tirto.id - Reaksi keras publik Amerika Serikat terhadap kebijakan Presiden Donald Trump, yang melarang warga asal tujuh negara berpenduduk mayoritas muslim masuk ke negaranya, kini terus berlanjut, Belakangan, protes itu merembet ke kalangan konglomerat elit di AS.
Sebagaimana dilansir Antara, baru-baru ini, CEO Disney, Bob Iger menyatakan tidak akan menghadiri forum pertemuan ekonomi, yang digelar oleh Gedung Putih untuk mempertemukan sejumlah konglomerat AS dengan Presiden Donald Trump, pada akhir pekan ini. Alasan Iger, ia harus menghadiri rapat direksi yang sudah lama telah direncanakan di waktu yang sama.
Iger sebenarnya salah satu dari segelintir pengusaha industri hiburan kelas wahid di AS yang diundang ke forum yang diorganisir oleh CEO Blackstone, Stephen A. Schwarzman, itu. Namun, rencana Iger menghadiri forum itu sempat dikritik keras oleh para karyawan Disney, khususnya kalangan animator.
Awal Desember 2016, Trump menyebut forum itu sebagai pertemuan para CEO dan pemimpin bisnis yang tahu cara menciptakan lapangan pekerjaan dan memicu pertumbuhan ekonomi negaranya.
Di antara para konglomerat AS yang diundang menghadiri forum ini adalah CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, CEO Walmart, Doug McMillon dan CEO General Motors, Mary Barra, CEO SpaceX and Tesla, Elon Musk dan CEO Uber, Travis Kalanick.
Kalanick sudah menyatakan akan hadir pada forum itu. Belakangan Kalanick menjadi sasaran kritik kelompok anti pelarangan masuknya imigran dari tujuh negara muslim ke AS. Kalanick akhirnya ikut secara terbuka menentang larangan masuknya imigran dari tujuh negara muslim itu.
Pada Kamis kemarin, Kalanick mengumumkan mundur dari keanggotaan Dewan Penasihat Ekonomi Donald Trump. Setelah instruksi Trump mengenai pelarangan warga tujuh negara muslim masuk AS, banyak karyawan Uber mempertanyakan posisi Kalanick di Gedung Putih.
"Ada banyak cara yang akan kita lanjutkan untuk membela perubahan yang adil dalam imigrasi, namun bertahan di dewan itu malah menjadi penghalang," tulis Kalanick dalam email kepada para karyawannya seperti dikutip New York Times.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom