tirto.id - Sebuah pesawat luar angkasa Eropa yang membawa misi Eropa-Rusia dalam program ExoMars telah diluncurkan dari Bumi sejak tujuh bulan lalu. Pesawat bernama Schiaparelli ini segera mendarat di Planet Mars setelah dijadwalkan meninggalkan kapal induk Trace Gas Orbiter, Minggu (16/10/2016) pukul 14.42 GMT.
Kedatangan Schiaparelli ke permukaan Mars dengan misi untuk menguji robot penjelajah (rover) di planet merah tersebut. Robot itu nantinya akan mencari tanda kehidupan saat ini dan masa lalu, demikian dilaporkan Antara, Senin (17/10/2016). Adapun pendaratan di permukaan Mars dilakukan selama tiga hari.
Misi itu merupakan upaya kedua Eropa mendaratkan pesawatnya ke Mars. Program sebelumnya gagal dijalankan oleh Inggris dengan Beagle 2 pada 2003. Setelah Schiaparelli dipastikan telah mendarat di AS, hal itu akan menjadi keberhasilan tersendiri. Sebabnya, pendaratan ke Mars dengan jarak 35 juta mil (56 juta kilometer) dari Bumi ini merupakan misi yang sulit dilakukan, baik oleh Rusia dan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Sebelumnya, AS telah mendaratkan dua robot penjelajah di Mars, "Curiosity" dan "Opportunity". Meskipun kondisi lingkungan di Mars buruk, daya pikat terhadap planet ini tak juga surut. Presiden AS Barack Obama belum lama ini bahkan menegaskan komitmennya untuk mengirim manusia ke planet itu pada 2030.
Perusahaan SpaceX milik Elon Musk tengah mengembangkan roket besar dan kapsul untuk mengirim orang dalam jumlah besar dan kargo ke Mars. Tujuan utama perusahaan itu adalah membuat koloni di sana. Musk mengatakan, ia akan meresmikan awak pesawat pertamanya paling cepat pada 2024.
Berbeda dengan SpaceX, tujuan utama misi ExoMars adalah mencari tanda kehidupan di Mars. Pesawat luar angkasa itu membawa roket penembus atmosfer yang digunakan mencari jejak gas seperti metana di sekitar planet. Peneliti meyakini metana, unsur kimia, erat kaitannya dengan kehidupan di Bumi, dianggap berasal dari mahluk hidup mikro yang punah jutaan tahun lalu.
“Organisme itu diyakini meninggalkan jejak gas beku di bawah permukaan planet, bahkan sejumlah mahluk hidup mungkin masih memproduksi metana,” demikian penjelasan peneliti seperti yang dilansir Antara.
Robot penjelajah Eropa yang dikirim ke permukaan Planet Mars itu akan menjadi alat pertama yang mampu bergerak di permukaan planet sekaligus menembus lapisan bawah tanah untuk mengumpulkan dan menganalisis sampel.
Misi ExoMars 2016 yang dipimpin Badan Antariksa Eropa (ESA) bekerja sama dengan Rusia (Roscomos) menyediakan alat peluncur dan empat instrumen ilmiah lainnya dalam pesawat pengorbit (TGO). Dalam proyek ini, Rusia banyak berkontribusi dalam pendanaan.
Menurut kabar terakhir, bagian kedua misi ExoMars akan ditunda. Program yang semula akan berjalan pada 2018 mesti diundur hingga 2020. Kontraktor utamanya adalah Thales Alenia Space, perusahaan gabungan antara Thales dan Finmeccanica. Biaya misi ExoMars, termasuk bagian kedua pada 2020 mendatang, diproyeksi mencapai 1,3 milyar euro (1,4 milyar dolar AS).
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari