyolali. Dia tidak ingin penurunan kesejahteraan terus berlangsung. “Itu pesan pak Prabowo," kata Faldo kepada Tirto.

Harapannya, kata Faldo, masyarakat Boyolali yang dulu memilih Jokowi akan bisa menentukan pilihannya secara rasional dengan berkaca fakta saat ini. "Kami simpel aja. Kalau merasa kondisi baik-baik saja ya lanjut saja yang sekarang. Tapi kalau rasa-rasanya tidak jadi lebih baik, ya kami Insyaallah bisa dipilih gitu loh," kata Faldo.

Dosen Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing telah mendengar video potongan pidato Prabowo yang jadi viral. Menurutnya secara keseluruhan isi pidato Prabowo tidak dimaksudkan untuk menghina

"Karena memang saya melihat tidak ada masyarakat (hadirin) yang menyatakan protes terhadap pidato tersebut atau merasa tersinggung, saya kira tidak ada masalah," kata Emrus kepada Tirto.

Emrus menilai pidato Prabowo justru merupakan motivasi kepada hadirin yang datang agar mau mengubah nasib perekonomian mereka. "Itu tujuannya supaya masyarakat bisa keluar dari kebiasaan-kebiasaan sehingga mereka bisa termotivasi untuk meningkatkan sosial ekonominya," kata Emrus.

Emrus mengatakan pemotongan pidato Prabowo tidak lepas dari kontestasi politik yang sedang berlangsung. Pemotongan video sengaja dilakukan untuk menyudutkan Prabowo.. "Jadi maknanya bisa berubah," kata Ermus.

Untuk itu, Ermus mengimbau kepada publik agar tak melihat video Prabowo secara sepenggal saja agar mengetahui makna sesungguhnya di balik pidatonya.

Taktik Garap Basis Jokowi

Direktur The Political Literacy, Adi Prayitno menilai pernyataan Prabowo tersebut justru menunjukkan taktik politik Prabowo keluar dari zona nyaman. Ia melihat Prabowo sudah berani pasang kuda-kuda menggarap suara di basis Jokowi dan PDIP. "Artinya Prabowo sudah mulai berani menggarap basis massa Jokowi," kata Adi kepada Tirto.

Pengamatan Adi selama ini kritik-kritik Prabowo ke pemerintah disampaikan di Jakarta atau Jawa Barat. Dua wilayah yang memang sudah jadi basis suara Prabowo. "Ini menunjukkan kalau tensi kampanye sudah meninggi. Sudah lewat fase menebalkan pendukung sendiri, tapi merebut pendukung lawan," kata Adi.

Namun begitu Adi menilai pidato Prabowo soal "tampang Boyolali" tidak bisa masuk hotel kurang jitu. Sebab meski tidak dimaksudkan menghina namun pernyataan itu bisa dianggap rasis dan merendahkan warga Boyolali. "Bagi pendukung Jokowi yang masih solid di sana, itu justru menguatkan mereka enggak memilih Prabowo. Pemilih floating selain yang hadir di saat itu malah bisa ikutan sinis (ke Prabowo)," kata Adi.

Adi mengatakan pertarungan antara Jokowi dan Prabowo di Boyolali dan di wilayah Jawa Tengah lain akan semakin ketat. Ini karena ia percaya isu soal "tampang Boyolali" akan meredup serupa dengan isu hoaks yang diucapkan Ratna Sarumpaet. Selain itu Pilgub Jawa Tengah 2018 juga menunjukkan bagaimana mesin politik partai pendukung Prabowo yang mengusung Sudirman Said--Ida Fauziyah lumayan efektif mempertipis kekalahan suara dari kubu Ganjar-Yasin.

Apalagi, kata Adi, safari politik Prabowo dan Sandiaga yang semakin sering ke Jawa Tengah akhir-akhir ini juga akan menambah daya dorong suara pasangan nomor urut 02 ini.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Muhammad Akbar Wijaya