tirto.id - "Jawa adalah kunci..."
Kalimat populer yang dilontarkan oleh seniman-aktor Syubah Asa saat memerankan DN Aidit dalam film Pengkhianatan G30S/PKI masih relevan dalam konteks perpolitikan nasional dewasa ini. Siapa yang mampu menguasai Jawa, dialah yang sangat berpeluang menguasai politik Indonesia.
Dalam konteks politik saat ini, cara menguasainya melalui Pilkada, yang akan terselenggara tahun ini khususnya di Jawa antara lain Jawa Barat (Jabar), Jawa Timur (Jatim), dan Jawa Tengah (Jateng), dan wilayah lainnya di Indonesia yang totalnya 171 daerah serentak menggelar pilkada.
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research Centre (SMRC) Djayadi Hanan dalam diskusi dan rilis survei bertajuk Tahun Politik 2018: Kekuatan Partai dan Calon Presiden, 2 Januari lalu, mengatakan bahwa "posisi kepala daerah cukup menentukan bagi dukungan saat Pilpres". Pilpres 2014 yang memenangkan Joko Widodo-Jusuf Kalla jadi bukti sahih.
Pada Pilpres lalu pemenang di Jawa Barat adalah Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan angka yang cukup mutlak. Pasangan ini mengantongi 59,78 persen suara, atau setara 14 juta lebih pemilih. Sementara Joko Widodo-Jusuf Kalla hanya memperoleh 9,5 juta suara atau setara 40,22 persen. Setahun sebelumnya, PKS, pendukung setia Prabowo-Hatta, memenangi Pilkada di wilayah ini.
Pun dengan Jawa Tengah, yang pada 2013 lalu pemenang Pilkada-nya adalah PDIP dengan pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko. Setahun setelahnya, Jokowi-JK menang mutlak di provinsi ini dengan mengantongi 66,65 persen suara.
Baca juga:Membaca Peta Pilkada Jatim 2018 Setelah Azwar Anas Mundur
Jawa Timur memang bisa dikesampingkan. Sebab ketika Pilpres lalu, Demokrat yang memenangi Pilgub Jatim 2013 berposisi netral, tidak mendukung siapapun. Di provinsi yang berbatasan dengan Pulau Bali itu Jokowi-JK memperoleh 53,17 persen atau 11.669.313 suara. Sedangkan, Prabowo-Hatta memperoleh 46,83 persen atau 10.277.088 suara.
Bukti bahwa "Jawa adalah kunci" lainnya dapat terlihat melalui statistik kependudukan Badan Pusat Statistik (BPS). Jabar, Jateng, dan Jatim adalah tiga provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, termasuk penghuni tidak tetap seperti tuna wisma, pelaut, rumah perahu, dan penduduk ulang-alik/penglaju.
Per 2010, penduduk di Jawa Barat sebanyak 43 juta orang, Jawa Timur 37 juta orang, dan Jawa Tengah 32 juta orang. Total penduduk di tiga provinsi itu hampir separuh seluruh penduduk Indonesia yang jumlahnya mencapai sekitar 237 juta jiwa.
Melihat fakta-fakta ini maka tidak mengherankan kalau beberapa bulan terakhir publik disuguhkan oleh drama partai pengusung calon kontestan di Pilkada Jawa. Tarik ulur kepentingan terjadi di sini.
Namun per hari ini (7/1) semua jauh lebih jelas. Demokrat dan PDIP mengumumkan beberapa nama yang mereka "jagokan" dalam Pilkada, satu hari sebelum Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuka pendaftaran kandidat hingga Rabu (10/1).
Jawa Barat
Tidak ada yang lebih menyita perhatian di Pilkada Jawa Barat selain Ridwan Kamil atau Emil. Ia awalnya nampak akan melaju dengan sangat lancar setelah Golkar mengusungnya pada 27 Oktober lalu. Bersama Nasdem, PKB, dan PPP, Emil mengantongi 38 kursi di DPRD, sementara syarat untuk maju hanya harus menguasai 20 kursi saja.
Namun ternyata tidak semudah itu. Ridwan Kamil yang lambat menentukan nama wakilnya membuat Golkar kehabisan kesabaran. Dukungan dicabut. PPP juga mengancam demikian.
Akhirnya Ridwan Kamil maju bersama Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum dengan dukungan dari Nasdem, PKB, PPP, dan Hanura yang menguasai 24 kursi di DPRD Jabar. Melalui akun Twitter-nya, Ridwan Kamil juga mengunggah poster bergambar dirinya bersama Uu sembari mencuitkan: "Alhamdulillah. Bismillah."
Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum akan berkompetisi merebut suara masyarakat Jawa Barat dengan Tubagus Hasanudin dan Anton Charliyan yang diusung PDIP yang memiliki 20 kursi di DPRD, Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi pilihan Golkar dan Demokrat, serta Mayjen (pun) Sudrajat dan Ahmad Syaikhu yang diusung Gerindra dan PKS (serta kemungkinan besar PAN).
Sudrajat-Ahmad Syaikhu adalah kandidat pertama yang memenuhi syarat 20 kursi untuk maju. Kedua Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, baru kemudian Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.
Jawa Tengah
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dipastikan kembali maju sebagai petahana pada Pilgub Jateng 2018 lewat PDIP. Ganjar akan disandingkan dengan Taj Yasin Maimun atau Gus Yasin—anak dari pengasuh Pondok Pesantren Sarang, Rembang, KH Maimun Zubair. Yasin dinilai tepat mendampingi Ganjar—yang dicap nasionalis—karena cocok merepresentasikan kalangan NU.
Ia akan berkompetisi dengan Sudirman Said, kandidat pertama Calon Gubernur yang diusung Gerindra pada 16 Desember 2017. PKS dan PAN juga telah resmi memberikan dukungan. Kabarnya koalisi ini akan menggelar deklarasi pada 8 Januari besok. Tiga partai ini di DPRD Jateng menguasai 29 kursi.
Sementara koalisi Golkar, PPP, dan Demokrat, yang menguasai 27 kursi di DPRD, tempo hari kabarnya akan mengusung calon sendiri. Namun melalui pernyataan resmi hari ini (7/1) Demokrat dan PPP resmi mendukung Ganjar, atau dengan kata lain merapat ke PDIP. Nasdem juga akan merapat, sehingga koalisi ini menguasai 49 kursi.
Golkar akhirnya memutuskan untuk hanya menawarkan calon wakil ke koalisi yang telah terbangun, meski sampai berita ini ditulis belum jelas siapa.
PKB, yang mengantongi 13 kursi di DPRD, belum merapat ke manapun. Meski begitu Ketua DPW PKB Jawa Tengah, Kiai Haji Yusuf Chudlori atau akrab disapa Gus Yusuf mengatakan yang akan mereka lakukan adalah menawarkan calon Wakil Gubernur, ke partai manapun.
Sementara Hanura, yang di DPRD Jateng tidak punya kursi sama sekali, masih belum terlihat manuvernya. Kabar terakhir menyebut mereka masih menunggu "instruksi dari pusat".
Jawa Timur
Dibanding dua provinsi sebelumnya, peta pertarungan di Jawa Timur sejauh ini hanya mengerucut ke dua nama saja: Saifullah Yusuf atau akrab disapa Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawansa. Ipul dimajukan PDIP-PKB pada Oktober lalu, sementara Khofifah diusung Demokrat, Nasdem, Golkar, Hanura, dan PPP, juga pada Oktober tahun yang sama.
Sementara Gerindra, PKS dan PAN, yang kabarnya berencana membuat poros baru Jatim, hingga hari ini belum jelas kabarnya, meski mereka sempat memunculkan nama Moreno Suprapto, Bupati Bojonegoro Suyoto, dan Yenny Wahid.
Namun, bukan berarti provinsi ini bukan tanpa dinamika, bahkan bisa dibilang dalam beberapa hari terakhir proses persiapan Pilkada di provinsi ini menyedot perhatian publik. Azwar Anas, Bupati Banyuwangi yang tadinya akan mendampingi Ipul, mengembalikan surat mandat setelah ada foto-foto skandal mirip dirinya beredar.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa tersebarnya foto itu tidak lain adalah serangan politik kepada kubu mereka. "Gara-gara kekuasaan lalu ada yang menggunakan cara-cara keji, meskipun kami tidak percaya terhadap foto-foto yang beredar itu," kata Hasto.
Sampai saat ini belum ada nama definitif yang akan menggantikan Azwar. Hasto mengatakan bahwa sebagai partai pengusung, PDIP "belum memutus apakah mandat yang dikembalikan itu diterima atau tidak." Jika tidak, maka Azwar akan tetap maju.
Penulis: Rio Apinino
Editor: Rio Apinino