Menuju konten utama

Piala Dunia 2018: Australia Jadi Tes Pertama Generasi Emas Perancis

Laga kontra Australia di partai pembukaan Grup C Piala Dunia 2018 akan menjadi tes pertama generasi emas Perancis di Rusia.

Piala Dunia 2018: Australia Jadi Tes Pertama Generasi Emas Perancis
Pemain depan Timnas Prancis Olivier Giroud (R) bereaksi selama pertandingan sepak bola FIFA 2018 kualifikasi, Minggu (3/9/ 2017) di Stadion Kota di Toulouse, Prancis selatan. AFP / REMY GABALDA

tirto.id - Australia menjadi tes pertama bagi generasi emas Perancis di Piala Dunia 2018. Kedua negara akan berhadapan di partai pembukaan Grup C yang digelar pada Sabtu (16/6/2018) pukul 17.00 WIB di Kazan Arena.

Setelah kegagalan menjadi juara Piala Eropa di kandang sendiri pada tahun 2016, Perancis memiliki kesempatan untuk menunjukkan kualitas segudang talenta di skuat mereka pada Piala Dunia Rusia. Menghadapi Australia, tim peringkat ke-36 FIFA edisi Juni 2018 ---berbeda 31 tingkat dari mereka---, Les Bleus lebih diunggulkan.

Ini bukan sekadar karena pertemuan terakhir Perancis vs Australia, digelar pada 11 Oktober 2013, berakhir dengan kemenangan Les Bleus 6-0. Perbandingan ketenaran para pemain Perancis dan Australia bagaikan bumi dan langit.

Di lini depan, Perancis memiliki Antoine Griezmann, pria yang pada tahun 2016 sempat menjadi peringkat ketiga untuk ajang Ballon d'Or. Selain dirinya, ada Kylian Mbappe, penyerang PSG berusia 19 tahun yang dalam dua musim mengguncang Eropa.

Memang Olivier Giroud mengalami cedera kepala dalam laga pemanasan terakhir, kala Perancis ditahan imbang Amerika Serikat 1-1. Namun, pelatih Les Bleus, Didier Deschamps meyakini, penyerang Chelsea yang sudah mencetak 31 gol di level internasional akan pulih tepat waktu.

"Giroud memiliki jahitan indah enam sentimeter tetapi dia semestinya siap tempur," ungkap Deschamps dikutip Sky Sports.

Jika Giroud absen, Perancis dapat menjadikan Mbappe sebagai penyerang tengah, lantas memberikan ruang di sayap untuk Florian Thauvin yang menjalani musim luar biasa bersama Olympique Marseille, atau Ousmane Dembele, penyerang yang larinya bagai kereta api milik Barcelona.

Sementara Perancis bertabur bintang bahkan untuk lini depan, Australia 'harus' memanggil Tim Cahill, legenda mereka yang berusia 38 tahun dan saat ini tidak terikat kontrak dengan klub manapun.

Meski di atas kertas Perancis lebih diunggulkan, hasil imbang mereka menghadapi AS pada Minggu (10/6) menimbulkan pertanyaan besar. Dalam laga tersebut padahal Didier Deschamps menurunkan para bintang terbaik, termasuk manusia seharga 110 juta Euro, Paul Pogba (Machester United) dan penjaga keseimbangan dari Chelsea, N'Golo Kante.

Pertahanan baja Amerika Serikat, yang membiarkan Perancis menguasai bola hingga 72 persen, dan melepaskan 20 tembakan sepanjang 90 menit, ternyata cukup membuat frustrasi Les Bleus. Di sisi lain, Australia sendiri saat ini mengembangkan permainan bertahan di bawah komando Bert Van Marwijk.

Memang Australia mencatatkan hasil positif menang 4-0 atas Republik Ceko dan 2-1 menghadapi Hongaria. Hal yang sekilas menunjukkan permainan menyerang The Socceroos. Namun, penguasaan bola yang hanya 47 persen saat menghadapi Ceko menunjukkan model seperti apa yang bakal diterapkan Australia menghadapi runner-up Piala Eropa 2016.

Australia akan menjadi ujian pertama bagi generasi emas Perancis sebelum laga kontra Peru dan Denmark. Tersendat di partai ini mungkin akan jadi hal 'biasa' di awal turnamen yang panjang. Namun, dalam sudut pandang lain, jika Les Bleus ditahan Australia yang memiliki perbedaan peringkat FIFA yang jauh, maka Peru (urutan ke-11 FIFA), dan Denmark (urutan ke-12 FIFA) bisa berharap banyak, meski peringkat FIFA tidak dapat dijadikan patokan dasar.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Olahraga
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Fitra Firdaus