tirto.id - Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 atau SJ182/SJY182 hilang kontak pada pukul 14.40, Sabtu (9/1/2021). Diperkirakan pesawat jatuh di sekitar perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Jika data flightradar24.com diamati, pesawat jatuh atau terbang merendah namun dalam kecepatan yang tinggi.
Dari data yang berbasis Automatic Dependent Surveillance–Broadcast (ADS–B), pesawat yang dioperasikan sejak 13 Mei 1994 (26,8 tahun yang lalu) itu, lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta pada 07:35 UTC. Jika UTC itu dikonversikan, menjadi pukul 14.35 WIB. Setelah itu, pesawat berbelok ke arah kanan dan mendaki di ketinggian 10.175ft, ketika melintasi garis pantai pada 14:39 WIB.
Kemudian pada detik-detik setelah 14:40 WIB (07:40 UTC), menjadi bagian krusial bagi Boeing 737-524 dengan registrasi PK-CLC itu. Pesawat rute Jakarta ke Pontianak itu berbelok tajam ke arah kanan. Perlahan ketinggian maupun kecepatannya menurun dalam hitungan detik, rinciannya:
-Pada detik 08, 287 knots 10.725ft.
-Pada detik 14, 224 knots 8.950ft.
-Pada detik 16, 192 konts 8.125ft.
-Pada detik 20, 155 knots 5.400ft.
Kemudian pada 14:40:27 WIB (07:40:27 UTC), pesawat yang dulunya pernah dioperasikan Continental Airlines dan United Airlines ini, mencapai kecepatan tertingginya selama penerbangan yaitu, 358 knots. Namun dalam kecepatan maksimal tersebut, pesawat justru terbang rendah sekali, hanya 250ft. Atau dalam penjelasan lain: dalam waktu 19 detik, pesawat turun curam dari ketinggian 10.725 kaki menuju 250 kaki.
Data tersebut, kurang lebih serupa dengan temuan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Menurutnya hingga pukul 14:40 WIB (07:40 UTC), pesawat bergerak normal sesuai instruksi. Kejanggalan baru muncul pada 14:40 WIB (07:40 UTC).
"Pukul 14.40 Jakarta, Sriwijaya tidak ke arah 075 derajat melainkan ke barat laut," kata Budi dalam konferensi pers, Sabtu (9/1/2021).
Budi berujar, sebelum hilang kontak, pesawat Sriwijaya Air SJ182/SJY182, "diizinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki dengan mengikuti Standard Instrument Departure."
Di posisi pesawat hilang kontak tersebut, pesawat Sriwijaya Air lainnya dengan rute yang sama, justru memacu ketinggiannya. Misalnya Sriwijaya air SJ184/SJY184 yang terbang pada 9 Januari 2021, pukul 15.41. Pesawat itu memacu terus kecepatan dan mendaki dari 10.000ft hingga melebihi 29.300ft. Namun Sriwijaya Air SJ182/SJY182 berbeda, justru terbang merendah.
Petugas Air Control Tower (ATC), kata Budi, langsung menangkap kejanggalan kondisi pesawat ketika pesawat bergerak di luar jalur. Mereka menghubungi Basarnas, bandara tujuan, dan instansi terkait lainnya lantaran pesawat hilang beberapa detik kemudian.
"Dalam hitungan seconds, SJY 182 hilang dari radar," ujarnya.
Di kejanggalan dalam hitungan detik, pada menit 14.40 yang krusial itu, Sriwijaya Air SJ182/SJY182 tak mengirimkan sinyal darurat. Hal itu diungkapkan Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito.
"Kami menerima informasi adanya lost contact pada pukul 14.55. Kami cek apakah ada emergency yang memancar dari pesawat. Namun tidak ada. Kami cek ke Australia dan Airnav juga tidak ada," ujar Bagus.
Pasukan Elite TNI Dikerahkan
TNI Angkatan Laut mengerahkan Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan TNI Angkatan Udara mengerahkan Korps Pasukan Khas (Korpaskhas). Tujuannya untuk membantu Basarnas mencari keberadaan pesawat Sriwijaya Air SJ182/SJY182.
"TNI-AL juga menyiapkan Heli Nbell 412 EP HU 4205 onboard KRI Bontang posisi sandar dermaga JICT Jakarta siap dukung Operasi SAR," imbuh Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama (Laksma) TNI Julius Widjojono.
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Marsdya Bagus Puruhito mengatakan, timnya yang berada di titik hilangnya pesawat, sudah menemukan beberapa puing yang diduga dari Sriwijaya Air SJ182/SJY182.
"Ada puing-puing [diterima] oleh pospol Lancang [Pos Polisi Pulau Lancang], pulau yang ada di sekitar diperkirakan lokasi pesawat lost contact," kata Bagus.
"[Puing itu] akan diselidiki KNKT," lanjutnya.
Membawa 6 Awak & 56 Penumpang
Pesawat Sriwijaya Air SJ182/SJY182 membawa 62 jiwa, terdiri dari: 6 awak pesawat dan 56 penumpang. Rinciannya: 43 dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi.
Bupati Kepulauan Seribu Junaedi menduga, pesawat Sriwijaya Air jatuh di perairan sekitar Pulau Laki, Kelurahan Pulau Tidung, Kepulauan Seribu Selatan. Informasi awal didapatkan dari nelayan.
"Getaran jatuhnya pesawat sampai ke pemukiman Pulau Lancang," ujar Junaedi.
Kabar senada juga diungkapkan Lurah Pulau Pari Mahtum. Dia mengatakan, tim gabungan sudah menemukan serpihan pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Pulau Laki.
"Sudah ditemukan serpihan pesawatnya. Sampai saat ini petugas gabungan masih melakukan pencarian korban penumpang pesawat Sriwijaya Air," ujar Mahtum.
Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Bambang Suryo Aji mengatakan, kedalaman perairan yang diduga tempat pesawat jatuh, sekitar 20 hingga 23 meter. Pencarian malam hari terkendala oleh masalah visibilitas. Namun hingga kini, pencarian masih tetap dilakukan.
"Lokasi yang diduga pesawat tersebut hilang kontak yaitu, antara Pulau Lancang dan Pulau Laki. Tim SAR hingga malam ini masih melaksanakan penyisiran di permukaan perairan tersebut," ujar Bambang.
Media Statement: Informasi Penerbangan Sriwijaya Air SJ-182 pic.twitter.com/6TwW1iMglm
— Sriwijaya Air (@SriwijayaAir) January 9, 2021