Menuju konten utama
Periksa Fakta

Peta Politik Capres-Cawapres Pasca Debat, Siapa Unggul?

Survei CSIS mengungkap, faktor debat bisa menjadi penting, salah satunya untuk menentukan apakah Pilpres 2024 akan berlangsung selama satu atau dua putaran.

Peta Politik Capres-Cawapres Pasca Debat, Siapa Unggul?
Header Periksa Data Capres Unggul. tirto.id/Fuad

tirto.id - Salah satu tahapan penting dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, yang juga sesuai amanat UU Nomor 7 Tahun 2017, adalah penyelenggaraan debat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Sejauh ini, acara debat telah terselenggara dua kali, dari total lima kali acara debat yang dijadwalkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Debat perdana yang digelar pada Selasa (12/12/2024) adalah debat bagi para capres yang membahas topik tentang pemerintahan, Hak Asasi Manusia (HAM), pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, dan kerukunan warga.

Sementara itu, debat kedua yang digelar pada Jumat (22/12/2023) merupakan ajang debat bagi para cawapres terkait topik tentang ekonomi kerakyatan dan digital, keuangan, investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur, dan perkotaan.

Antusiasme masyarakat dalam menyaksikan debat pun bisa dibilang tinggi. Hal ini terekam dalam survei yang dilakukan oleh Tirto bekerja sama dengan Jakpat terhadap 1.522 responden pemilih muda berusia 17 – 39 tahun pada 18 Desember 2023. Survei ini mengungkap bahwa sebanyak 83,77 persen responden menonton debat capres pertama pada 12 Desember 2023 lalu, baik secara langsung maupun lewat potongan rekaman.

Senada, temuan survei Litbang Kompas pada 18-20 Desember juga merekam bahwa sebagian besar responden (78,8 persen) mengaku tertarik menonton debat kedua cawapres pada 22 Desember 2023 lalu. Temuan survei ini juga mengungkap bahwa responden yang tahu dan tertarik menonton debat cawapres kedua, jumlahnya meningkat dari debat pertama.

Dari proporsi tersebut, hampir separuh responden (46,5 persen) mengaku tahu dan tertarik menonton. Jumlah tersebut meningkat dari survei yang dilakukan jelang debat pertama (35,8 persen).

Dengan tingginya antusias publik untuk menyaksikan debat tersebut, muncul pertanyaan, apakah penyelenggaraan debat mempengaruhi tingkat keterpilihan masing-masing paslon capres-cawapres? Selain itu, bagaimana tingkat keterpilihan terbaru dari masing-masing paslon capres-cawapres pasca diselenggarakannya debat tersebut?

Untuk menganalisis hal tersebut, kami membedah dua hasil survei terbaru yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia pada 13-18 Desember 2023 atau tepat setelah gelaran debat pertama (capres) dan Indikator Politik pada 23-24 Desember 2023 atau tepat setelah gelaran debat kedua (cawapres).

Survei CSIS: Elektabilitas Prabowo Melesat, Anies Kalahkan Ganjar

CSIS Indonesia menggelar survei nasional yang dilakukan pada tanggal 13-18 Desember 2023 atau tepat setelah gelaran debat capres pertama. Survei ini melibatkan 1.300 responden yang tersebar secara proporsional di 34 provinsi di Indonesia.

Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka. Populasi sasaran survei adalah penduduk Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah saat survei dilakukan, sehingga dapat dipastikan bahwa responden survei memiliki hak pilih dalam Pemilu 2024.

Dalam survei ini, penarikan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling. Penarikan sampel mempertimbangkan proporsi antara jumlah sampel pada setiap provinsi, proporsi perempuan dan laki-laki dan kategori daerah urban dan rural. Primary sampling unit (PSU) berada pada level desa/kelurahan.

Sementara itu, margin of error survei ini diperkirakan sebesar -+2,7 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Dalam survei yang dilakukan tepat usai gelaran debat capres perdana ini, CSIS mengukur tingkat keterpilihan paslon dengan memberikan pertanyaan kepada responden terkait siapa capres-cawapres yang akan dipilih responden dalam Pemilu 2024 mendatang.

Hasilnya, paslon nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, menjadi yang paling banyak dipilih responden dengan elektabilitas 43,7 persen dalam simulasi tiga nama capres. Menyusul di posisi kedua adalah paslon nomor urut satu, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan elektabilitas 26,1 persen. Sementara itu, paslon nomor urut tiga, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, harus puas di posisi terakhir dengan elektabilitas 19,4 persen.

Survei ini juga menemukan sekitar 6,4 persen responden menyatakan rahasia atau belum menentukan pilihan (undecided voters). Ada juga 4,5 persen responden yang menjawab tidak tahu atau memilih tidak menjawab.

Lebih lanjut, CSIS mengelompokkan wilayah survei ke dalam sembilan zona atau regional, yakni Sumatera, Jakarta-Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah-Yogyakarta, Jawa Timur, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi-Gorontalo, dan Maluku-Papua.

Dari segi basis wilayah, survei ini menemukan bahwa Prabowo-Gibran unggul di sejumlah wilayah seperti Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi-Gorontalo serta Maluku dan Papua. Di beberapa wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, serta Maluku dan Papua, paslon nomor urut dua ini bahkan telah unggul di angka diatas 50 persen.

Sementara itu, perolehan suara Anies-Muhaimin nampak kalah di semua wilayah. Meski begitu, suara pasangan ini bersaing ketat dengan Prabowo-Gibran di dua wilayah yaitu Sumatera serta Jakarta dan Banten.

“Di Sumatera, perolehan suara Anies-Muhaimin sebesar 34,4 persen menempel ketat suara Prabowo-Gibran dengan perolehan 36,5 persen. Sementara di wilayah Jakarta-Banten, perolehan suara kedua paslon tersebut sama kuat dengan raihan 35,2 persen," kata Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes, dalam rilis resmi survei CSIS, Rabu (27/12/2023)

Sementara itu, suara Ganjar-Mahfud nampak hanya unggul di satu wilayah, yakni Jawa Tengah-Yogyakarta. Temuan menarik terdapat di dua wilayah yang merupakan basis suara pemilih dari PDI Perjuangan (PDIP) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam dua Pilpres terakhir, yaitu Jawa Tengah-Yogyakarta serta Bali dan Nusa Tenggara.

Arya dari CSIS juga mengungkap, ada fenomena pergeseran suara dari Ganjar ke Prabowo di beberapa wilayah yang sebelumnya merupakan basis pemilih Ganjar dan PDIP (partai pengusung Ganjar).

Di zona Jawa Tengah-Yogyakarta misalnya, di wilayah yang terkenal dengan istilah “kandang banteng” tersebut, Ganjar-Mahfud (43,5 persen) hanya unggul tipis atas Prabowo–Gibran (36,5 persen). Sementara, di Bali-Nusa Tenggara, perolehan suara Ganjar (30 persen) bahkan telah disalip oleh Prabowo (45,7 persen).

“Di Jawa Tengah-Jogjakarta yang menjadi basisnya, Ganjar-Mahfud posisinya sekarang mulai dibuntuti oleh pasangan nomor urut 2 [Prabowo–Gibran]. Bali Nusra juga begitu, ini juga basisnya Pak Ganjar tapi mulai diambil oleh pasangan 02,” kata Arya.

Debat Capres – Cawapres Bisa Jadi Penentu?

Menanggapi hasil survei elektabilitas yang dilakukan lembaganya, Arya menilai ketiga paslon yang akan berkontestasi masih memiliki peluang untuk dapat memenangkan Pilpres 2024. Terkait hal ini, ia mengatakan walau pemilu sudah kian dekat, tetapi masih ada kemungkinan terjadi perubahan peta elektabilitas.

Hal ini disebabkan, selain karena masih ada 10,9 persen responden yang belum menentukan pilihan dan tidak menjawab saat ditanya kandidat pilihannya, temuan menarik dari survei yang dilakukan CSIS mengungkap, masih ada sekitar 24,8 persen responden yang mengaku belum mantap dengan pilihannya atau masih mungkin mengubah pilihan (swing voters).

Dalam temuan survei CSIS, dari 24,8 persen responden yang mengaku belum mantap dengan pilihannya atau masih mungkin mengubah pilihan itu, sebanyak 10,2 responden mengaku baru akan menentukan pilihannya dengan mantap pada saat hari H pemilihan.

Ada pula 5,8 persen responden yang mengaku baru akan memantapkan pilihannya setelah menonton putaran debat capres-cawapres secara utuh/lengkap. Selanjutnya, 4,8 persen responden mengaku baru akan memantapkan pilihan satu minggu sebelum pemilihan. Terakhir, 4 persen responden mengaku baru akan memantapkan pilihan satu bulan sebelum pemilihan.

Lebih lanjut, CSIS mengungkap ada beberapa alasan yang menyebabkan responden masih mungkin merubah pilihannya. Menariknya, alasan yang paling banyak dipilih responden (12,5 persen) adalah karena mereka masih menunggu debat capres dan cawapres.

Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang beralasan memilih untuk menunggu arahan tokoh masyarakat (3,8 persen), menunggu pembagian uang (1,2 persen), menunggu arahan tokoh agama (1,2 persen), menunggu pembagian sembako (0,5 persen) dan alasan lainnya (5,2 persen).

Sebagai informasi, dalam survei yang sama, CSIS mengungkap bahwa hampir dari separuh responden (49,8 persen) mengaku menonton debat capres pertama yang disiarkan televisi pada Selasa, 12 Desember 2023.

Meskipun secara angka masih kalah dari responden yang tidak menonton debat (50,2 persen), namun Arya menilai angka tersebut sudah cukup baik. Lebih lanjut, ia memprediksi kemungkinan bahwa ke depannya, exposure debat atau keinginan orang menyaksikan debat akan terus mengalami tren peningkatan.

“Kita melihat, menurut kami di CSIS, debat itu akan menjadi penting. Dari segi waktu ada 5,8 persen pemilih yang belum yakin/belum mantap menunggu debat. Atau ada 12 persenan pemilih yang dia berubah karena faktor debat," kata Arya lagi.

Atas dasar temuan tersebut, Arya menambahkan, situasi politik Pilpres 2024 masih sangat dinamis. Peluang ketiga paslon masih sangat terbuka untuk bisa memenangkan pemilu. Faktor debat bisa menjadi penting, salah satunya untuk menentukan apakah Pilpres 2024 akan berlangsung selama satu atau dua putaran.

Indikator Politik: Prabowo Unggul, Ganjar dan Anies Bersaing Ketat

Lembaga Indikator Politik juga menggelar survei nasional yang dilakukan pada tanggal 23-24 Desember 2023 atau tepat setelah gelaran debat kedua yang melibatkan ketiga cawapres.

Survei ini melibatkan 1.217 responden yang dipilih melalui kombinasi metode random digit dialing (RDD) sebanyak 265 responden dan double sampling (DS) sebanyak 952 responden. Sebagai informasi, RDD adalah metode proses pemanggilan nomor telepon secara acak, sementara DS adalah metode pengambilan sampel secara acak dari kumpulan data hasil survei yang dilakukan sebelumnya.

Target populasi survei ini adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau telepon genggam. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang sudah terlatih dan profesional. Margin of error survei diperkirakan -+ 2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, dengan metode simple random sampling.

Dalam pertanyaan survei untuk mengukur tingkat keterpilihan paslon capres-cawapres, hasil survei ini merekam bahwa Prabowo-Gibran unggul dalam simulasi tiga pasang capres-cawapres dengan raihan elektabilitas sebesar 46,7 persen.

Berbeda dengan CSIS, survei Indikator mencatat pasangan Ganjar-Mahfud berada di posisi kedua dengan elektabilitas sebesar 24,5 persen. Ganjar-Mahfud unggul tipis atas pasangan Anies-Muhaimin di posisi terakhir dengan raihan elektabilitas 21 persen.

Menanggapi temuan survei lembaganya, Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, memberi catatan bahwa perolehan elektabilitas antara Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud berada dalam rentang margin of error.

Dengan demikian, ia tidak dapat memprediksi siapa pasangan yang akan berhadapan di putaran kedua. Namun, peluang keduanya (Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud) masih terbuka seandainya Prabowo-Gibran gagal meraih 50 persen plus satu suara sehingga Pilpres harus berlanjut ke putaran kedua.

“Jadi, saya tidak tahu siapa yang unggul di antara Ganjar atau Anies. Jadi kalau misalnya tidak terjadi satu putaran, misteri Tuhan selain jodoh dan kematian, adalah siapa pendamping Prabowo-Gibran di putaran kedua, itu kami tidak bisa menebak sampai hari ini, bisa Ganjar atau Anies,” kata Burhanudin dalam rilis resmi survei Indikator yang ditayangkan di Youtube pada Selasa (26/12/2023).

Mayoritas Penonton Debat Capres Pilih Anies

Survei yang dilakukan Indikator mengungkap bahwa sebesar 42,3 persen responden mengaku menonton debat capres pertama yang diselenggarakan oleh KPU pada Selasa 12 Desember 2023. Sementara, 57,7 persen mengaku tidak menonton.

Dari yang menyaksikan debat itu, mayoritas (35,5 persen) memilih capres nomor urut 1 Anies Baswedan sebagai capres dengan penampilan paling baik dalam acara debat. Disusul, responden yang memilih Prabowo sebanyak 28,9 persen dan Ganjar sebesar 26,9 persen.

"Kalau ditanya di antara penonton debat siapa yang dianggap paling baik di dalam acara debat tanggal 12 (Desember) itu 35,5 persen menganggap Anies Baswedan unggul signifikan, Anies overall dianggap sebagai pemenang debat capres," kata Burhanuddin.

Menariknya, temuan survei ini menemukan bahwa basis konstituen partai pendukung pasangan Prabowo seperti Partai Golkar, Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN) justru lebih banyak yang memilih Anies sebagai capres dengan penampilan terbaik dalam debat perdana.

Selanjutnya, Anies juga menjadi yang paling banyak dipilih responden dalam kategori capres yang paling bagus cara menyampaikan pendapat/gagasannya dengan raihan 38,3 persen. Anies unggul atas Prabowo (27,8 persen) dan Ganjar (26,3 persen).

Namun, hasil yang berbeda ditemukan dalam pertanyaan capres memiliki program kerja paling bagus. Mayoritas responden dalam survei ini justru memilih Prabowo sebagai capres dengan program kerja paling bagus (32,6 persen), mengungguli Ganjar yang dipilih 26,8 persen responden.

Menariknya, Anies yang dianggap memiliki penampilan paling baik saat debat dan paling bagus cara menyampaikan pendapatnya, justru menjadi yang paling sedikit dipilih oleh responden (26,1 persen)

Lebih lanjut, survei ini mengungkap dukungan pada Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud lebih tinggi di kelompok yang menyaksikan debat capres. Sebaliknya, dukungan pada Prabowo-Gibran lebih rendah di kelompok yang menyaksikan debat capres.

Meski begitu, Burhanuddin menganggap hasil tersebut bukan berarti debat mempunyai efek elektoral. Hal ini semata terjadi karena preferensi pemilih Anies dan Ganjar dalam menonton debat lebih tinggi ketimbang pemilih Prabowo. Ia menilai, kebanyakan masyarakat sudah memiliki preferensi pilihan politik sebelum menonton debat.

“Kesimpulan kami bukan berarti debat punya efek. Kesimpulan kami pemilih Anies dan Ganjar, preferensi atau sikap politiknya cenderung menonton debat ketimbang pemilih Prabowo. Jika kita tafsirkan dari data crosstab itu konsisten. Artinya pada dasarnya orang nonton debat sudah punya preferensi tidak kemudian orang nonton debat lalu terpengaruh. Secara umum tidak begitu, walaupun ada," tambah Burhanuddin.

Pernyataan Burhanudin tersebut serupa dengan temuan riset Tirto dan Jakpat yang mengungkap bahwa di antara kelompok yang menonton debat capres pertama baik secara menyeluruh maupun sebagian, mayoritas sudah memiliki pilihan atau preferensi capres-cawapres sebelum debat dilangsungkan (68,24 persen).

Lebih lanjut, survei Tirto juga menemukan sejumlah 76,55 persen menyatakan tetap kukuh pada pilihan semula, sama seperti sebelum debat. Hanya ada sekira 16,21 persen yang mengaku ganti pilihan paslon dan 7,24 persen sisanya justru menjadi bingung dan tak punya opsi.

Gibran Unggul dalam Debat Cawapres

Survei yang dilakukan Indikator juga merekam bahwa jumlah responden yang menonton debat cawapres yang diselenggarakan KPU pada Jumat 22 Desember 2023 lebih kecil dari yang menonton debat capres. Tercatat, hanya sebesar 35,9 persen responden yang mengaku menonton debat cawapres. Sementara itu, 63,9 persen responden mengaku tidak menonton.

Dari yang menyaksikan debat itu, mayoritas memilih Gibran Rakabuming Raka (56,2 persen) sebagai cawapres yang dinilai tampil paling baik dalam acara debat tersebut. Mahfud MD menyusul di posisi kedua dengan 24,2 persen, sementara Muhaimin Iskandar ada di posisi terakhir dengan 12,3 persen.

Menariknya, temuan survei ini mengungkap basis konsituten PKB paling banyak memilih Gibran sebagai cawapres dengan penampilan terbaik (38 persen), unggul atas Muhaimin yang merupakan Ketua Umum PKB sekaligus cawapres yang diusung PKB dengan raihan 28,4 persen. Hal yang sama juga nampak di basis konstituen PDIP, yang lebih banyak memilih Gibran (44,4 persen) dibanding Mahfud MD (42,8 persen).

Gibran juga unggul dalam kategori cawapres yang dinilai responden memiliki program kerja yang paling bagus. Walikota Surakarta tersebut dipilih oleh sekitar 42,9 persen responden, unggul atas Mahfud MD (25,3 persen) dan Muhaimin (19,7 persen).

Gibran juga unggul sebagai cawapres yang dianggap paling bagus cara menyampaikan pendapat/gagasannya, dipilih oleh 45,8 persen responden. Angka ini ada di atas Mahfud MD (30,2 persen) dan Muhaimin (13,9 persen).

Indikator melihat ada pola yang sama seperti dalam debat capres, yaitu preferensi pemilih Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud dalam menonton debat cawapres lebih tinggi ketimbang pemilih Prabowo-Gibran. Dari data yang terekam juga terungkap bahwa pilihan dalam debat linear dengan preferensi pilihan politik capres-cawapres.

Atas dasar temuan tersebut, Indikator menilai efek elektoral dari debat ini minimal. Hal ini disebabkan, kebanyakan masyarakat sudah memiliki preferensi pilihan masing-masing.

“Mereka yang memilih Muhaimin Iskandar sebagai pemenang debat, 74 persen ya pilihannya Anies-Muhaimin. Gibran juga demikian, secara umum memang masyarakat sudah punya pilihan. Namun, bukan berarti debat tidak ada efeknya. Efeknya minimal," kata Burhanudin.

Anies Unggul di Kalangan Pengguna X, Facebook dan Instagram, Prabowo Kuasai TikTok

Survei yang dilakukan Indikator juga mengungkap bahwa mereka yang menjadikan platform X (Twitter) sebagai sumber informasi politik cenderung menonton debat capres perdana pada tanggal 12 Desember 2023, ketimbang mereka yang mendapatkan informasi politik via Facebook, televisi, TikTok dan WhatsApp.

Anies dianggap sebagai pemenang debat bagi mereka yang menggunakan X, WA, Youtube, Facebook dan Instagram sebagai sumber informasi politik. Di kalangan pengguna Facebook, misalnya, Anies dipilih sebagai capres dengan penampilan terbaik dengan raihan 49,6 persen, unggul jauh atas Prabowo (29,1 persen) dan Ganjar (17,7 persen).

Hasil berbeda ditemukan di TikTok. Di platform ini, Prabowo menjadi yang paling banyak dipilih oleh responden, sebanyak 38,8 persen, sebagai capres dengan penampilan terbaik. Prabowo unggul di atas Anies (30,9 persen) dan Ganjar (27,3 persen).

“Secara umum, mereka mengakui bahwa Anies-lah yang unggul debat. Meskipun, efek elektoralnya di sini pilihannya tetap ke Prabowo dan yang lain. Jadi ini lagi-lagi menunjukan efek debat tidak signifikan, bukan berarti tidak ada namun tidak signifikan," kata Burhanuddin pula.

Sebagai informasi, dalam survei yang sama, Indikator mengungkap preferensi pilihan capres-cawapres dari sejumlah pengguna media sosial tersebut. Hasilnya, Prabowo-Gibran unggul di semua platform media/sumber informasi, yakni TV, Facebook, TikTok, Youtube, Instagram, portal berita online, WhatApp, dan X.

Keunggulan tertinggi Prabowo-Gibran ada di kalangan pengguna TikTok dan WhatsApp (54 persen). Pemilih Anies secara persentase nampak kuat di platform X (28,9 persen) dan Facebook (25,5 persen). Sementara itu, pemilih Ganjar secara persentase paling banyak di platform Youtube (33 persen) dan TV (27,2 persen).

Gibran Unggul di Semua Platform Media Sosial

Indikator menemukan pola yang sama seperti saat debat capres perdana pada tanggal 12 Desember 2023, yaitu mereka yang menjadikan platform X sebagai sumber informasi politik cenderung menonton debat cawapres pada tanggal 22 Desember 2023 ketimbang mereka yang mendapatkan informasi politik via Facebook, Televisi, TikTok dan WA.

Dalam debat cawapres, Gibran unggul signifikan di kalangan warga yang mendapat informasi politik di media mainstream, portal online, hingga semua platform media sosial. Sama seperti Prabowo, keunggulan tertinggi Gibran ada di platform TikTok. Tercatat, sebanyak 70,2 persen pengguna yang menjadikan TikTok sebagai sumber informasi politik menilai Gibran tampil sebagai cawapres terbaik dalam debat.

Namun demikian, keunggulan Gibran di kalangan yang menjadikan X sebagai sumber informasi politik tidak dominan. Di platform ini, Gibran (48 persen) unggul atas Mahfud MD dengan 32,5 persen dan Muhaimin dengan 16,3 persen. Mahfud MD menempati peringkat kedua cawapres dengan penampilan debat terbaik di semua platform berdasarkan survei tersebut, disusul Muhaimin di posisi buncit.

Di akhir survei, Indikator berkesimpulan bahwa secara agregat penyelenggaraan debat tidak terlalu banyak mengubah peta elektoral pasangan capres-cawapres. Dibanding dengan sebelum acara debat digelar, distribusi dukungan terhadap pasangan capres-cawapres tidak banyak mengalami perubahan signifikan.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Alfitra Akbar

tirto.id - Politik
Penulis: Alfitra Akbar
Editor: Farida Susanty